Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #20

Tell Me

"Kau ingin mengerjaiku?" tanyaku, karena tidak sepenuhnya percaya dengan kata yang barusan ia katakan. 

"Kepalaku makin sakit kalau kau berlama-lama di kamarku," keluhnya. Aries membuka kotak makanan. Menyuruhku menyingkir untuk berganti tempat agar dia bisa makan dengan tenang di kursi meja belajarnya.

Aku mengalah saja mengingat dia yang sedang sakit dan memilih duduk di tempat tidurnya. Tempat tidurnya masih meninggakan hawa hangat dari tubuhnya. Sejenak aku melirik ke termometer yang menunjukkan angka NOL ternyata sudah direset ulang. Aku menyerah.

"Kenapa masih disini? Tidak keluar?" protesnya saat baru saja mengeluarkan sendok dari suapannya.

"Cepatlah makan, biar aku bawa kembali tempatnya."

"Aku bisa cuci sendiri," ketusnya.

"Sudahlah jangan cerewet! Aku akan berbaik hati padamu selagi kau sakit."

"Kau mencurigakan." Ia memicingkan matanya.

Aku tersenyum, "Selama kau sakit, kau bebas menyuruhku apa saja, tapi tentu saja ada syaratnya."

"Sudah ku duga ..." katanya melanjutkan makannya, "Aku tidak berminat ... pergilah! Aku tidak menanggung kalau kau tertular virus dariku."

"Kau tidak perlu khawatir, aku sudah kebal ... Jadi kau mau dengar syaratnya, tidak?"

Aries memandangku kesal, "Sudah ku bilang, aku tidak berminat."

"Apa kau ingin di pijat? Apa kau mau aku memasakkan buatmu? Atau kau ingin aku membersihkan kamarmu? Atau kau ingin memintaku membelikan, apa gitu?"

"Kau terlihat lebih mesum dari pertemuan kita di toilet guru ..." Ia tersenyum simpul.

Aku melemparnya dengan bantal, "Kenapa kau mengungkit lagi hal itu!"

"Kau ingin menyakiti orang yang sedang sakit?" protesnya, sambil menangkap bantal.

Aku menghela napas ku, "Kau tidak peka ya? Padahal orang sedang sakit itu biasanya peka sekali dengan keadaan sekitar."

Aries geleng-geleng kepala, "Kepekaanku sekarang meningkat dari biasanya, sampai-sampai kepalaku ingin pecah mendengar celotehanmu."

"Baiklah, aku tidak perlu berbasa-basi lagi ..." Aries mengangguk setuju, sambil menikmati makananannya, "Setidaknya beritahu aku keberadaannya, tidak kasihan kah kau denganku yang menantinya selama ini?"

"Bisa kau ringkas maksud dari perkataanmu?" Meskipun sedang sakit ternyata Aries bisa menyelesaikan makannya dengan cepat, dan hebatnya dia tidak makan bubur seperti kebanyakan orang yang sedang sakit. Makanannya masih sama seperti orang sehat pada umumnya. Aku tidak tahu apakah Nana yang tidak tahu merawat orang sakit atau memang Aries tidak terbiasa makan bubur saat sakit seperti ini.

"Aku ... aku ingin bertemu dengannya, cinta pertamaku," ringkasku.

"Bahkan kau saja tidak mengenal wajah, dan juga namanya lagi, kan?" aku mengangguk menyetujui hal itu. Ia berdiri dan menyuruhku pindah lagi. Aries berbaring dan mengacuhkanku.

"Apa selamanya kau akan jahat padaku? Ayolah, berbaiklah sekali-sekali denganku."

"Aku sedang tidak enak badan, pergilah ..." katanya lalu menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya termasuk kepalanya, alih-alih menghindariku.

Saat ini mungkin aku kalah, tapi aku tidak akan menyerah untuk mencari tahu orang yang selama ini membuatku berdebar saat mengingatnya. Meskipun itu terjadi padaku yang masih sangat belia, aku yakin perasaan itu tidak akan pudar seiring berjalannya waktu. Jikapun nanti kami dipertemukan kembali aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan seperti dulu.

Bukankah ini takdir, bertemunya aku dengan Aries ternyata punya maksud tersendiri yang dipersiapkan tuhan padaku. Ku rasa Aries akan berperan sama dengan kehidupan kami di masa lalu, dia sebagai jembatan pertemuanku dengan ... Ah, aku bahkan tidak ingat lagi dengan anak itu, jika aku memberitahu Aries aku melupakan nama anak itu aku yakin dia tidak akan berhenti untuk menertawakanku.

Lihat selengkapnya