Zuna melakukan astral projection. Kemampuan secara sengaja maupun tidak sengaja dimana seseorang melepaskan jiwa, sukma, atau tubuh keluar dari raga. Kini ia sendiri yang melakukannya tanpa ditemani oleh Para Supra lainnya. Tidak seperti saat ia pergi ke Dunia Kematian. Ia berkeliling ke segala penjuru alam semesta. Selama perjalanan, ia menemui banyak arwah. Arwah orang yang baru saja mati. Makhluk halus dan sosok astral lainnnya. Kini ia benar – benar harus bisa mengontrol ego dan nafsunya secara penuh, agar tidak terlena pengaruh makhluk astral lainnya. Tidak akan ada yang bisa menolongnya karena kini ia sendirian. Terus berkeliling tak tentu arah. Berharap ada petunjuk tentang virus ini.
Tiba – tiba ia terhenti. Sekilas ia melihat sosok yang dikenalnya. Ia coba mendekati sosok itu. Sosok yang benar – benar ia kenal. Teman baik Nadna, Yuri. Zuna segera menuju ke arah Yuri berada. Jiwa cahaya tersebut melesat cepat. Hingga sampailah dimana Yuri berada.
“Yuri! Kaukah itu Yuri?!” teriak Zuna pada roh yang sedang berkeliaran bersama roh lainnya.
Yuri mendengar suara tersebut samar - samar, “Zuna?”
Zuna terus berteriak memanggil Yuri agar Yuri menyadari keberadaannya. Yuri melihat sekeliling hingga ia melihat suatu cahaya makin mendekatinya. Cahaya itu terus memanggil namanya, ia mengenal cahaya itu berdasarkan suara yang dikeluarkannya. Suara yang ia kenal.
Akhirnya tibalah cahaya itu mendekati Yuri. Perlahan cahaya itu membentuk suatu sosok. Sosok yang dikenal oleh Yuri, Zuna. Zuna dikelilingi cahaya putih
“Ternyata benar itu kamu, Zuna. Tadi aku sampai tidak mengenalmu. Untung aku ingat suaramu.”
“Benar, ini aku, Zuna,” Zuna menunjukkan dirinya pada Yuri.
“Zuna? Kenapa kamu datang kesini?” tanya Yuri heran.
“Justru aku yang tanya ke kamu. Jasadmu menghilang dari rumah sakit. Sedangkan arwahmu di sini. Kalau terjadi apa – apa pada jasadmu, kamu tidak akan bisa kembali. Jasadmu butuh energi untuk hidup meskipun jiwamu tidak,” Zuna kuatir dengan keadaan Yuri.
“Tenang saja Zuna, jasadku berada di tangan yang aman kok,” Yuri menjawab Zuna dengan tersenyum.
“Apa maksudmu dengan ‘tangan yang aman’?” Zuna heran dengan jawaban Yuri.
“Aku tidak bisa menceritakan hal ini kepadamu. Maaf.” Yuri mengatupkan tangannya tanda permohonan maaf.
“Ada apa? Aku tidak mengerti maksudmu?!” Zuna mencoba mendesak Yuri.
“Zuna, tenanglah! Kamu harus mengontrol emosimu. Saat ini kamu berada dalam kondisi astral projection. Akan berbahaya kalau kamu kehilangan kendali atas emosimu,” Yuri menenangkan Zuna yang mulai emosi. Ia melihat cahaya Zuna tidak stabil. “Aku baik – baik saja disini. Kamu tidak perlu kuatir dengan kondisiku.”
Suara Yuri yang halus membuat emosi Zuna kembali tenang. Kini cahayanya stabil.
“Apa yang kau lakukan disini?” tanya Zuna. Zuna melihat Yuri berdiri disamping arwah. Mungkin ini adalah arwah orang yang baru mati.
“Seperti yang kau lihat. Aku sedang membantu mereka menyelesaikan masalah mereka di dunia yang belum selesai. Jiwa mereka tidak bisa ke alam baka karena tanggungan mereka di dunia,” Yuri menunjuk arwah di sebelahnya.
“Jadi kau sekarang menolong jiwa – jiwa ini? Kenapa kau melakukannya?”
