Herrscher

Dark Specialist
Chapter #35

BAB 35 VACKNING

Langit tampak berawan cenderung mendung, membawa hasil kondensasi langit yang pecah mengenai permukaan jalan. Cukup deras namun tidak berangin. Hujan yang sangat teduh dengan irama ketukan yang random saling sahut menyahut.

Herrscher mendatangi Gedung Sky Group. Gedung itu tampak kosong. Herrscher tidak tahu sejak kapan gedung tersebut sudah tidak lagi beroperasi. Ia masih ingat kapan ia terakhir kali digedung itu. Saat ia mengintai Yudas dan berakhir sekarat di rumah sakit.

Herrscher terlalu lama tidak mengunjungi gedung itu hingga tidak tahu bahwa gedung itu sudah ditutup. Ia terlalu banyak menghabiskan hari dalam keadaan koma dan meneliti virus. Sejak korban meninggal sudah mencapai angka dua ratus ribu, gedung tersebut dinonaktifkan.

Kini Herrscher tidak tahu harus kemana mencari Veda. Ia tidak tahu rumah Veda. Mungkin Nadna tahu. Herrscher keluar dari gedung tersebut. Ia melihat langit yang masih menangis.

Aroma petrichor masuk kehidungnya. Aroma yang tercipta oleh bakteri actinomycetes. Yang berkembang dan melepaskan spora lalu menempel ke tanah kering. Spora yang rusak akibat hujan yang lalu lepas ke udara.

Langit mendung membuat hormon melatoninnya aktif. Memenangkan pikirannya namun juga membuatnya cenderung mengantuk. Aliran darahnya terasa sangat lancar menuju ke otak. Herrscher segera kembali ke rumahnya.

ZAPPP

---------------------------

Veda yang berada dirumahnya sedang menikmati masa – masa istirahatnya. Sudah tidak ada lagi perhitungan point bearing, friction, gaya momen, soldier pile, dan sebagainya. Ia sangat menikmati masa – masa tidak produktifnya. Melupakan perhitungan kebutuhan tulangan utama dan sengkang untuk balok, kolom, ataupun pile cap.

“Tuan, bagaimana kondisi kepala anda hari ini?”

Yuri masih mengkuatirkan kondisi kepala Veda yang sering tiba – tiba panas. Hasil pemeriksaan dokter, tidak menemukan kelainan pada kepalanya. Beberapa kali tablet aspirin ditenggaknya untuk mengurangi rasa pusingnya itu.

“Kepalaku baik – baik saja, kok. Kamu tidak perlu kuatir.” jawab Veda.

Veda menyuruh Yuri untuk duduk disampingnya. Yuri menuruti perintah tuannya. Entah apa yang ingin dilakukan Veda saat itu. Veda meletakkan kepalanya di paha Yuri. Sepertinya Veda ingin bermanja – manja ria dengan Yuri. Yuri meraba lembut kepa Veda. Posisinya kini bagaikan seorang ibu yang sedang menidurkan anaknya.

“Andaikan kamu itu manusia, tentu rasanya akan nyaman sekali,” ucap Veda tiba – tiba.

Yuri mengerti makna kalimat yang dilontarkan Veda. Ia tidak memiliki estrogen yang bisa membuatnya merasakan kenyamanan yang dimaksud Veda. Veda menikmati paha Yuri yang menjadi bantal untuk kepalanya.

“Apa rencana anda hari ini, Tuan?” tanya Yuri sambil tetap mengelus kepala Veda.

“Tidak ada, mungkin aku hanya akan menghabiskan waktuku dengan rebahan.”

Berat kepala Veda tentu tidak akan membuat Yuri merasakan kesemutan karenanya. Veda benar – benar menikmati sentuhan Yuri. Seakan darah di kepalanya mengalir lancar tanpa adanya hambatan waxy steroid dalam darahnya.

---------------------------

Di ruangan Zuna. Herrscher, Nadna, Yuri, dan Zuna berada dalam satu ruangan.

“Gedung Sky Group ternyata sudah tutup sejak lama. Tida ada lagi aktifitas di dalamnya. Aku tidak bisa menemui Veda. Aku tidak tahu lokasi rumahnya. Apakah kalian tahu dimana Veda berada?” tanya Herrscher.

