Pandangan Nadna makin buram, namun ia melihat ada sosok memakai baju serba hitam di depannya. Mantel hitam yang dikenakannya terlihat jelas ditengah kumpulan kabut.
“Dewa kematian?! Apakah aku akan mati?” ucap Nadna dalam hati dengan keadaan setengah sadar.
Sosok itu mendekati Nadna. Nadna kehilangan kesadarannya.
Ia memperhatikan sejenak Nadna yang tergeletak kehabisan nafas, lalu meraba leher Nadna. Ia memeriksa apakah Nadna masih bernafas. Ia lanjut memeriksa nadi Nadna, masih terasa detaknya. Kelopak mata Nadna ia buka untuk memastikan kalau Nadna benar – benar masih hidup tapi tidak sadarkan diri.
Herrscher.
Sosok itu adalah Herrscher.
Herrscher takut bila ternyata Nadna masih sadar. Pertemuan pertamanya dengan Nadna membuat dia lebih waspada bahwa Nadna adalah cewek yang mengerikan. Akan terjadi pertarungan kedua kalinya bila Nadna masih sadar.
Ia membuka mantelnya menutupi tubuh Nadna.
Ini akan menjadi kedua kalinya pertemuan Herrscher dengan Nadna. Mata bertemu mata.
ZAPPP
Herrscher membawa tubuh Nadna dan melakukan teleport bersamanya.
---------------------------
Seperti biasa, di jam makan siang. Veda melirik ke kiri kanan mencari tempat duduk. Kali ini dia melihat Clove. Clove duduk ditepi ruangan sendirian menikmati makanannya. Veda menghampirinya.
“CLOVE!!” seru Veda memanggilnya seraya mengangkat dan melambaikan tangannya.
Clove yang mendengar suara Veda, menyambutnya dengan cara membalas melambaikan tangannya juga. Setiba Veda di meja Clove, ia segera duduk. Ia menaruh makananannya dimeja.
Seketika semua orang berdiri. Veda yang melihat hal tersebut spontan ikut berdiri. Suasana hening. Veda tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ia melihat Clove juga ikut berdiri. Hingga terdengar ketukan langkah kaki makin dekat, mendekat ke arah kantin. Muncul pemuda sekitar 20 tahunan awal datang menuju kantin. Semua orang tiba – tiba membungkukkan badannya, begitu juga Clove. Veda tidak tahu apa yang terjadi. Ia mengikuti gerakan orang – orang disekitarnya. Ia membungkukkan badannya.
Sosok pemuda tampan dengan tinggi semampai yang datang itu menjadi pusat perhatian kantin. Veda tidak mengenalnya, namun melihat tingkah laku orang disekitarnya, ia merasa orang tersebut memiliki jabatan yang sangat penting. Tidak mungkin semua orang tiba – tiba memberi hormat seperti itu, bila orang itu bukan orang penting. Pemuda itu melambaikan tangannya, tanda ia menyapa karyawan – karyawan disana. Pemuda itu melemparkan senyumnya bagaikan malaikat yang datang memberikan berkat bagi yang dilewatinya.
“SELAMAT SIANG, PAK!!”
Sontak suara para karyawan menggema menyambut kedatangan pemuda itu. Terdengar cukup aneh menyebut Pak untuk orang yang semuda itu. Memang hanya sebagai formalitas belaka.
Setelah pemuda itu melambaikan tangan, orang – orang menghentikan posisi mereka yang bungkuk. Mereka kembali tegap dan melanjutkan aktifitasnya masing – masing. Terlihat orang itu duduk disalah satu meja di kantin. Pemuda itu melanjutkan aktifitasnya dengan mengobrol bersama para petinggi di perusahaan ini.
“Siapa pemuda itu?” tanya Veda kepada Clove.
“Kau tidak tahu siapa dia?” Clove balik bertanya seolah – olah heran karena Veda tidak mengenal sosok pemuda itu.
“Tidak tahu, aku memang pernah melihatnya di kantor ini. Tapi aku tidak pernah melihat reaksi orang – orang yang sampai rela menghentikan acara makannya. Berdiri dan memberi hormat kepada orang itu. Tampaknya pemuda itu punya posisi cukup penting disini,” pikir Veda.
“Sudah berapa lama kamu kerja disini?” tanya Clove lagi.
“Hm... sekitar 5 tahun,” jawab Veda.
“Selama 5 tahun kamu bekerja disini dan tidak kenal siapa dia?! Sungguh kebangetan!” Clove kaget seakan tidak percaya dengan jawaban Veda. Clove melanjutkan kalimatnya.
