“Zuna, Yuri telah berhasil mencapai tahap precognition melalui mimpinya.”
Yuri tampak bahagia. Ia senang dengan keberhasilannya. Namun wajah Zuna tampak kaku.
“Lebih baik kau beristirahat sebentar. Fisikmu sudah tidak kuat karena kau forsir selama ini.” perkataan Zuna membuat Yuri terhenyak.
“Apa maksudmu Zuna?” Nadna terheran.
“Yuri, aku tahu kalau kamu mengalami sakit ketika kamu bangun. Kamu bisa mengelabui Nadna. Tapi kamu tidak bisa menipuku,” pandangan Zuna tajam menatap Yuri.
Nadna bingung dengan perkataan Zuna. Ia tidak tahu bahwa Yuri sakit akibat memforsir latihannya. Nadna membaca pikiran Yuri.
---Bagaimana Zuna bisa tahu kalau badanku sering sakit ketika bangun?---
“Yuri, jadi benar apa yang dikatakan Zuna? Kenapa kamu tidak bilang?”
“Maafkan aku Nadna, aku terlalu bersemangat melakukannya. Aku ingin menjadi Supra sepertimu,” Yuri menundukkan kepalanya.
“Yuri, aku tahu kamu sangat bersemangat menjadi Supra. Tapi semua butuh proses. Tidak bisa instant seperti itu. Antara jiwa dan fisik harus seimbang. Apabila salah satu tidak bisa melengkapi, kehancuran yang terjadi,” Zuna menjelaskan kepada Yuri pentingnya keseimbangan hidup.
“Aku tidak mengerti,” Yuri mengernyitkan dahinya.
“Fisik dan jiwa harus seimbang. Bila jiwa tidak mampu mengimbangi fisik, maka kegilaan akan dialami oleh fisik. Hal ini berkebalikan dengan yang kamu alami. Jiwamu sangat kuat, namun fisikmu lemah. Itulah yang terjadi pada fisikmu saat ini karena kamu terlalu memaksakan diri. Lebih baik kamu melatih fisikmu dulu. Baru kamu bisa melanjutkan latihan spiritualmu.”
“Apakah ini akan membutuhkan waktu yang lama?”
Zuna berdehem, “Kamu jangan iri pada Nadna. Perlu kamu ketahui, sampai saat ini, Nadna hanya bisa membaca pikiran orang dengan sempurna. Bahkan ia bisa membaca pikiranku ketika aku membloknya. Ia belum bisa melakukan Astral Projection secara sempurna. Tali perak Nadna selalu tidak bisa stabil ketika ia melakukannya. Nadna belum bisa mengendalikan emosinya dengan baik. Akupun tidak memaksanya untuk terus belajar. Karena waktu tiap manusia berbeda – beda. Nadna juga akan bisa melakukan Astral Projection dengan sempurna bila memang sudah waktunya. Hal ini juga berlaku bagimu.”
---Nadna, bawa temanmu ini pergi, sebelum ia terlalu banyak bertanya kepadaku. ---
---Baik, Zuna! ---
Nadna dan Zuna berkomunikasi melalui pikiran mereka. Nadna mengajak Yuri keluar dari ruangan itu, “Yuri, ayo kita pergi. Sudah cukup informasi yang Zuna berikan kepadamu.”
“Mau kemana kita?” Yuri terheran karena tiba – tiba Nadna mengajaknya pergi dari ruangan Zuna.
“Sudah ikut saja.”
“Baik!” kaki Yuri menyenggol tumpukan buku di lantai. Buku – buku itu berhamburan. “Ah! Maaf, aku tidak sengaja...”
Nadna dan Zuna hanya menggeleng – gelengkan kepala.
---Untung disini tidak ada barang pecah belah. Bisa ribet nanti urusannya. ---
---Temanmu memang ceroboh. Jangan sampai dia membuat kekacauan di ruanganku yang sudah kacau ini. Cepat bawa dia keluar! ---
---Sabar sedikit kenapa? ---
“Ayo Yuri! Kita keluar dari sini,” Nadna mengutak atik jam teleportnya. Nadna menyuruh Yuri mendekatinya. “Ayo kesini!”
“Ah baik!” kakinya kembali menendang tumpukan buku yang lain. “Ah maaf T.T...”
ZAPPP
---------------------------
“Jadi seperti itulah ceritanya. Bagaimana aku dan Zuna mengajari Yuri hingga bisa sampai ke tahap menjadi Supra tipe Pemimpi,” Nadna meletakkan sendoknya. Ia mengambil gelas untuk ia minum.
“Loh bukannya ceritamu, Yuri baru bisa melakukan precognition lewat mimpinya?”
“Itu cerita yang sangat panjang. Bisa – bisa makanan ini sudah habis tapi cerita belum selesai. Kapan – kapan aku akan cerita lagi soal Yuri,” Yuri menunjukkan pizza yang Herrscher makan, “Lihat bahkan pizzamu tinggal seperempat lagi.”
“Ah, itu gampang. Kan tinggal pesan lagi. Jangan kayak orang susah, dong,” Herrscher tertawa.
“Kan kamu yang bilang kalau disini mahal. 300.000 reubel hanya untuk sekali makan. Kau memang boros ya.”
“Ah, kamu kan tidak tahu saja. Hahaha,” Herrscher tertawa karena ia tahu kalau Nadna tidak tahu bagaimana cara Herrscher mendapatkan uang.
“Apa yang aku tidak tahu?! Ah kamu curang! Mentang – mentang aku tidak bisa membaca pikiranmu,” Nadna kesal dengan Herrscher.
“Sudah sudah, yang penting kan makanan ini aku yang bayar. Kalau kamu mau tambah, aku bisa pesankan lagi,” Herrscher menawarkan menu pada Nadna.
“Hm... beneran ditraktir nih? Boleh boleh boleh... aku pesan ...”
“Eits, ada syaratnya!” Herrscher menghentikan jari Nadna.
“Syarat apaan? Jangan minta macam – macam ya? Aku tidak akan menyerahkan tubuhku kepadamu!” Nadna menutupi dadanya.
“Kau pikir aku semesum itu? Kalau aku mesum tentu kamu sudah kupakai waktu kamu tidak sadar kemarin. Tentu aku tidak memberi syarat seperti itu. Kau harus menghabiskan makananmu dan melanjutkan ceritamu tadi,” Herrscher tersenyum.
“Oh... itu. Kau keliatannya tertarik pada Yuri ya? Hayo ngaku!” jari Nadna menunjuk mata Herrscher. Nadna menggerakkan jarinya seperti spiral.
“Tidak – tidak,” Herrscher menggelengkan kepalanya, “Seperti yang kubilang, aku tertarik dengan dunia spiritual.”
“Hm... coba kalau kamu bertemu Yuri. Pasti kamu bakalan pingin mencubit pipinya.”
Tangan Nadna seperti capit yang siap memiting pipi Herrscher.
“Hahaha... kamu bisa aja kalau berimajinasi,” Herrscher hanya tertawa karena sebenarnya ia sudah pernah bertemu Yuri. Ia sudah tahu betapa cerobohnya Yuri.
“Baiklah aku pesan Pizza Meatlover dengan ukuran sepertimu!” Nadna langsung menunjuk layar menu.
Tiit. Pesanan telah dipilih. Silahkan melakukan pembayaran. Total 150.000 Reubel.
---------------------------
Nadna dan Yuri berada di taman. Mereka sedang duduk santai menikmati hijaunya rumput dan warna warni bunga. Udara sejuk menyegarkan badan mereka. Langit tampak cerah hari itu.
“Lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya Yuri.