Aku duduk berhadapan dengannya di restoran yang sekarang hanya menyisakan kami berdua. Mio memberikan kami ruang, seolah memahami beratnya pertemuan ini, namun aku tahu pertemuan ini tak akan seperti yang selama ini kubayangkan.
Ia memperkenalkan dirinya sebagai Kaito, dan bagiku, sosok Aries yang kutunggu-tunggu bertahun-tahun seakan kabur di balik nama baru itu. Ia bercerita singkat, dengan nada yang terdengar tenang, seolah semua itu hanyalah kenangan biasa. Dua tahun ia habiskan berjuang untuk bertahan hidup. Ia kehilangan kakinya, mengalami amnesia, dan hanya hidup berbekal bantuan dari orang asing yang menemukannya. Perlahan-lahan, ia mulai mengingat masa lalunya, tapi alasan mengapa ia tidak pernah kembali tetap ia simpan. Bahkan saat aku bertanya apakah Nana atau Marco tahu bahwa ia masih hidup, jawabannya hanya berupa tatapan kosong dan cerita bahwa ia tahu Nana sudah tiada.
Ketika akhirnya dia memperkenalkan Mio sebagai istrinya, dunia seakan berputar di sekelilingku. Ini adalah jawaban yang paling tak pernah kubayangkan. Bertahun-tahun aku menunggu, mendekap bayangan Aries dalam ingatanku, tetapi sosok di depanku bukan lagi pria yang sama. Dia sekarang adalah Kaito, suami dari perempuan yang berdiri jauh di sana, tersenyum samar pada kami.
"Aku punya hidupku sendiri sekarang, Stephanie," katanya pelan, nyaris berbisik, seolah tak ingin mengganggu tenangnya ruangan ini. Kalimat itu menusuk lebih dalam daripada yang pernah kusangka.
Semua penantian, luka, dan kerinduan bertahun-tahun, kini hanya menjadi angin lalu dalam hidupnya yang baru. Rasanya ada amarah yang tak bisa kutumpahkan, kekecewaan yang ingin kuluapkan, namun lidahku kelu. Di satu sisi, aku tahu, aku tak bisa merusak kebahagiaannya. Tapi di sisi lain, aku hanya manusia, manusia yang pernah sangat kehilangan dirinya. Dengan air mata yang kutahan sekuat tenaga, aku menyadari bahwa kisahku dengannya telah benar-benar berakhir, bahkan sebelum aku bisa benar-benar memulainya.
Saat meninggalkan restoran, aku menyadari bahwa aku harus merelakan segalanya. Mungkin, ini adalah tanda bahwa aku harus benar-benar melepas Aries, dan memberi ruang pada diriku untuk menemukan kebahagiaan yang baru, tanpa bayang-bayang masa lalu yang selalu kunantikan.