Angin laut bertiup sangat kencang dan gelombang bergejolak sangat tinggi, jaket tebal yang kupakai tidak begitu menghalangi dari terpaan angin. Perutku mulai terasa kembung padahal belum lama keluar dari rumah.
Aku datang ke dermaga agak telat, sebenarnya aku hanya ingin berkunjung saja. Melihat para tim pencari sedang bekerja. Aku tidak cukup tidur jadi aku tidak ingin menawarkan diri untuk membantu para relawan mencari anak yang hilang tadi pagi. Sesampainya di dermaga aku melihat ada tenda tim relawan yang di bantu pihak TNI AL, Polisi laut tengah berpatroli di laut.
Di sudut tenda, aku melihat ayah tiriku sedang duduk di kursi lipat menghadap ke lautan, ia merokok sambil menatap lepas ke lautan. Aku merasakan perasaan familiar saat memandangnya seperti itu, ia terlihat seakan sedang berpikir sangat dalam. Ia menghebuskan asap rokoknya beberapa kali ke udara seakan-akan kegalauan yang sedang ia rasakan bisa cepat menghilang seperti asap-asap itu.
"Oh, kau datang?" sapanya saat menyadari aku menghampirinya.
Aku mengangguk, "Aku hanya mampir sebentar..."
"Cuaca sedang tidak bagus, dan mereka lagi mencari tapi saja nihil..." jelasnya. Aku hanya mengangguk saja.
Kemudian seorang pria bertubuh gempal dengan janggut putih keluar dari dalam tenda, wajahnya khas sekali seperti santa claus. "Oh, kau datang rupanya... semoga ini pertanda baik," Katanya, lalu datang menghampiriku kemudian menepuk puncak kepalaku dengan kasih sayang. Dia adalah ketua radio amatir lokal yang juga ikut dalam bantuan komunkasi setiap ada kejadian seperti ini. "kasihan anak kecil itu... semoga dia bisa ditemukan dan kedatanganmu bisa memanggilnya kembali pulang." Sambung sembari menarik kursi mendekat ke ayah.
Semenjak beberapa tahun setelah aku berkecimpung di dunia penyelaman, orang-orang sekitar menganggap aku sebagai anak pembawa keberuntungan terkait penemuan orang-orang yang hilang dalam kecelakaan di lautan. Aku tidak tahu apakah ini hanya mitos yang dibuat-buat mereka sebagai candaan, atau agar mereka semangat atau pula memang benar adanya. Beberapa kejadian penemuan orang yang hilang selalu saja di kaitkan dengan kedatanganku di area kejadian.
Menurut pengamatan mereka, selalu ada kejadian yang tak terduga setiap aku berada disana. Yang awalnya mereka kesulitan menemukan orang-orang yang hilang tengelam menjadi mudah di temukan jika aku berada di area itu. Menurut beberapa orang, itu karena pertolongan ayah kandungku melalui perantara dariku. Sayang sekali jika kepercayaan tentang mitos itu benar, kedatanganku membawa pertanda baik bagi sebagian orang lain, tapi tidak untukku sendiri. Sampai detik ini aku belum berhasil membawa kembali ayah kandungku ke dataran. Aku tidak tahu di mana dia sekarang berada, apakah laut benar-benar membawanya pergi? Aku benar-benar iri dengan kepercayaan orang-orang tentang diriku seperti itu.
Hari menunjukkan waktu semakin petang, para tim penyelam sudah kembali ke posko untuk beristirahat. Sedangkan para TNI dan Polisi Laut masih sibuk berpatroli berharap anak itu ketemu sebelum hari semakin gelap. Aku sama sekali tidak membantu di posko, aku hanya duduk di temani ayahku sambil di menyeruput susu jahe merah yang mereka buatkan untukku.
Langit semakin gelap di dukung dengan langit yang tidak bersahabat dari pagi tadi. Ayah mengodeku agar segera pulang, saat menyadari orang yang paling anti dengan kehadiranku muncul dari balik tenda. Dia seorang dari kepolisian yang selalu sentimen saat melihatku. Ku rasa dia tidak begitu sentimen, hanya saja dia cukup khawatir dengan keberadaanku di tempat seperti ini.