“Akan kuberitahu kau siapa dia. Dia adalah Sky, pemilik perusahaan Sky Group. Perusahaan yang membidangi beberapa sektor vital di negara ini. Dengan usia dia yang sangat muda, dia sudah mempunyai banyak perusahaan di negeri ini. Bayangkan saja, betapa banyak angka 0 di saldo tabungannya. Kau lihat orang – orang yang sedang mengobrol dengannya? Mereka adalah petinggi – petinggi di perusahaan ini.”
“Oh, aku tahu kalau yang sedang mengobrol dengan dia. Diantara dari mereka adalah bosku. Aku terlalu fokus pada kerjaan sampai tidak peduli dengan struktur organisasi diperusahaan ini. Aku cukup tahu sebatas atasanku saja, hahahaha. Bayangkan, aku berada di lantai 50! Mana mungkin aku hafal dengan seluruh orang disini,” Veda menyela penjelasan Clove. Clove menggelengkan kepalanya sambil memegangnya. Clove tidak menyangka jawaban Veda yang sepolos itu.
“Baik akan kulanjutkan. Sky adalah sosok yang sangat rendah hati. Bayangkan saja, ia bisa saja makan makanan mewah, toh uang dia tidak terbatas. Tapi dia mau berbaur dengan karyawan, bahkan dia sampai membuat petinggi – petinggi di perusahaan ini rela makan di kantin gedung.” Clove menggambarkan sosok Sky dengan penuh kekaguman, “Menurutku dia adalah sosok yang sangat dermawan. Bayangkan saja, ia selalu menyumbangkan 20% penghasilannya untuk panti asuhan dan kaum dhuafa. Tapi hanya sedikit orang yang tahu. Sangat low profile bukan?”
“Lalu bagaimana kamu bisa tahu?” tanya Veda.
“Aku bekerja di bagian keuangan perusahaan ini. Jadi setidaknya aku mendengar berita itu dari teman – temanku di kantor. Salah satu temanku adalah sekretaris pribadinya, tentu ia tahu aliran keuangan Sky.”
Ah sekretaris. Pasti merangkap pacar juga. Pikir Veda dalam hati.
Clove melanjutkan penjelasannya, ”Bayangkan saja betapa sempurnanya dia, bagaikan lagu Young milik Cai Xukun. Young and Rich! Sangat menggambarkan sosoknya. Apa yang tidak sempurna dari cowok tampan, tinggi, kaya, plus baik hati?”
“Kurasa dia hanya Human sepertimu,” Veda mencoba meremehkan Sky.
“Biarpun dia hanya Human, tapi dia bisa memperkerjakan 10 orang, bahkan lebih, Para Tech sepertimu untuk hanya dijadikan babu. Jangan meremehkan Human ya,” Clove memperingatkan Veda.
“Tapi tidak mungkin ada sosok yang sempurna di dunia ini.” Veda berkilah.
“Ya, kamu benar! Masa lalu dia cukup mengenaskan. Dia bisa menjadi seperti ini juga karena dia mewarisi harta warisan dari orang tuanya.”
“Warisan?”
“Yap, orang tua Sky telah meninggal. Mereka meninggal akibat bencana alam yang terjadi ketika Sky masih berumur 18 tahun. Umur yang sangat muda menurutku, bila kehilangan orang tua. Terlebih dia anak tunggal yang harus mewarisi harta kekayaan orang tuanya dengan menjalankan perusahaan sebesar ini. Tentu itu bukanlah hal yang mudah bagi anak yang masih berumur 18 tahun.”
Pantas aku pernah melihatnya, anak dari pemilik perusahaan ini toh. Pikir Veda dalam hati
“Bencana seperti apa yang menewaskan orang tuanya? Bukankah saat ini bencana alam bukanlah suatu hal yang sulit diantisipasi? Terlebih kalau Para Supra dan Para Tech sudah saling berkoordinasi,” tanya Veda.
“Ya, kamu benar. Memang saat ini bencana alam sangat mudah diantisipasi. Hingga membuat manusia meremehkannya. Suatu ketika, bencana alam itu lebih besar daripada yang diprediksi oleh Para Supra. Kurasa kamu pernah mendengar berita tentang Para Tech yang gagal mengantisipasi bencana alam, kan?” Clove mencoba membuat Veda mengingat kejadian yang pernah menjadi topik hangat beberapa tahun yang lalu.
“Kurasa aku pernah mendengarnya. Para Supra mendapatkan informasi palsu sehingga terkesan meremehkan bencana alam yang akan terjadi. Para Tech membuat antisipasi sesuai dengan yang diinfokan oleh Para Supra. Namun yang terjadi, bencana alam tersebut lebih besar dari yang dibayangkan, menyebabkan banyak manusia mati karenanya,” Veda mulai menjelaskan apa yang diingatnya.