“Sepertinya kita harus ke rumah Veda. Ia pasti sedang berada disana. Lagipula jalan – jalan saat ini sudah seperti hutan. Sejak virus ini menyebar. Tidak mungkin ia kemana – mana,” saran Yuri.

“Kurasa itu satu – satunya jalan,” sahut Zuna. Ia juga tidak punya ide lain untuk menemukan Veda.

 “Tapi siapa yang tahu di mana rumah Veda? Aku memang pernah mengintai kalian. Maksudku Nadna, Yuri, Yudas, dan Veda. Tapi aku tidak sampai mengintai mereka ke rumah. Karena kalian sering menghilang begitu saja menggunakan teleport,” tanya Herrscher.

Nadna dan Yuri tidak menjawab. Mereka memang pernah ke rumah Veda tapi saat itu mereka menggunakan teleport milik Yudas. Mereka tidak menyimpan lokasi rumah Veda.

“Itu hal yang mudah, aku bisa meminta bantuan temanku. Ia punya data tentang orang – orang di kota ini. Siapa namanya tadi, Veda? Veda siapa?” Zuna menyampaikan ide.

Nadna dan Yuri masih terdiam. Mereka tidak tahu nama lengkap Veda.

“Hm... aku punya ide. Dia pernah ke rumah sakit untuk memeriksakan kepalanya. Kurasa aku bisa menghubungi rumah sakit. Disana aku punya kenalan. Semoga dia bisa membantuku menemukan alamat Veda,” Zuna menyampaikan idenya lagi.

Secercah harapan muncul dibalik kalimat ide Zuna. Mereka mungkin bisa menemukan dimana Veda berada.

“Ternyata koneksimu luas juga ya, Zuna,” Herrscher terkagum dengan jaringan yang dimiliki Zuna. Sangat kontras dengan Herrscher yang hanya selalu berpaku pada diri sendiri.

“Tentu, sebagai Ketua Aliansi Supra, sudah bukan hal aneh kalau aku punya banyak kenalan dimana – mana,” Zuna membanggakan dirinya. Namun dalam kapasitas bercanda.

“Kami bergantung padamu, Zuna,” Nadna menggangguk.

---------------------------

Di rumah sakit Galaxy Hospital. Zuna telah tiba disana.

Zuna bertemu dengan kepala rumah sakit tersebut. Ia adalah teman Zuna. Ternyata yang Herrscher sembuhkan dengan antivirusnya adalah adik dari kepala rumah sakit. Mengetahui hal itu maka muncullah rasa balas budi pada Herrscher. Kepala rumah sakit tersebut senang hati membantu Zuna. Zuna mengatakan tujuannya menemui orang itu. Ia menjelaskan panjang lebar, mengapa ia perlu bantuan kepala rumah sakit, untuk memberikan informasi tentang alamat rumah Veda.

“Hm... ini sebenarnya sesuatu yang tidak boleh diberikan kepada orang lain. Apalagi ini berhubungan dengan data pasien,” kata orang itu.

“Kumohon, bantulah kami. Kami perlu memerlukan data itu. Veda adalah kunci untuk virus ini,” pinta Zuna pada orang itu. Tangannya mengatup.

“Baiklah, karena aku berhutang budi padamu karena telah menyelamakan adikku. Aku akan memberikan data itu. Tapi jangan katakan kepada dia kalau kamu tahu alamatnya dari rumah sakit ini. Aku bisa kena masalah nanti,” Kepala rumah sakit itu memperingatkan Zuna.

“Baik, aku janji tidak akan menyangkut pautkan rumah sakit untuk urusan ini,” Zuna meyakinkan orang itu.

“Siapa nama orang itu?” tanya Kepala Rumah Sakit.

“Veda.”

“Veda siapa? Nama lengkap maksudku.”

“Aku tidak tahu nama lengkapnya. Yang aku tahu kalau dia pernah berkonsultasi ke rumah sakit untuk mengecek kepalanya. Hanya informasi itu yang aku punya. Aku tidak punya data lain.”

“Astaga. Benar – benar merepotkan.”

Zuna merasa sungkan akibat kalimat tersebut.

Lihat selengkapnya