Herrscher

Dark Specialist
Chapter #13

BAB 13 RISURREZIONE

Zuna telah menyelesaikan ceritanya.

“Jadi kesimpulannya?” tanya Nadna.

“Yuri belum mati!” kata Zuna menegaskan inti dari ceritanya.

“Maksudmu?”

“Yuri masih bisa diselamatkan, selama jiwanya tidak terlalu jauh meninggalkan raganya. Kita harus segera menjaga raganya. Jangan sampai ia dimasuki jiwa – jiwa liar. Karena Yuri adalah Supra tipe Pemimpi.”

Supra tipe Pemimpi adalah tingkatan yang cukup tinggi untuk ukuran Para Supra. Mereka hidup seperti manusia biasa ketika dalam kondisi sadar secara fisik, karena Supra tipe ini bekerja ketika mereka dalam kondisi tidak sadar atau tertidur. Mereka memiliki kemampuan untuk mempertahankan kesadarannya meskipun tubuh fisiknya tertidur.

Supra tipe Pemimpi bekerja sebagai pembimbing jiwa – jiwa manusia yang baru meninggal dan yang tersesat. Mereka menggunakan hidupnya untuk memberikan bantuan dan bimbingan bagi jiwa yang membutuhkan.

Bagi jiwa – jiwa liar yang usil, Supra tipe Pemimpi adalah sasaran empuk ketika raganya ditinggalkan oleh pemiliknya terlalu lama. Mereka selalu berniat mengambil alih raga Supra tipe Pemimpi.

“Benar juga. Pantas saja Yuri perilakunya seperti malaikat,” puji Nadna.

“Aku takut kita akan kesulitan mencarinya, karena jiwa tidak perlu istirahat. Istirahat hanyalah kebutuhan biologis. Jiwa tidak bisa lelah, menderita, atau dilukai. Mereka bisa berkeliaran kemanapun mereka mau.” Zuna melanjutkan penjelasannya.

Nadna teringat jasad Yuri masih di rumah sakit. Ia mengajak Zuna untuk segera ke rumah sakit.

ZAPPP

Nadna dan Zuna menghilang.

---------------------------

Tepat di atap gedung yang luas namun bukan gedung yang biasanya menjadi lokasi cerita ini. Gedung lain di kota Galaxy, namun memiliki ketinggian yang sama. Angin berhembus kencang.

Disanalah berdiri Sky dan Yuna, diterpa angin yang mengibarkan mantel milik Sky.

Yuna yang menggunakan baju blazer hitam dan kemeja putih layaknya seorang sekretaris, menunduk. Menyesali kegagalannya membendung serangan Zuna Zelkie. Wajahnya tampak murung. Rambutnya yang panjang terombang angin terpapar hembusan angin yang kencang. Tampak berkilau, namun wajahnya yang murung menghilangkan pesona kecantikannya.

Tepat di tepi parameter atap gedung yang tidak terlihat pagar atau pengaman, Sky berdiri merasakan hembusan angin yang kencang. Ia menikmatinya. Awan menutupi langit yang membuat seakan suasana menjadi kelam. Suasana yang tampak tidak bersahabat bagi siapapun.

Sky tersenyum, “Yuna, kemarilah.”

“Baik Tuan!”

Yuna yang seketika mendengar titah dari Sky, menaikkan wajahnya yang sedari tadi menunduk. Segera ia bergegas menuju tempat Sky berdiri. Yuna tidak berlari, namun tetap berjalan penuh keanggunan bak model melintasi catwalk.

Kini posisi mereka sama – sama berdiri di tepi gedung itu.

“Jangan sedih, aku tidak marah kok...” Sky mulai berkata lagi.

Mendengar kalimat yang diucapkan Sky, kini wajah Yuna perlahan kehilangan kesenduannya. Aura kecantikannya mulai menampakkan sinarnya. Namun, ia kembali menunduk. Pesonanya seketika luntur tiba – tiba.

“Maafkan saya Tuan, saya gagal melindungi Tuan...” Yuna meminta maaf sambil menunduk. Ia tidak berani melihat wajah tuannya, Sky.

Sky melihat jam yang dikenakan Yuna. “Jam itu yang kamu gunakan untuk melindungiku bukan?”

“Benar Tuan!”

“Boleh kulihat?” Sky memberikan tangannya untuk menerima jam tersebut.

Yuna cepat – cepat melepaskan jam tangannya. Ia tidak mau membuat Sky menunggu. Yuna meletakkan jam tangan miliknya di tangan Sky.

Sky memperhatikan jam pemberian Yuna dan menggenggamnya.

“Kau juga melakukan teleport dengan jam ini kan?”

“Benar Tuan!”

“Hm... Yuna...”

“Ya Tuan”

“Kau tidak perlu bersedih lagi...” kata Sky sambil melangkah menjauhi tepi gedung itu.

“Terima kasih Tuan,” wajah Yuna kembali cerah. Ia sudah mulai bisa menatap wajah Sky

“Karena kau sudah tidak dibutuhkan lagi...” Sky mendorong dada Yuna.

Yuna seketika kaget terhadap apa yang dilakukan Sky. Dorongan Sky membuat pijakannya tidak kuat. Kini posisinya tidak lagi menginjak atap gedung. Ia melayang. Siap terjun dari gedung.

Yuna mencoba meraih tangan yang mendorongnya tadi namun tidak mampu menggapainya. Wajah Sky tersenyum berkebalikan dengan wajah Yuna yang terlihat menangis. Wajah Sky itulah yang terakhir ia lihat saat ini. Badannya tengah berada di udara. Wajah orang yang ingin dia lindungi.

“TUAAANN!!” teriak Yuna meminta tolong. Matanya terlihat basah oleh air mata. Jam yang biasa ia pakai, berada di tangan Sky. Kini ia tidak bisa melakukan teleport. Gravitasi menarik tubuhnya dengan cepat. Hanyalah kematian yang kini ada dipikirannya.

Suara Yuna kini tidak terdengar lagi.

---------------------------

Sky yang baru saja membunuh Yuna dengan entengnya membalikkan badannya. Ia malas melihat wajah sekretaris yang selalu berada di sisinya, bahkan untuk terakhir kalinya. Dengan langkah pasti, Sky meninggalkan tepi gedung.

“Mengapa kau lakukan ini?”

“Dia sudah tidak berguna, untuk apa dipertahankan?” jawab Sky enteng.

Sky melihat tangannya masih memegang jam milik Yuna. Sky melemparkan jam itu ke lantai lalu menginjaknya hingga hancur tak bersisa. Kini tidak ada lagi kenangan tentang Yuna.

“Aku tidak pernah mengajarkanmu seperti ini!”

“Tapi kau hanya memberi petuah – petuah abstrak! Petuah kalian hanyalah sebatas idealis belaka, yang tidak relevan dengan jaman sekarang! Kalian juga tidak benar – benar ada untukku!” Sky mulai marah. “Lagipula kalian tidak bisa menggunakan nasehat kalian untuk semua orang!”

Sky melangkah meninggalkannya.

---------------------------

Kembali ke Dunia Kematian. Dunia tempat orang yang sudah meninggalkan hal yang fana.

Dimana gubuk tempat Dewa Kematian berteman dengan catatan kematian.

Tempat dimana Zuna dan Supra lainnya menanyakan Yuri.

Lihat selengkapnya