Aku melihat kakek dan Aries duduk di sebelah jendela kaca yang besar di sudut supermarket sedang berbicara santai sambil memakan kudapan yang mereka beli di stand terdekat. Di meja mereka aku hanya melihat dua cup makanan ringan untuk mereka sendiri tanpa terlihat cup ke-tiga yang kuharap untukku.
Aku merasa sangat kecewa, aku terabaikan berulang-ulang kali oleh mereka. Sepertinya mereka berdua sudah membentuk dunianya sendiri. Aku merasa menyesal mengikuti kakekku hari ini.
Aku berjalan mendorong troli menuju meja mereka berada.
Semakin aku berjalan lebih mendekat, aku menjadi gelisah dan dadaku berdegup begitu kencang. Ini adalah perasaan familiar yang sejauh ini ku sembunyikan. Lagi aku memberi kesempatan perasaanku yang sebenarnya untuk melarikan diri.
"Aku sudah selesai belanja, ayo pulang." Aku berdiri di sebelah kakek, menunggunya. Sembari meletakkan belanjaan milik Aries yang sudah ku bayar menggunakan kartu kakek, di atas meja mereka.
Aku hanya melihat sekilas ke arah Aries yang tersenyum tipis, seolah ingin aku berbicara padanya. Pemuda ini membuatku gentar. Sebab dia tampak sedang menanti hutang yang rasa-rasanya belum ku bayar.
Kakek menggangguk dengan ajakanku, lalu mengatakan sekali lagi sebelum akhirnya memutuskan berpisah dengan Aries, "Jangan lupa,"