Aku memberikan kebebasan untukmu. Jadi sekarang itu urusanmu.
“Kau tidak bisa seenaknya begitu! Ini benar – benar tidak beres!”
Selamat menjalankan tugas.
“Kau tidak bisa seenaknya begini! Ah sial!”
Death emosi dengan jawaban tersebut. Tangannya mengepal dan bergetar. Kini ada pihak lain yang mencampuri urusannya. Ia benci akan hal itu. Entah siapa yang melakukannya. Ia tidak tahu. Death berjanji akan menghukum orang itu.
---------------------------
Di ruang kerja Zuna.
Zuna sedang membaca buku di kursinya. Ditemani secangkir teh hangat yang terbuat dari rempah – rempah pilihan. Disajikan dalam teko keramik berwarna putih. Teko tersebut masih mengeluarkan kepulan uap panas. Wanginya menyebar ke seluruh ruangan. Hanya Zuna sendirian di ruangan itu.
Zuna menyeruput teh dari cangkirnya, “Ah... nikmatnya.” Zuna memejamkan mata. Merasakan sensasi panas namun segar di tenggorokannya.
ZAPPP
“Zunaa!!” teriakan Nadna membuat telinga Zuna sakit. “Gara – gara kata – katamu, bisa – bisa hubunganku dengan Herrscher bakalan benar - benar kejadian!”
Nadna berlari ke meja Zuna. Kini posisinya berkacak pinggang.
“Ho... karena itu toh kamu datang kesini,” Zuna menyeruput tehnya lagi. Ia masih hanyut dalam kesegaran teh yang ia racik sendiri. Kepulan uap panas menutupi wajah Zuna.
“Kamu membaca pikiranku ya?!” Nadna emosi. Kedua tangannya kini menopang badannya dari meja Zuna. Urat – urat amarah terlihat jelas di pelipisnya.
“Tak perlu emosi seperti itu. Kendalikan hormon oksitosinmu. Toh pada akhirnya kamu suka pada Herrscher, kan.” Zuna menutup mulutnya. Ia ingin tertawa tapi ia tahan supaya tidak memancing emosi Nadna.
“Hiihh... awas kamu!” Nadna memalingkan mukanya dari Zuna.
“Lalu ada keperluan apa kamu kesini? Apa perlu aku membaca pikiranmu lagi?” Zuna meletakkan bukunya dan melipat tangannya.
“Aku mau bertanya soal Yuri. Kenapa kamu tidak mendesaknya?”
“Apa hak ku mendesaknya? Itu adalah keinginannya sendiri. Yang penting kamu sudah tahu kan kalau Yuri masih hidup dan jasadnya aman,” Zuna membaca bukunya kembali. Ia kembali tidak mempedulikan Nadna.
Nadna masih tidak terima dengan jawaban Zuna. Zuna tampaknya tidak peduli dengan keresahan Nadna. Ia meneruskan membaca buku. Sesekali ia menyeruput teh. Nadna kepikiran soal Yuri. Pikirannya kini kalut. Zuna membaca pikiran Nadna. Ia mencoba mengalihkan fokus Nadna pada Yuri.
“Bagaimana perkembangan Herrscher? Apa yang sudah dia ciptakan?”
“Tetap seperti kemarin, masih mencoba membuat antivirus. Lagipula pemerintah sudah menemukan vaksinnya. Kurasa kita tidak membutuhkan Herrscher lagi,” Nadna mengatakan kalimat tersebut namun tanpa menoleh ke arah Zuna. Di dalam hati Nadna, ia masih ingin bersama Herrscher.
Tiba – tiba Zuna berhenti membaca bukunya namun tidak melepaskan buku itu, “Aku tidak yakin soal itu. Virus ini tidak semudah itu dihilangkan. Ada yang tidak beres.”
“Lalu apa yang kamu harapkan? Berharap Herrscher terus membuat antivirus?”
Zuna menutup bukunya. Kini aura berubah. Seakan udara penuh sesak. Wajahnya serius.
