Yudas segera mengecek kondisi Yuri. Ia memegang tangan Yuri untuk memeriksa nadi Yuri.
Yudas tidak merasakan detak di nadi Yuri.
“Yuri... Meninggal!” Yudas tidak berani mengarahkan wajahnya ke arah Nadna.
Nadna yang mendengar kalimat Yudas, segera menutup mulutnya, seakan menahan teriakan yang ingin ia lontarkan untuk mengisi keheningan ruang itu.
Yudas memeriksa tubuh Yuri. Ia memegang kepala Yuri untuk mencari bekas luka. Ia tidak menemukan tanda – tanda kekerasan diseluruh tubuh Yuri. Kembali Yudas memegang tangan Yuri. Ia menemukan seperti bekas suntikan.
“Hm... aneh!” kata Yudas dalam hati.
Mata Yudas memeriksa sekeliling ruangan tersebut. Semua tampak rapi, tidak ada satupun benda yang acak -acakan. Yudas meninggalkan jasad Yuri, lalu menuju kamar lain di rumah itu. Nadna masih kaget dengan kematian Yuri. Ia melihat jasad teman baiknya terbujur kaku di depan matanya.
Yudas masuk ke kamar tidur Yuri. Ia tidak menemukan hal aneh disana. Semua tampak rapi seakan tidak ada hal aneh di kamar tersebut. Ia melihat dompet Yuri masih ada di meja kamar tidurnya.
Ini bukan perampokan! Yudas menyimpulkan kejadian ini dihatinya.
Yudas kembali ke ruang tamu dimana jasad Yuri berada. Ia masih melihat Nadna terdiam, seperti tidak percaya sahabat dia satu – satunya telah meninggal. Yudas segera menelepon polisi dan rumah sakit.
---------------------------
Polisi dan Ambulance telah tiba di rumah Yuri. Mereka membawa jasad Yuri ke rumah sakit.
Para Polisi yang memakai baju dan mantel hitam tersebut menyebar untuk memeriksa seluruh isi rumah tersebut. Mereka berusaha menemukan petunjuk kematian Yuri. Polisi meminta Nadna dan Yudas untuk ikut mereka ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Mereka mengikuti permintaan polisi tersebut.
Sesampainya mereka di Kantor Polisi, Yudas dan Nadna diwawancarai sebagai saksi. Nadna duduk di depan meja polisi berkacamata hitam. Dibelakangnya, Yudas tetap berdiri memberikan support agar Nadna tetap kuat menghadapi cobaan ini. Layar hologram menghalau pandangan Nadna terhadap polisi tersebut. Sambil menangis, Nadna menjawab setiap pertanyaan polisi tersebut.
Polisi berkacamata hitam itu tampak melihat sesuatu di devicenya.
“Jadi saat kalian ke rumah ini, kondisi masih terkunci?” tanya polisi itu.
“Benar, karena Yuri kupanggil tapi tidak menyahut, maka aku menyuruh Yudas untuk menyitas pintu itu.” Nadna menjelaskan kepada polisi. Ia menahan tangisnya yang ingin meledak.
“Hm... berarti kemungkinan pelakunya adalah seorang Tech” jelas polisi tersebut.
Polisi melanjutkan penjelasannya, “Dari hasil CCTV juga ada data yang hilang diwaktu kematian Yuri. Kemungkinan pelaku sudah mengetahui seluk beluk rumah Yuri.”
“Kenapa tidak minta bantuan Para Supra saja untuk menyelidiki kasus ini?” Yudas yang tiba – tiba memiliki ide ini menyampaikan pendapatnya.
Nadna yang masih larut dalam nuansa duka seketika sadar. Ia tidak memikirkan ide itu sebelumnya.
Polisi itu hanya menggelengkan kepalanya. Ia melepaskan kacamata hitamnya dan menaruhnya dimeja. Ia mematikan layar hologram yang sedari tadi mengganggu pandangan Nadna. Polisi itu menjelaskan bahwa sebelum Yudas menyampaikan idenya, mereka sudah meminta bantuan Supra untuk membantu kasus ini. Para Supra tipe Retrocognition tertutup penglihatannya ketika mencoba mencari penyebab kematian Yuri. Seperti ada yang menutupi penglihatan mereka.
