Herrscher

Dark Specialist
Chapter #31

BAB 31 APZINAS

BAB 31 CONCIOUS

Empat minggu berlaku sejak Herrscher dirawat. Herrscher telah kembali sadar. Ia telah graduate dari komanya. Luka tembak tersebut telah menutup. Berterimakasihlah pada teknologi saat ini yang bisa mempercepat penyembuhan luka. Perlahan Herrscher membuka matanya. Aroma rumah sakit ia rasakan dihidungnya. Herrscher mengingat kejadian terakhir yang dialaminya. Ia bertarung dengan Yudas, hingga akhirnya Yudas menembaknya. Herrscher melihat bekas luka dibadannya. Sudah tertutup walau sedikit bekas.

Herrscher mencoba bangun, ternyata Nadna sedang tidur disampingnya. Kepala Nadna menimpa perut Herrscher. Tangan kanannya tertimpa tangan Nadna. Ia coba membangunkan Nadna dengan tangan kirinya. Tapi ia masih merasakan kaku. Ia teringat bahwa tangan kirinya dipatahkan oleh Yudas

“Nadna. Nadna. Nadna. Bangun! Badanmu berat. Aku tidak bisa bergerak,” Herrscher menggoyang – goyangkan badannya. Berharap Nadna segera bangun dan memindahkan kepalanya.

Guncangan Herrscher membuat Nadna terbangun dari tidurnya. Nadna membuka matanya dan melihat Herrscher sudah sadar. Sontak betapa senang hati Nadna saat ini. Nadna langsung memeluk Herrscher. Ia memegang wajah Herrscher dan langsung mencium bibir Herrscher. Air menetes pada wajah Nadna. Menjatuhi pipi Herrscher.

“Akhirnya kamu telah sadarkan diri,” isak Nadna dalam tangisnya.

Nadna kembali memeluk Herrscher. Herrscher membalas pelukan itu dengan pelukan yang lebih erat. Mereka kembali berciuman.

“Aku merindukanmu,” bisik Nadna ditelinga Herrscher.

“Aku juga,” balas Herrscher di telinga Nadna.

KRIEEKK... Suara pintu terbuka perlahan. Zuna datang. Ia melihat adegan romantis antara Nadna dan Herrscher. Zuna merasa jadi obat nyamuk bagi mereka. Zuna kembali menutup pintu perlahan dan keluar. Ia tidak ingin mengganggu momen tersebut. Zuna tersenyum.

--- Åstider kommer och går, och jag följer i samma spår. ---

--- Allt jag vill är att sova, omfamnad i din sång. ---

--- Allt jag vill är att vänta, kura ihop i en dröm. ---

--- Jag följer min längtan till dig. ---

---------------------------

“Apa saja yang terjadi selama aku tidak sadarkan diri?” tanya Herrscher.

Nadna menceritakan kejadian saat Herrscher koma. Virus SV ditemukan, dan virus tersebut telah banyak membunuh Para Supra. Kini terdapat dua virus yang melanda dan yang mati akibat kedua virus itu sudah mencapai angka milyaran. Herrscher menunduk.

“Andai aku tidak dalam keadaan koma, mungkin aku sudah menemukan antivirusnya.”

“Ini bukan salahmu, Herrscher. Pemerintah dengan tim yang sudah berpengalaman saja tidak bisa menemukan antivirusnya. Apalagi dirimu yang seorang diri,” Nadna mencoba membela Herrscher, “Lalu apa selanjutnya yang ingin kau lakukan?”

“Sama seperti sebelumnya, aku akan fokus menemukan antivirusnya,” jawab Herrscher tegas. Ia mengepalkan tangannya, tanda yakin ia bisa berhasil menemukan antivirusnya.

Nadna senang dengan semangat Herrscher. Ia terlihat sangat ceria saat ini.

“Ayo kita segera ke laboratorium! Aku tidak sabar untuk meneliti lagi!”

Nadna menahan Herrscher, “Apa kau yakin dengan kondisimu sekarang?”

“Tentu! Aku yakin 100%!” Herrscher segera beranjak dari tempat tidurnya.

Herrscher mengajak Nadna untuk segera menuju bagian administrasi untuk mengurus segala keperluan. Tech memang beda dengan manusia pada umumnya.

---------------------------

Kini Nadna dan Herrcher telah tiba di rumah Herrscher. Herrscher segera menuju lantai 5 disusul oleh Nadna. Tampak debu dan sarang laba – laba menghiasi laboratorium. Wajar saja, karena sudah satu bulan lebih Herrscher meninggalkan rumahnya. Herrscher segera membersihkan seluruh debu dan kotoran dari laboratoriumnya.

Nadna membantu Herrscher membersihkan laboratorium. Tiba – tiba perutnya terasa keram. Herrscher yang melihat hal itu segera menghentikan kegiatannya. Ia menghampiri Nadna.

“Ada apa? Perutmu sakit?” tanya Herrscher.

“Tidak apa – apa, perutku hanya keram saja,” jawab Nadna sambil meremas perutnya.

“Sudah, kamu istirahat saja. Kondisimu sedang tidak baik,” Herrscher segera mengambil kursi dan menyuruh Nadna duduk. Nadna duduk di kursi tersebut.

“Tidak apa – apa, biasa wanita. Hahaha,” Nadna tertawa melihat Herrscher yang mencemaskannya.

Herrscher mengerti apa yang dimaksud Nadna. Ia segera mengambil air hangat dan memberikannya pada Nadna. “Ini. Minumlah, lumayan bisa meredakan perutmu. Apa kubawakan kompres? Minyak? Atau kunyit asam?”

Muka Nadna memerah. Ia malu. Ia tahu kalau Herrscher mengerti maksudnya. Tapi bagi Nadna, itu terlalu berlebihan. Tiba – tiba Nadna tertawa. Ternyata tidak hanya dia yang perhatian pada Herrscher. Herrscher juga perhatian padanya.

“Sudah, lanjutkan saja bersih – bersihnya. Hahaha. Perutku sudah membaik kok.”

“Kamu yakin?” Herrscher memastikan kondisi Nadna.

Nadna mengangguk. Herrscher sudah berhasil diyakinkan. Herrscher melanjutkan acara bersih – bersihnya. Sapu dan kemucing sudah berada di tangannya. Ia sudah bisa menggunakan tangan kirinya dengan normal.

Nadna mencoba ikut membantu, tapi perutnya masih terasa keram. Nadna menyerah. Ia membiarkan Herrscher sendirian bekerja. Nadna tersenyum. Herrscher melihatnya.

--- Ditt leende jag håller så nära i hjärta, och jag fortsätter min färd. ---

--------------------------

Kini laboratorium Herrscher telah bersih. Tidak ada lagi debu dan sarang laba – laba.

Herrscher mulai menyalakan seluruh peralatan elektronik. Seketika semua layar di laboratorium menyala. Warna biru kini mendominasi laboratorium. Herrscher segera membuka lembar kerjanya. Virus yang dinamakan SV sudah muncul di layar. Monitor itu terfokus pada kristal ungu pada badan virus. Herrscher mencoba meneliti kandungan yang terdapat pada virus itu. Nadna hanya duduk mengamati. Ia benar – benar tidak paham soal virus.

Herrscher dengan peralatannya yang canggih, mencoba memecahkan kristal ungu tersebut. Kristal tersebut berhasil pecah. Herrscher memperbesar gambaran pecahan kristal tersebut. Ia melihat keanehan pada pecahan.

Lihat selengkapnya