Hey Friend, Let's Not Fallin' In Love

Rie
Chapter #8

Bab 8. Pertanyaan Tentang Rasa

Sudah tiga hari berlalu sejak Laras jatuh dari motornya. Kondisi lututnya yang terluka membuatnya terpaksa izin untuk tidak ke kampus sementara. Karenanya, setiap hari Wanda dan Pradipta bergantian menemaninya di rumah untuk mengerjakan tugas.

"Ini bakalan membekas, kayaknya." Laras sedang ditemani oleh Pradipta, di kamarnya mengerjakan tugas online-nya. Dia sibuk mengamati lukanya yang mulai mengering meski belum sembuh sepenuhnya.

"Biasanya sih, iya. Luka di lutut atau siku biasanya ninggalin bekas meski udah sembuh."

"Jelek dong kulit lututku?"

Pradipta tertawa kecil melihat ekspresi cemberut Laras yang menatapi lututnya dengan iba. "Ada bekasnya juga nggak apa-apa, Ras. Nggak ada yang bakalan liat lututmu juga. Kecuali kamu pake rok mini tiap hari."

Refleks pukulan ringan mendarat di lengan Pradipta, membuatnya meringis. Pukulan Laras lumayan sakit.

"Ya, kan bener. Kamu pergi ke mana-mana juga pake celana panjang. Nggak akan ada yang liat bekas lukanya. Lagian cuma bekas luka, Laras. It's not a big things."

"It's not a big things? Kamu tuh nggak tahu, ya. Kulit cewek itu paling penting! Nggak boleh ada cacatnya! Cowok sekarang mana mau liat cewek yang nggak bening?"

"Aku nggak tahu. Aku punya temen ceweknya cuma kamu aja, kan. Sama Wanda. Lagian, cowok butuh cewek yang baik hatinya, bukan cuma fisiknya."

"Kamu tuh ngomong gitu karena kamu nggak mau noleh ke cewek-cewek yang ngejar-ngejar kamu. Tuh, liat Desy, Rani, Syila, ada yang buluk nggak? Bening semua!"

Lagi-laghi Pradipta tertawa melihat reaksi Laras yang mencak-mencak perkara kulitnya. Padahal nggak ada urusannya sama penilaian cowok, nggak semuanya. Kalau dia sih, nerima aja ceweknya gimana, nggak peduli juga sama bekas luka. Asal nyaman dan baik hatinya. Tapi sayangnya DIpta belum menemukannya.

"Iya, deh, iya, nanti kalau udah sembuh aku beliin salep penghilang bekas luka."

Laras meringis menatap Pradipta , "Gitu dong, kan aku jadi makin sayang."

"Oh, sayang kalau ada maunya aja?"

Laras tersenyum lebar, dia memang menyayangi Pradipta. Sahabat yang sudah seperti saudara baginya itu. Dia hanya punya Pradipta untuk berkeluh kesah dan berbagi cerita hidupnya setiap hari.

"Nanti kalau udah sembuh, jangan naik motor sendiri. Bareng aku aja, kalau ke mana-mana juga nanti ku anterin," ucap Pradipta sambil membaca, tidak menatap Laras yang masih diam saja memandangi laptopnya tanpa berniat melanjutkan tugasnya.

"Iya. Aku nggak apa-apa kok, nggak setrauma itu naik motor lagi."

"Tapi aku yang khawatir. Kalau ada apa-apa, gimana aku tanggung jawab sama Tante?"

"Kenapa kamu yang tanggung jawab sama Mama?"

"Karena kamu selalu sama aku."

Mendengar itu, ada perasaang hangat yang menyenangkan menyeruak di hati Laras. Diletakkan kepalanya di bahu Pradipta yang duduk di sebelahnya. "Dipta, makasih ya, udah peduli banget sama aku. Aku senang ada kamu selama ini."

Lihat selengkapnya