Zuna menepuk dahinya. Ia tahu kalau Yuri sangat lambat dalam berpikir.
“Kita harus mencari tahu siapa yang membunuh Herrscher,” Zuna sedikit menahan emosi.
“Bagaimana caranya?” Yuri bingung.
“Retrokognisi...”
“Retrokognisi? Aku tidak bisa melakukan itu. Selama ini aku hanya bisa melakukan prekognisi,” wajah Yuri makin terlihat seperti orang bodoh.
“Aku tidak menyuruhmu melakukan retrokognisi. Aku sendiri yang akan melakukannya. Kau cukup mengantarku ke tempat dimana kamu menemukan Herrscher. Biar selanjutnya aku yang akan melakukan retrokognisi.”
“O... aku kira kamu menyuruhku melakukan retrokognisi,” Yuri mengangguk paham. “Kapan kita akan mulai mencari pembunuhnya?”
“Setelah kamu menghabiskan makanan ini,” Zuna menunjuk makanan yang berada di atas meja. “Kamu harus menghabiskan semua ini. Hahaha,” Zuna tertawa.
“Kau gila?! Bisa – bisa berat badanku bertambah pesat!” Yuri memegang pipinya. Ia merasa tubuhnya semakin gemuk. Apalagi dia sudah jarang berolahraga.
Yuri mencubit lemak diperutnya. Sangat bergelambir. Ia memainkan lemak perutnya.
“Huuu....”
---------------------------
Di kantor polisi.
Yudas diinterogasi oleh polisi. Di jarinya menempel alat pendeteksi kebohongan.
“Jadi atas dasar apa kalian menjadikanku sebagai tersangka?”
“Berdasarkan hasil sketsa wajah dari polisi divisi retrokognisi. Kami menemukan wajahmu sebagai pelaku pembunuhan dari saudara Herrscher.”
“Astaga, hanya karena sketsa wajah, kalian menjadikanku sebagai tersangka?” Yudas membanting badannya kebelakang. Wajahnya tampak tidak percaya dengan cara kerja polisi itu.
“Benar, wajahmu sangat mirip dengan pelaku pembunuhan,” tegas polisi itu.
“Apa kalian mempunyai bukti kalau aku yang membunuh orang itu? Bahkan aku tidak kenal dengan orang yang kamu sebutkan itu,” Yudas kesal.
Salah satu polisi supra membaca pikiran Yudas. Yudas jujur. Memang Yudas tidak pernah bertemu dengan Herrscher sebelumnya. Bahkan Yudas tidak mengenal siapa Herrscher. Polisi supra itu menggelengkan kepalanya kepada polisi lainnya. Mereka tidak menemukan kebohongan pada Yudas. Mereka juga tidak menemukan motif pembunuhan Yudas.
“Maaf, tapi kami perlu keterangan dari Anda,” salah satu polisi itu mengatupkan tangannya.
“Kapan kejadian orang itu terbunuh? Mungkin saya bisa memberikan keterangan untuk Anda?” Yudas tampak percaya diri.
“Apa yang anda lakukan saat pukul 12.00 sampai jam 13.00?” tanya polisi itu.
Yudas menceritakan seluruh alibinya ketika jam istirahat. Dia hanya berada di ruangannya. Tidak sekalipun ia keluar dari ruangan itu. Yudas pintar menjaga detak jantungnya, sehingga ia lolos dari alat pendeteksi kebohongan. Ia sangat terlatih untuk itu. Yudas sangat lancar memberikan keterangan, sehingga membuat kedua polisi mengurangi kecurigaan mereka.
Salah satu polisi tersebut menyuruh polisi lainnya untuk mengecek ke Gedung Sky Group. Polisi tersebut segera menuju Gedung Sky Group.
Mereka mendatangi pihak keamanan Gedung Sky Group dan meminta ijin untuk melihat rekaman CCTV. Salah satu CCTV tersebut terpasang di depan pintu ruangan Sky. Dari rekaman tersebut, tidak terlihat Sky keluar dari ruangannya selama jam yang disebutkan.
“Apakah di dalam ruangan tidak terpasang CCTV?” tanya polisi itu kepada salah satu petugas keamanan gedung.
“Kami tidak boleh melakukan hal itu, Pak. Itu terkait privasi karyawan.”
“Ah, sial!” gumam polisi itu.
Polisi itu segera menelepon pihak yang sedang berada di ruang interogasi. Ia menginfokan bahwa apa yang dikatakan Yudas memang benar adanya.
Yudas melihat reaksi polisi yang menerima telepon itu. Polisi itu menatap Yudas. Ia tidak percaya bahwa apa yang dikatakan Yudas memang benar. Tuduhan terhadap Yudas tidak terbukti.
“Bagaimana? Apa ada yang salah dengan keterangan yang baru saja kuberikan?” tanya Yudas dengan yakin. Ia mengangkat bahunya.
Polisi itu tidak bisa berkata apapun. Mereka tidak memiliki bukti lain selain dari sketsa wajah. Tidak ada satupun saksi yang berada disana, karena memang jalanan sudah terlalu sepi sejak adanya virus.
Polisi itu tiba – tiba memiliki ide. Ia menyuruh polisi lainnya untuk mengecek CCTV yang berada di sekitar lokasi kejadian. Namun hasilnya nihil. Tidak ada tanda – tanda bahwa Yudas pernah ke lokasi tersebut. Polisi itu frustasi. Ia menggelengkan kepala, bingung untuk membuktikan hasil dari polisi divisi retrokognisi. Tidak ada bukti yang bisa memberatkan Yudas.
“Jadi, bagaimana? Apa aku bisa keluar sekarang?” Yudas meminta ijin untuk menyudahi proses interogasi ini.
Polisi itu terdiam. Ia memiliki keterangan senjata yang digunakan untuk membunuh Herrscher. Namun ia tidak bisa membuktikan hal itu karena senjata tersebut tidak berwujud. Bahkan Para Tech yang bisa menggunakan senjata itu sangatlah langka. Mereka bisa membuktikan secara retrokognisi, namun mereka tidak bisa membuktikan secara fisik.
Polisi tersebut akhirnya mengijinkan Yudas meninggalkan ruang interogasi dan kembali ke Gedung Sky Group.
“Apakah orang itu sudah mati?” tanya Yudas kepada polisi untuk terakhir kalinya.
“Sudah,” polisi itu berbohong. Ia masih curiga dengan Yudas.
ZAPPP
Yudas meninggalkan kedua polisi tersebut. Senyumnya tidak dapat terlihat oleh polisi.
---------------------------
ZAPPP
Yuri dan Zuna tiba di lokasi kejadian. Lokasi itu kini sudah diberi garis polisi berwarna hitam kuning. Mengelilingi area lorong tersebut. Disitu dua polisi berdiri dalam posisi siaga.
“Disinilah aku menemukan Herrscher,” Yuri menunjuk bekas darah yang mengering.
Zuna meminta ijin masuk ke dalam batas garis polisi. Kedua polisi itu mengenal Zuna. Mereka mengijinkan Zuna dan Yuri masuk. Zuna dan Yuri melewati batas garis polisi itu.
Mata Zuna melihat sekeliling area kejadian. Tampaknya ia sedang mencari sesuatu.
“Apa yang kamu cari, Zuna?” Yuri bertanya.
“Sesuatu. Sesuatu yang bisa aku gunakan untuk melakukan retrokognisi.”