“Aku tahu kalau kamu sudah terkena virus itu, kurasa aku bisa mengurangi kecepatan penyebaran virus ditubuhmu. Namun aku butuh kerjasamamu!” Herrscher mengatakan hal tersebut dengan santai, namun tiba – tiba matanya menatap Yuri dengan tajam. Seakan ia ingin mengatakan sesuatu hal yang serius. Suasana ruangan tersebut mendadak menjadi dingin menyelimuti keheningan diantara Herrscher dan Yuri.
Melihat tatapan Herrscher yang tajam, Yuri hanya melongo seperti orang bodoh. Ia tidak peka akan maksud tatapan Herrscher, namun ia justru terpesona dengan tatapan itu. Dalam kepala Yuri, ia berimajinasi wajah Herrscher tampak seperti pangeran yang hendak mengambil hatinya. Ia membayangkan wajah Herrscher dipenuhi kilauan cahaya. Tepat disampingnya fan mengarah ke mereka, menebarkan angin yang mengibaskan rambut Herrscher. Yuri makin terpesona melihatnya. Tapi seketika Yuri bangun dari imajinasinya. Ia sadar kalau dia sedang di berada di wilayah orang lain yang sampai sekarang ia belum tahu siapa nama orang tersebut. Tempat yang terasa asing baginya dikarenakan Yuri terbiasa tinggal di rumah yang penuh dengan makanan kesukaannya, sedangkan di tempat ini justru penuh dengan tabung – tabung reaksi yang berisi cairan yang Yuri sendiri tidak tahu apa nama senyawa tersebut. Yuri merasa harus berhati – hati dengan orang ini. Yuri berpikir orang tersebut akan melakukan hal yang buruk terhadapnya.
“Apa itu?” tanya Yuri heran.
“Oh... tentu kamu harus mengganti semua gelas reaksi yang sudah kamu pecahkan.” Raut wajah Herrscher berubah santai.
Yuri terlihat lega karena ia berpikir orang tersebut akan melakukan hal yang tidak – tidak kepadanya. Ia menghela napas sambil mengelus dadanya. Tapi ia juga kepikiran hal tersebut, karena ia merasa uang ditabungannya tidak akan cukup untuk mengganti seluruh kerusakan yang dibuat olehnya. Yuri membayangkan uang di dalam dompetnya bertebangan, terbang bebas bagai burung yang lepas dari kandangnya. Uang yang terbang bagai burung itu mengucapkan, “Selamat tinggal, selamat tinggal...”. Lanjut membayangkan makanan lezat yang perlahan sirna bagaikan debu karena tidak ada lagi uang di dalam dompetnya. Yuri termenung sedih.
Kemudian Herrscher terdiam sejenak. Ia hendak mengumpulkan keberanian untuk mengutarakannya.
“Tidak hanya itu, kamu juga harus membantuku dalam hal lain,” lanjut Herrscher sambil memegang pundak Yuri dan mendekatkan wajahnya.
“Apaaa laaagii???!!” Yuri mulai merengek karena sudah membayangkan makin banyak uang yang akan hilang dari tabungannya.
“Kamu harus mati!” jawab Herrscher serius.
“HHHEEEHHH???!!” Yuri terperanjat mendengar jawaban Herrscher. Seketika ia takut dibunuh Herrscher. Mata Yuri berkaca – kaca.
---------------------------
Hari berganti.
Levitate Alarm berdering seperti biasanya.
Veda menjalani aktifitas pagi harinya yang membosankan.
“Pagi Tuanku”
Seperti biasa, Yuri memberikan ucapan selamat pagi untuk Veda. Veda yang masih mengantuk mencoba menggoda Yuri.
“Yuri... sini sini, aku ingin membisikkan sesuatu”
“Apa itu Tuan?” Yuri mendekatkan telinganya ke wajah Veda.
Veda menangkap wajah Yuri dan mencium kening Yuri.
“Selamat pagi juga, Yuri”
Yuri terkejut namun ia bahagia mendapatkan kecupan dari Veda. Hubungan Veda dan Yuri makin dekat. Mereka memulai pagi dengan ciuman hangat hingga lupa kalau Yuri adalah robot.
---------------------------
Veda yang memakai baju ungu, melihat jamnya yang menunjukkan waktunya istirahat.
Veda segera turun ke kantin kantor menggunakan alat teleport di jammnya. Ia malas menunggu karena melihat antrian panjang di mesin teleport. Ia berpikir biar nanti ia mengisi ulang baterai jamnya di kantor. Entah kenapa hari ini ia terlihat badmood, suasana kantor yang ramai makin menambah kekesalannya. Mungkin karena sudah 2 hari dia tidak melihat Yudas. Entah kemana Yudas. Sudah dua hari ini Yudas tidak meneleponnya. Dia mengira Yudas terlalu sibuk hingga tidak ada waktu untuk meneleponnya. Bahkan Yudas tidak mengangkat telpon Veda.
