Herrscher telah sampai dirumahnya. Ia selamat dari reruntuhan Gunung Licht. Herrscher mulai teringat sesuatu. Sebuah gambar diagram. Ia segera ke kamar tidur. Ia membuka laci di meja kecil sebelah tempat tidur. Ia tidak menemukan apa yang ia cari.
“Gawat! Dimana kertas itu?” Herrscher terus mencari kertas tersebut. Ia tidak menemukan kertas tersebut di kamar tidurnya.
“Apa mungkin di laboratorium? Tidak. Tidak mungkin. Aku tidak mungkin menyimpan hal seperti itu di laboratorium.”
Herrscher mulai mencari ide untuk menemukan kertas tersebut. Herrscher memandang langit – langit. Ia melihat CCTV, “Ah, iya! Kenapa tidak terpikirkan sebelumnya?”
Herrscher bergegas ke lantai 3, dimana seluruh data digital ia simpan. Herrscher menggunakan lift untuk naik ke lantai 3. Tibalah dia di salah satu ruangan. Ruang Data. Herrscher memasuki ruangan tersebut.
Segera Herrscher menyalakan beberapa monitor. Ia mempercepat laju video. Mata Herrscher menatap seluruh monitor yang ia pasang. Ia mencoba mengingat – ingat kapan terakhir kali ia mengambil kertas tersebut dari laci mejanya. Hingga beberapa jam, ia tidak menemukan video dimana ia memindahkan kertas tersebut.
Herrscher mulai putus asa. Tiba – tiba pandangannya menuju ke salah satu monitor. Dimana monitor tersebut menampilkan Nadna yang sedang membersihkan kamar tidur Herrscher. Herrscher terus memperhatikan monitor tersebut dan muncul adegan dimana Nadna mengambil kertas dari laci meja tersebut.
“Gawat! Nadna mengambilnya!” Herrscher panik. “Aku harus menemui Zuna!”
Herrscher bergegas mengatur jamnya untuk menuju ke Markas Aliansi Supra
ZAPPP
---------------------------
Di ruangan Zuna. Nadna telah berdiri di depan meja Zuna. Zuna sedang memotong apelnya. Nadna menyerahkan kertas bergambar diagram tersebut kepada Zuna. Zuna melihat gambar tersebut. Tak ada tampang terkejut di wajah Zuna.
“Zuna! Apa sebenarnya ini? Ini mirip sekali dengan diagram yang ada di bukumu! Apa mungkin Herrscher adalah orang yang membangkitkan Marbas?” Nadna tergesa – gesa bertanya pada Zuna.
Zuna hanya terdiam. Ia tidak tahu harus bagaimana menjelaskan hal itu pada Nadna.
“Kenapa kamu hanya diam saja? Jawab Zuna!” Nadna mendesak Zuna. Ia mulai membaca pikiran Zuna. Zuna mengetahui hal itu dan menutup pikirannya dari Nadna.
“Apa yang kamu sembunyikan Zuna?! Katakan padaku!” Nadna kembali mendesak Zuna.
Desakan Zuna membuat Nadna mulai berkata, “Benar katamu, Nadna. Herrscher adalah orang yang membangkitkan Marbas.”
Nadna terkejut mendengar pernyataan Zuna. Ia tidak menyangka kalau Herrscher adalah dalang dibalik semua ini. Herrscher yang membuat Yuri, temannya, sempat mengalami kematian. Nadna mulai emosi. Zuna mengetahui perasaan Nadna saat itu.
“Tenanglah, Nadna. Ingat kondisi janinmu.” Zuna memperingatkan.
“Bisa – bisanya Herrscher melakukan hal itu! Aku tidak menyangka kalau dia menjadi pembunuh dari milyaran manusia di bumi!” amarah Nadna tidak terbendung. Ia mengepalkan tangannya.
Melihat Nadna yang emosi seperti itu, Zuna mencoba meredakan emosi Nadna. Namun tidak berhasil. Emosi Nadna susah dikendalikan.
“Kalau begitu, gunakan diagram ini untuk menyegel Marbas! Kamu mengerti mantranya kan?!” Nadna memaksa Zuna.
Zuna menggelengkan kepalanya, “Tidak bisa, Nadna. Hanya orang yang membangkitkan Marbas yang bisa melakukan hal itu.”
Nadna tidak percaya, “Bukankah Herrscher menggunakan diagram ini untuk membangkitkan Marbas?! Kau tinggal membacakan mantra untuk menyegelnya kembali!” emosi Nadna terus meledak – ledak.
“Tidak bisa, Nadna. Mantra itu sejenis password. Ia dibuat dan hanya orang yang membuat password itu yang tahu isinya. Aku tidak bisa melakukan hal itu.”
“Lalu apa gunanya mantra di buku itu kalau tidak bisa digunakan untuk menyegel Marbas?”
Zuna menceritakan apa yang ia pelajari ketika bertemu Marbas tadi. Marbas menceritakan bagaimana sebuah buku ditulis. Keterbatasan pengetahuan penulislah yang membuat buku tidak selalu valid. Akan ada perbaikan di setiap buku, setelah adanya pengetahuan yang baru.
Nadna tidak bisa berkata apapun akibat cerita yang dilontarkan Zuna. Ia merasa ditipu oleh Herrscher. Orang yang dicintai bahkan sampai mengandung anaknya, adalah orang yang menjadi penyebab semua kekacauan ini.
Nadna mulai lemas. Zuna segera bergerak dari kursinya. Ia segera menahan Nadna yang mulai limbung. Emosi membuat Nadna melemah. Zuna segera membawa Nadna ke tempat duduk. Kini Nadna telah duduk di kursinya.