“Aku adalah Supra Pemimpi. Pekerja Astral. Tentu kau tahu kalau kemampuanku adalah membimbing jiwa – jiwa manusia yang baru saja meninggal dan jiwa yang tersesat.”
“Baiklah, aku hormati keputusanmu. Tapi kau yakin kalau jasadmu baik – baik saja?” Zuna ingin Yuri meyakinkannya.
“Tentu aku yakin. Saat ini tubuhku terus tertidur, sehingga aku bisa terus membimbing jiwa – jiwa ini. Dia yang menjaga tubuhku agar tetap hidup,” Yuri menjawab Zuna dengan halus.
“Dia? Dia siapa?” Zuna mendesak lagi.
“Sudah kukatakan tadi Zuna, aku tidak bisa memberitahumu. Jasadku aman. Kau tidak perlu kuatir.”
“Tentu. Kau tentu tahu kalau di dunia kini jumlah orang mati bertambah pesat. Kau pasti sibuk karenanya.”
“Karena itulah tubuhku harus terus tertidur agar aku mempunyai banyak waktu untuk membimbing mereka. Saat ini jumlah mereka sangat banyak karena mereka tidak mempersiapkan kematian mereka sendiri.”
“Mungkin aku bisa tidak kuatir kepadamu, tapi bagaimana dengan Nadna? Dia sahabat terbaikmu. Kamu yakin dia bisa tidak sekuatir aku?”
Yuri termenung. Wajahnya menunduk. Ia teringat wajah Nadna. Seketika Yuri mengangkat wajahnya kembali. “Oya, aku harus segera menyelesaikan tugasku. Apakah kamu sendirian kesini? Aku tidak melihat roh lain bersamamu.”
“Aku sendirian kesini. Aku tidak mengajak Para Supra lain. Aku mencoba menyelidiki kasus ini sendiri. Kau tahu, banyak jiwa yang meninggal akibat virus yang melanda. Sampai sekarang dunia masih berusaha mencari obatnya. Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara mengatasi wabah ini.”
Yuri kaget, “Zuna! Bukankah itu berbahaya sekali kalau kau sendirian ke dunia ini. Lebih baik kau cepat kembali ke tubuhmu.” Yuri menyuruh Zuna untuk segera kembali ke raganya. Ia kuatir bila raganya di serang makhluk astral lainnya.
“Baiklah, setidaknya aku sudah tahu kalau kamu masih hidup dan sesuai katamu, jasadmu aman. Setidaknya itu mengurangi kekuatiranku. Selamat menjalankan tugasmu.”
“Ya, sama sama. Tolong sampaikan salamku pada Nadna. Aku baik – baik saja disini dan tolong katakan padanya, jangan mencariku. Aku tidak mau dia mencoba astral projection sepertimu dan berakhir dengan tersesat di dunia astral. Aku tahu Nadna seperti apa orangnya. Dia sangat keras kepala.”
“Sudah berapa lama kamu keluar dari ragamu? Jangan bilang sudah lama. Itu berbahaya sekali. Bisa – bisa kamu tidak bisa kembali ke ragamu.” Zuna mulai cemas.
“Sejak kau bilang kalau jasadku hilang dari rumah sakit tentunya.”
“Oh, 2 hari yang lalu berarti.”
“Benar sekali. Sudahlah, kau lebih baik segera kembali ke ragamu.”
“Baiklah kalau itu maumu. Aku akan kembali.”
“Jangan lupa sampaikan salamku pada Nadna.”
Sosok Zuna perlahan berubah menjadi cahaya putih. Cahaya yang terasa menyejukkan. Kini cahaya itu melesat jauh ke angkasa bagai kilat. Menuju ke raganya kembali.
Kini jiwa dan raga Zuna telah menyatu kembali.
“Yuri...”
---------------------------
Di laboratorium milik Herrscher.
“Lalu apa rencanamu selanjutnya?” tanya Nadna pada Herrscher.
“Hm... sebentar. Virus yang beredar ini tipe RNA kan?”
“Aku tidak tahu soal virus, Herrscher. Itu bukan bidangku.”