Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #41

Jika tidak ada biru di langit

Nenek membawaku pulang dan kami meninggalkan ayah di kantor polisi untuk mengurus kelanjutan kasus lama ayah kandungku.

 Harapanku hari ini tidak berubah, aku mengharapkan hari ini turun hujan. 

 Nenek tidak membawaku langsung pulang ke rumah, kami singgah di toko kecil yang menjual makanan ringan sebelum kembali ke rumah.

 Tidak ada yang merasa baik-baik saja, meskipun ini bukan masalah pribadi Nenekku, bagaimanapun dia adalah salah satu orang yang pernah merasa mengurus ayah kandungku sewaktu ayah masih berumur sepertiku sekarang. Pertemanan mereka tidak melibatkan ke dua ayah ku saja, tapi juga hubungan kedua orang tua mereka. Karena ayah bukan merupakan warga asli disini dia mengontrak demi pendidikannya hingga menjadi polisi, karena sudah seperti keluarga sendiri, Nenek bahkan sering merasa wajib untuk menyiapkan makanan untuk ayah kandungku, bahkan sampai hal-hal terkecil sekalipun.

 Seperti kali ini, nenek bukan merasa tidak sedih karena kenangan lama yang menyakitkan itu muncul lagi bahkan menjadi lebih pelik, Nenek hanya saja terlalu tegar sampai-sampai tidak bisa menunjukan rasa sedihnya kepada orang-orang di sekitarnya.

 Jika Nenek sedih dia menjadi tidak bisa diam, ada saja yang dia bahas untuk menyembunyikan kecemasan dan kesedihannya. Nenek berusaha mungkin memenuhi kepalanya dengan berbagai pikiran yang bisa mengalihaknnya sejenak dalam kesedihan.

 Kami sampai di rumah. Nenek menepikan mobinya saat menyadari ada seseorang yang berdiri di depan pagar. Aku tidak begitu menyadari pada awalnya. Nenek membuka kaca dan memanggil seseorang itu dengan ramah.

 "Cari siapa?" tanyanya pada seorang laki-laki muda, berkemeja putih lengan panjang yang dilipat hingga ke sikutnya dan memakai warna hitam yang makin memperlihatkan kaki jenjangnya, membawa sekotak yang di bungkus dengan kain.

 Pemuda itu berbalik arah dan menghampiri nenekku dengan ramah, dan terkejut saat melihatku yang berada di dalam mobil.

 "Oh, selamat sore ..." Sapa Aries ramah. Aku tidak tahu kenapa dia lagi-lagi menujukan dirinya di sini di saat keadaanku sedang kacau-kacaunya. "Saya ingin mengantar makanan ini."

 "Sore," balas Nenek ramah. "Untuk dia?" Tunjuk nenek tiba-tiba ke arahku, membuatku salah tingkah.

 "Ah, ya ... untuk orang yang di rumah ini juga," jawab Aries serba salah.

 "Kau tidak mau keluar?" kata Nenek sedikit sewot.

 "Kan belum sampai di garasi ..." jawabku yang justru membuat nenek memukulku.

 "Ada anak tampan begini, bagaimana bisa kau mengabaikannya seperti itu!" katanya langsung mengusirku keluar.

 Mau tidak mau aku turun dari mobil dan menghampiri Aries saat nenek memarkirkan mobil ke garasi.

 "Kau tidak salah rumah?" tanyaku ogah-ogahan.

 "Kau tidak apa-apa?"

 Aku menatap Aries dengan sinis, "Aku terlihat bermasalah?"

 "Kau belum mengganti bajumu?"

Lihat selengkapnya