“Kau ingat apa yang dikatakan Para Supra. Virus ini hanya bisa diselesaikan oleh orang yang diramalkan. Dan orang itu adalah orang yang pernah kamu temui. Apa mungkin ada orang dari pemerintah yang pernah kamu temui?”
Nadna mengingat kembali kejadian yang telah berlalu. Lobus temporal miliknya bekerja keras. Sejak ia ditugaskan untuk mencari orang yang diramalkan, ia bahkan tidak pernah berurusan dengan pemerintah. Ke kantor pemerintah saja tidak pernah. Selama ini ia hanya berhubungan dengan Veda, Yudas, Clove, dan Herrscher. Nadna berpikir apakah mungkin salah satu dari mereka adalah orang dari pemerintah? Karena selama yang Nadna tahu, mereka semua adalah karyawan kantor di Gedung Sky Group.
“Zuna, apa mungkin Sky adalah orang dari pemerintah?” entah darimana pikiran itu muncul dari benak Nadna. Lobus frontalnya kini benar – benar bekerja.
“Kurasa tidak mungkin Sky mau bekerja sama dengan pemerintah. Dia terlalu money oriented walaupun dia juga dermawan. Tentu ia akan menggunakan kesempatan ini untuk mencari keuntungannya sendiri. Seperti membuat vaksin untuk dijual oleh perusahaannya,” Zuna kembali membuka bukunya, “Sky bukanlah orang yang baik seperti terlihat di media.”
Zuna terlihat santai dengan kejadian ini. Nadna hanya heran dengan jalan pikiran Zuna. Seakan ia tidak pedui dengan apa yang terjadi. Zuna mengetahui apa yang dipikirkan Nadna.
“Bukan aku tidak peduli. Akan ada saatnya aku membantumu mencari orang yang diramalkan itu. Akupun juga mencari petunjuk, hanya saja aku melakukannya dalam hening.”
“Bukankah orang yang diramalkan itu adalah Herrscher?” Nadna terkejut dengan kalimat Zuna. Ia berpikir sudah menemukan orang yang diramalkan.
“Aku tidak yakin, mungkin memang Herrscher. Tapi aku merasa ada yang lain.”
“Kapan? Kapan kamu aktif mencarinya?” Nadna emosi. Ia tidak pernah melihat Zuna peduli.
“Tenanglah, akan ada saatnya nanti,” Zuna dengan enteng menjawab pertanyaan Nadna.
“Lebih baik aku kembali bertemu Herrscher daripada aku dibuat kesal olehmu,” Nadna marah.
“Oh... bertemu calon pacarmu lagi,” jawab Zuna enteng.
ZAPPP
Nadna menghilang dari hadapan Zuna tanpa memberikan salam. Zuna hanya tersenyum melihat kepergian Nadna. Ia merasa akan ada perubahan pada hidup Nadna.
---------------------------
Di laboratorium Herrscher.
Herrscher masih sibuk dengan penelitiannya. Ia terus menatap layar monitor sambil tangannya menari di atas keyboard. Ia mencerna susunan kodon virus yang baru ia dapatkan dari restoran seberang. Deretan nukleotida yang menjadikannya asam amino, menghiasi layar monitor. Mejanya penuh dengan catatan yang berisi gambar – gambar bagian virus.
“Kalau virus ini melakukan replikasi pada inti nukleus. Berarti virus ini termasuk Kelas I DNA utas ganda. Tunggu... apakah ini sejenis Adenoviridae. Kalau iya, berarti orang itu mengalami miokarditis. Astaga... aku salah dalam melakukan diagnosa,” Herrscher memegang dagunya. Tanda bahwa ia sedang memikirkan sesuatu.
Herrscher menjauhi layar monitor sambil terus memandangi layar. Dalam otaknya tergambar bermacam – macam komponen dari virus. Mulai dari kodon hingga nukleokapsid. Ia membayangkan antivirus apa yang harus ia buat. Tiba – tiba ia teringat Nadna. Herrscher mencoba menghubungi Nadna. Ia terburu – buru.
“Halo, Nadna. Kamu dimana?”