Sesampai dikantin Veda hanya melihat kumpulan orang – orang mengantri membeli makanan. Cukup panjang antrian tersebut menurutnya. Ia berpikir mengapa orang – orang tersebut tidak membawa makanan dari rumah saja. Daripada mereka harus menghabiskan waktu untuk mengantri membeli makanan. Ia melihat ke kiri ke kanan sambil membawa kotak makanannya. Veda mencari tempat duduk kosong, tapi tampaknya hampir semua tempat duduk sudah ditempati. Disudut kantin ia melihat sosok yang ia kenal. Cowok berbaju serba hitam. Herrscher. Orang yang ingin ia kenalkan pada Nadna. Kebetulan di depan Herrscher ada bangku kosong, ia memutuskan untuk duduk bersama Herrscher. Veda memanggilnya sambil mengaba-abakan tangannya. Herrscher yang melihat Veda hanya tersenyum. Veda menghampiri Herrscher sambil berlari kecil.
“Ah kau disini ternyata. Kau selalu lebih cepat sampai duluan di kantin, ya” tanya Veda heran. Herrscher hanya membalas dengan tersenyum.
“Oh ya aku sudah bertemu dengan temanmu, Nadna. Aku menemuinya di jembatan dekat Sungai Rhyne. Sayang sekali pertemuanku dengannya tidak dimulai dengan awal yang baik,” Herrscher menjelaskan bagaimana kesan pertama ia bertemu dengan Nadna.
“Maksudmu dengan ‘tidak dimulai dengan awal yang baik’?” Veda keheranan dengan kalimat Herrscher.
“Yap, kami berkelahi, hahahaha,” tawa Herrscher cukup keras hingga mengkagetkan orang yang duduk dibelakangnya.
Herrscher menceritakan bagaimana kronologi ia bertemu dengan Nadna di jembatan. Ia secara terang – terangan menuduh Nadna adalah dalang dibalik virus ini. Hingga akhirnya ia dan Nadna saling pukul dan berakhir dengan tangan Nadna yang lebam. Nadna kabur usai memukul ulu hati Herrscher. Herrscher berusaha mengejarnya namun terlambat. Ia melihat Nadna memanggil seorang cowok dan cowok tersebut datang menghampiri Nadna. Herrscher menghentikan pengejarannya. Ia melihat Nadna dan cowok tersebut menghilang menggunakan teleport. Tapi dari lokasi Herrscher berdiri, ia melihat sosok orang yang sepertinya memperhatikan Nadna. Orang itu seperti memegang sesuatu di tangannya. Tidak lama setelah Nadna dan cowok tersebut menghilang, sosok tersebut juga ikut menghilang.
“Kau benar – benar gila, bagaimana mungkin kamu bisa secara terang – terangan menuduh Nadna seperti itu, pantas saja Nadna marah.” Veda yang tidak habis pikir dengan cara Herrscher yang terlalu to the point dalam mengambil kesimpulan. Untung itu hanya Nadna, bayangkan bila Herrscher melakukan itu kesemua orang. Tentu ia akan sukses menjadi public enemy.
“Tapi instingku mengatakan demikian,” Herrscher meyakinkan Veda tentang instingnya.
Herrscher meneruskan kalimat – kalimatnya untuk meyakinkan Veda, dan Veda berulang kali geleng – geleng kepala mendengar kata – kata Herrscher, ia menganggap Herrscher terlalu berlebihan dan sok tahu dengan menuduh Nadna seperti itu. Biarpun Veda tidak mempercayai Nadna, namun ia tidak secara langsung mengatakan hal tersebut kepada Nadna.
“Cukup – cukup, kau terlalu berlebihan,” tangan Veda menghadap Herrscher menandakan Veda ingin menghentikan pembicaraan ini.
Suara berita dari layar televisi kembali terdengar mengisi pembicaraan ditengah keduanya. Seorang anchor membacakan berita hari ini.
“Berita terkini, sejumlah pasien meninggal dengan gejala batuk parah yang melanda sejak kemarin terus bertambah. Hingga kini telah ada 505.519 pasien meninggal. Perkiraan saat ini pasien meninggal masih diperkirakan karenan penyakit komplikasi. Juru bicara Rumah Sakit Galaxy menggelar konferensi pers siang ini. Ia menyatakan bahwa penyakit ini sudah tidak lagi menyerang orang yang berusia lanjut, namun juga menyerang orang dengan usia dibawah itu. Terbukti dengan bertambahnya jumlah pasien yang berumur dibawah 65 tahun. Hingga saat ini pihak rumah sakit terus bekerja sama dengan pemerintah menyelidiki kasus ini. Penelitian tentang virus ini masih belum menemukan titik temu. Pemerintah masih menyelidiki dari mana asal virus ini. Para Supra dikerahkan untuk membantu menyelesaikan kasus ini dengan kemampuan retrocognition yang mereka miliki, namun Para Supra mengatakan bahwa mereka tidak bisa membantu. Kemampuan retrocognition mereka seakan telah ditutup ketika mereka mencoba mengakses ke masa lalu. Mereka memperkirakan ada pihak tertentu yang menutup kemampuan retrocognition mereka, bila mencoba menyelidiki kasus ini. Hasil pembacaan masing – masing Para Supra berbeda – beda sehingga mereka tidak berani menyimpulkan awal dari permasalahan ini. Pemerintah di seluruh dunia dengan bantuan para ahli terus mencoba membuat vaksin untuk mengatasi virus ini, namun belum berhasil.”