Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #10

Light

Hari semakin malam, kesunyian tidak berlangsung lama. Suara-suara kembali mengusik di segala sudut sekolah, namun yang paling tidak tenang adalah ruangan aula, pusat dari kekacauan. Tempat dadakan yang menampung para hantu jadi-jadian yang malang karena di serang hujan sepanjang hari, korban dari panitia yang tidak menyiapakan rencana B, mau tidak mau ruang aula yang akan digunakan oleh anak-anak Theater lusa hari jadi ikut terganggu. Kini yang ada, dekor yang sudah di persiapkan kemarin oleh anak Theater jadi tertimpa dengan dekor acara festival besok.  

 Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana jika terjadi kekacauan di acara besok? Apalagi pengunjung yang datang bukan hanya dari sekolah ku saja, melainkan di buka untuk umum dan undangan khusus yang di tujukan untuk menjalin kegiatan persahabatan dengan beberapa sekolah lain.

 Aku hanya duduk di seberang aula memandangi para hantu jadi-jadian itu keluar masuk ruangan sambil membawa beberapa perkakas. Sambil mengulam lolipop dan mendengarkan lagu melalui earphone di salah satu kupingku, aku memikirkan beberbagai macam kemungkinan yang terjadi~ Sebenarnya aku juga tidak tahu pasti bagaimana acara ini disusun para panita~ Ini benar-benar konyol, aku tidak tahu apa hadiah yang di perebutkan sampai-sampai mereka rela memakai kostum aneh sepanjang hari, apa mereka tidak mandi seharian? mereka benar-benar seperti mayat hidup dengan aroma tubuh yang mereka bawa dari dalam bawah tanah.

 Lagu Get The Party Started yang dinyanyikan oleh P!nk mulai menggema di dalam aula, menambah semangat para hantu-hantu itu bekerja, ini sangat cukup menghiburku yang mulai kehilangan daya ponselku.

 Aku melihat beberapa petugas yang bertanda di lengannya dengan bed berwarna kuning masuk sambil mendorong kereta kecil yang mengangkat kotak-kotak makan malam mereka masuk bergantian membawakan hampir seratus kotak makanan untuk siswa-siswi yang diijinkan menginap di sekolah, untuk mempersiapkan acara besok hari ~tentu saja aku tidak ada di dalam daftar mereka. Aku memang tidak berencana menginap apalagi meminta ijin sekedar pergi ke sekolah.

 Aku tidak pernah melakukan hal itu, jika aku ingin pergi aku akan pergi. Tentu saja itu salah, mungkin ayah tiriku sudah memakluminya. Aku tahu dia menjagaku dengan baik, dengan cara yang dia bisa. Meskipun dia tidak pernah menanyakanku secara langsung kemana saja ke pergianku, aku tahu dia pasti khawatir. Aku juga pernah tidak pernah pulang selama seminggu, dan hebatnya dia tidak pernah terlihat mencariku, mungkin itu karena dia menyembunyikannya karena rasa bersalahnya juga.

 Saat itu adalah musim liburan, niat hati ingin menikmati musim liburan dengan tenang di rumah, aku malah kabur ke panti asuhan karena muak dengan perkelahian kedua orang tuaku bahkan pada siang hari. Sampai suatu hari aku mengetahui diam-diam ayah tiriku mencari keberadaanku melalui teman dekatnya selama kepergianku... Ya, jadi tanpa berkata, sekarang dia tahu dimana aku berada jika tidak sedang berada di rumah, meskipun begitu selalu saja ada orang yang akan di titipkan untuk memenuhi kebutuhanku selama tidak berada di rumah. Beda halnya dengan ibuku. Aku sampai sering berpikir apa aku benar anak kandungnya atau bukan.

 Tidak ada rencana apa yang harus ku lakukan, aku tidak tahu apa yang seharusnya ku lakukan di sini. Aku juga tidak tahu apakah Karina tahu keberadaanku di sini atau sengaja tidak ingin menghampiriku dengan beberapa alasan; bisa jadi dia sedang sibuk atau dia memang tidak ingin bertemu denganku. Ku rasa Hans sudah memberitahu keberadaanku padanya, tapi ya sudahlah... ini lebih baik. Aku hanya tidak ingin melakukan apa-apa, aku hanya ingin seperti ini. Memandangi sekitarku dengan keadaan yang cukup nyaman seperti ini, anggap sajalah aku yang mahluk tak kasat mata, yang tetap menyerupai manusia.

 Aku menggigit lolipopku hingga pecah saat menyadari seseorang perempuan yang mengenakan bed kuning di lengannya menghampirku membawakan sekotak makan malam. Aku menautkan alis, kenapa dia begitu berbaik hati untuk memberikanku jatah makanan sedangkan aku tidak termasuk dalam daftar anak-anak yang menginap.

 "Aku tidak terdaftar ... Aku hanya berkunjung ... Jadi tidak perlu," tolakku saat anak itu menyodorkan kotak makan malam.

 "Ambil saja ...," katanya tersenyum tulus tetap menyodorkan kotak berisi makanan kepadaku.

 "Jatah kalian pasti berkurang," aku bersikeras menolah pemberiannya.

 Dia menggeleng, "Kak Aries sudah makan tadi sore, daripada mubazir jadi dia menyuruhku memberikan kepadam," jelasnya.

Lihat selengkapnya