“Saya tidak pernah menemukan kasus seperti ini. Biasanya kami, polisi, dengan mudah menemukan pelaku dengan bantuan Para Supra penerawang. Mereka membantu kami dengan melakukan retrocognition. Tapi kali ini kami seperti dibuntukan oleh sesuatu yang tidak terlihat,” polisi itu memberikan penjelasan.
Nadna dan Yudas hanya bisa diam mendengarkan penjelasan polisi itu.
Polisi itu melanjutkan pembahasannya, “Kemungkinan kami akan meminta bantuan Para Supra tipe penerawang lainnya untuk berkomunikasi dengan arwah Yuri. Itupun kalau arwah mereka gentayangan.”
Tiba – tiba device milik polisi itu berbunyi.
“Astaga....,” Polisi itu menepuk dahinya.
“Ada apa?” tanya Nadna yang berpikir kalau polisi itu telah menemukan pelaku pembunuhan temannya.
Polisi itu melihat wajah Nadna dengan cukup santai, “Kamu tidak tahu kalau temanmu itu sedang sakit?”
“Sakit?”
“Ya, hasil tim forensik kami menemukan virus yang sekarang menjadi permasalahan di dunia, ada di darahnya.” Polisi itu menunjukkan devicenya ke Nadna. Terlihat di layar gambar hasil laporan yang menyatakan Yuri positif menderita penyakit yang disebabkan oleh virus itu.
Kembali Nadna teringat kalimat Herrscher.
“Kamulah yang membawa virus, kamu bisa membahayakan teman – temanmu! Kamu adalah kematian bagi teman – temanmu!”
Kalimat itu semakin terngiang di kepalanya. Tubuhnya yang demam kini membuatnya pingsan. Yudas meminta ijin polisi tersebut untuk pulang. Ia menggendong Nadna dan teleport ke rumahnya.
---------------------------
Dirumah Yudas.
Nadna terbangun dari tidurnya. Ia merasa tidak familiar melihat isi kamar tersebut. Kamar yang tidak terlalu rapi. Dengan kasur berselimutkan warna merah. Ia memegang kepalanya. Terdapat kain dingin menempel dari kepalanya. Sepertinya ia barus saja dikompres. Ia bangun dari tempat tidur. Mendekati pintu sambil terus memegang kepalanya yang masih demam. Ia menuju ruang tamu. Melihat Yudas sedang tidur di sofa dengan nyenyak.
“Uhuk uhuk!” Tiba – tiba Nadna mulai batuk.
Suara batuk Nadna membangunkan Yudas dari tidur lelapnya.
“Ah kau sudah bangun. Oya aku sudah menyiapkan makananmu di meja makan.” Yudas menunjukkan makanan yang telah ia siapkan di meja makan. Tampak nasi, daging, dan berbagai macam sayuran menghiasi meja makan tersebut. “Makanlah yang banyak, kondisimu sedang tidak fit.”
“Kenapa kamu tidur di sofa? Kenapa tidak tidur di kamarmu saja?” tanya Nadna heran.
“Ah tidak apa – apa, aku takut kalau tidur bersamamu, libidoku meningkat. Bisa – bisa aku membuatmu kotor lagi, hahahaha,” jawab Yudas tertawa menggoda Nadna.
Nadna membayangkan kira – kira seperti apa yang Yudas maksudkan. Dalam benaknya, Nadna melihat tubuhnya penuh dengan cairan putih lengket yang berbau. Muka Nadna seketika merah padam membayangkan apa yang Yudas lakukan. Ia kembali masuk ke kamar tidur untuk mengambil bantal dan guling. Setelah ia keluar dari kamar itu dan melemparkan semua bantal dan guling yang ia bawa ke arah Yudas. Yudas yang bingung dengan kelakuan Nadna segera menghindari lemparan Nadna. Lemparan Nadna membuat seisi ruang tamu berantakan karena lemparannya mengenai hiasan di ruang tamu. Nadna mengambil bantal guling yang tidak berhasil mengenai Yudas dan melemparkan ulang ke Yudas.
Begitulah seterusnya hingga tiba saatnya Nadna tersandung barang yang tergeletak di lantai. Yudas menangkap Nadna. Mereka sama – sama jatuh, tubuh Nadna menimpa Yudas. Wajah mereka berdekatan hingga Nadna mendekatkan wajahnya ke Yudas. Mereka mengakhiri aksi lempar bantal guling dengan berciuman.