Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #12

Akan kah Aries Menghilang di masa depan?

Bagaimana reaksi mu saat mendengar kabar kalau orang yang tidak begitu kau kenal akan menghilang beberapa bulan lagi, di masa depan?

 Aku tidak terhubung langsung dengan Aries, aku hanya sebatas mengenalnya karena masalah kenakalanku di sekolah. Aku hanya sebatas tahu tapi tidak begitu mengenalnya.

 Siapapun yang barusan sedang mengerjaiku dengan candaan, sepertinya ia salah alamat. Mungkin mereka pikir aku begitu dekat dengannya, padahal aku hanya tahu nama dan pekerjaannya saja di sekolah ini. Jangankan kehidupannya, nama lengkapnya saja aku tidak tahu. Jadi bagaimana bisa aku begitu peduli dengan keadaannya di masa depan yang belum pasti.

 Bisa menjelajah sampai ke Jepang rasanya mustahil sekali bisa di rasakan anak-anak di panti, kemungkinannya hanya seperkian persen dari seratus persen impian-impian mereka yang bisa terlaksana. Jangankan ke Jepang, ke Jakarta saja rasanya mustahil sekali. Aku pernah merasakan Nana kesulitan biaya untuk operasi dirinya sendiri. Aku tidak ingin meremehkan panti asuhan yang besar begitu, tapi bagaimana bisa seorang wanita setua Nana bisa menghasilkan uang begitu banyak setiap bulan dan harus membiayai anak-anak asuhnya yang begitu banyak. Donatur saja belum pasti apakah bisa memberi rutin setiap bulannya. Jadi bagaimana bisa mereka bisa berharap terlalu jauh bisa ke Jepang dalam beberapa bulan lagi.

 Tapi, dengan otak encer Aries itu bisa saja terjadi, kan?  

 Aries, apa dia benar-benar akan pergi ke Jepang? Untuk apa dia kesana? Apa untuk melanjutkan sekolahnya? Beasiswa kah?

 Kenapa aku harus memikirkan hal-hal seperti ini?

 Aku meletakkan kabel power kembali ke lantai. Aku menatap seluruh ruangan sekali lagi sebelum aku keluar. Di luar masih tampak riuh, kembang api masih terus di nyalakan, entah sudah berapa banyak uang yang mereka bakar untuk perayaan seperti ini. Beberapa ruangan masih gelap gulita dan aku tidak ingin terjebak berlama-lama disini. Lagi pula ponselku sudah tidak bisa lagi di nyalakan karena benar-benar lowbad.

 Segera ku buka pintu dan keluar dengan cepat, namun tanpa ku sadari kepalaku yang tadi menunduk ke lantai untuk memastikan jalanan, baru saja menabrak seseorang yang juga berjalan di depanku.

 "Aduh..." rintihnya pelan. Aku mendongak spontan mendengar suaranya. Cahaya senternya mengarah ke lain arah, sepertinya dia juga tidak menyadari kehadiranku karena sibuk mencari sesuatu. Untuk memastikan dia menyenter tepat di wajahku.

 "Silau tau!" aku mendorong senternya agar tidak menyorot wajahku lebih lama, pantulan cahaya dari taman sedikit memperlihatkan wajahnya. Aku bisa mengenalinya. Seakan di dunia ini hanya Aries saja cowok yang ku tahui. Dia muncul di mana saja akhir-akhir ini.

 Dia tampak terkejut, "Kenapa... Kenapa kau keluar dari ruangan itu? Kau bersama dengan seseorang?" katanya, ia mendekat ke pintu dan membuka, menyenter ke segala ruangan dan tidak menemukan apa-apa. "Apa yang sedang kau lakukan di dalam? Gelap-gelap begini?" selidiknya.

 "Bukan urusanmu," ketusku lalu menyuruhnya minggir untuk lewat.

 "Kau mencuri?" Dia mengejarku.

 "Meskipun gelap seperti ini, kau masih melihatku seperti pencuri?" dia menahan jaketku agar aku berhenti dan berbalik mengarahnya.

 "Kau mencurigakan..."

Lihat selengkapnya