Author POV
Mungkinkah kita saling membahagiakan tanpa harus jatuh cinta ?
Sebuah kutipan dari seorang bijak yang sering disebut confucius ini selalu muncul dipikiran gadis bernama Nina sepanjang beberapa waktu terakhir ini.
Nina, gadis dewasa muda berusia 25 tahun, bertubuh ramping memiliki bobot tubuh cenderung kurus sekitar 48-50 kg dengan tinggi 167 cm. Kulitnya yang kuning langsat dan bersih dibalut cantik dengan kaos polos putih dirangkap kemeja kotak-kotak lengan panjang warna pastel yang di gulung setengah lengan.
Rambut hitam panjang sepunggungnya sore ini dikuncir kuda secara rapi. Sorot matanya menyimpan banyak kata yang tak terungkap, pandangannya tak mampu fokus memandang ke arah tumpukan laporan keuangan kafe Ayo Ngopi !, salah satu tempat minum kopi yang baru dua tahun ini dibuka di kota Semarang. Tepatnya berada di daerah wisata Kota Lama, ibukota Provinsi Jawa Tengah itu. Tempat dimana Nina selama setahunan ini bekerja sebagai manajer.
Suasana hati gadis dengan bentuk wajah cenderung oval, bibir tipis warna peach, hidung sedikit mancung, pipi agak chubby dengan mata agak sipit yang beriaskan make up tipis bernuansa natural itu tampak tak menentu akhir-akhir ini. Seringkali pikirannya entah kemana meski raganya ada di tempat kerja.
Sudah hampir setengah jam berlalu Nina duduk berkutat di meja pojok tepat di depan jendela kaca yang bagian luarnya saat ini basah oleh guyuran air hujan. Secangkir moccacino panas yang sudah berubah dingin karena belum sama sekali terjamah itu sejak tadi setia menemani kesibukan gadis yang nampak jutek dan cuek di luarnya. Banyak yang menyangka ia seorang yang dingin dan menyebalkan. Kepribadian Nina memang sangat tertutup pada awalnya, tetapi saat kau dapat membuka sedikit saja pintu hatinya maka kau akan merasakan betapa pribadinya jauh dari penilaian awalnya. Manis dan hangat di dalamnya saat mampu mengenalnya lebih dekat.
Nina berulang kali membolak-balik lembaran kertas laporan keuangannya tanpa benar-benar bisa berkonsentrasi. Sesekali ia tampak memijat bagian kepala yang berdampingan dengan letak matanya sambil beberapa kali memejamkan mata agaknya menahan rasa asing yang sesaat menyergap kepalanya.
Here's to the ones that we got
Cheers to the wish you were here, but you're not
'Cause the drinks bring back all the memories
Of everything we've been through.....
Lantunan lagu Memories milik Maroon 5 terasa melebur seirama dengan derai hujan yang turun di waktu senja menjamah langit sore ini. Lagu yang sedang populer dengan lirik yang menggambarkan kerinduan akan seseorang yang sangat berarti dalam hidup. Lagu bertema kesedihan seperti ini entah mengapa terdengar sangat cocok di putar saat kondisi hujan seperti sekarang ini.
Tetapi sayangnya tidak untuk Nina. Lagu ini malah semakin membuat hati dan isi kepala Nina rasanya tak karuan. Mendengar setiap bait lirik dengan alunan musik yang khas dari Maroon 5, tanpa aba-aba dalam sepersekian detik dapat membuat Nina tak mampu mengelak lagi sesuatu terjadi di hatinya, dia sangat merindukan kehadiran seseorang.
Suasana kafe yang sepi karena hujan, makin menambah kesempatannya untuk memikirkan hal-hal lain yang dengan mudah mengingatkannya pada seseorang.
Kepala Nina terasa makin berat, serasa tertusuk jarum. Segala di dalam otaknya terasa seperti benang kusut dan jalanan buntu yang menyesatkan. Nina menghentikan sementara kegiatannya dan berjalan ke arah meja operator di sebelah meja kasir.
"Lia, bisa minta tolong ambilin aku obat pusing di kotak obat, " pinta Nina pelan pada Lia (21 tahun) salah seorang kasir yang sedang bertugas shift sore kala itu.
"Kenapa Mbak Nin ? Mbak Nina sakit ?" tanya Lia balik sedikit khawatir. Jika diperhatikan, Nina seharian ini memang tampak resah dan sering melamun.
Lia dengan sikap sigap membuka laci meja di hadapannya, berupaya menemukan kotak obat kecil berisi obat-obatan ringan untuk para karyawan apabila mengalami keluhan sakit tak berat seperti pusing, flu, batuk, diare, dll. "Entah kenapa aku agak pusing ," jawab Nina sekenanya pada gadis berkacamata yang sedang sibuk mencari keberadaan pil obat pusing di dalam kotak obat. Nina tak memperpanjang pembicaraan diantara mereka. Ia hanya berharap segera mendapatkan obat untuk meringankan sakit di kepalanya.
"Ini Mbak Nin, untung masih ada satu," ujar Lia lega kemudian menyerahkan bungkusan pil warna putih kepada managernya itu. "Ok, thanks ya.." tutur Nina dengan senyuman kecil terlukis di wajahnya.
"Mbak Nina lagi ndak enak badan to ?" tanya seorang lain dari arah back office sambil menenteng satu keranjang penuh cangkir keramik dan kaca. Septa (23 tahun), laki-laki ini merupakan salah satu dari lima barista andalan yang menjadi sdm dan aset Ayo Ngopi ! ( to = ya ?)
Kafe Ayo Ngopi ! didirikan tahun 2018 oleh Yosi dan kekasihnya Ayu. Nama brand Ayo berasal dari gabungan nama depan mereka. Dikarenakan produk utama yang mereka jual adalah segala minuman yang berbahan dasar kopi, sehingga nama kafe di tetapkan menjadi Ayo Ngopi !
Yosi adalah sahabat Nina sejak di bangku SMP. Sedangkan Ayu adalah sahabat Nina saat di bangku kuliah. Bisa dibilang Nina menjadi jalan bertemunya kedua insan yang tahun depan berencana untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang lebih serius lagi itu.
Setahun berdiri, usaha mereka mulai berkembang pesat dikarenakan konsep kafe yang menarik , unik dan instagrammable. Konsep minum kopi bernuansa Eropa adalah ide tema yang diusung oleh Ayo Ngopi ! . Di kafe ini kamu akan menemukan dekorasi unik ala Eropa seperti kotak telepon hingga tiang-tiang hitam khas Eropa di bagian depan kafe.