Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #21

Escape

Aku mencium bau kare yang menusuk hidungku, kare itu tersuguh di depanku porsinya banyak sekali. Meskipun aku memakannya dalam jumlah yang sangat banyak entah mengapa aku tidak merasa kenyang. Satu mangkuk hingga mangkuk ke lima, namun tidak sedikitpun aku merasa kenyang, bahkan sebaliknya aku justru semakin bertambah lapar. Ada apa dengan tubuhku kenapa aku tidak merasa kenyang sama sekali.

Huk... Huk... Huk...

Aku mendengar seseorang terbatuk, seketika pula aku membuka mataku.

Oh tuhan!

Aku tertidur. Aku melirik ke arah jendela. Langit sudah gelap, lampu ruangan sudah menyala. Aku menggeleng beberapa kali untuk menyadarkan diriku yang masih binggung dengan keadaan di sekitarku. Kenapa aku berada di ruangan yang tidak begitu ku kenal? apa aku di culik?

Aku merenggangkan badanku yang sedari tadi tidur terduduk di bawah tempat tidur dan hanya menopang kepalaku di atas tangan yang ku lipat di atas tempat tidur. Meskipun AC nyala, aku tetap merasa gerah. Suhu tubuhku meningkat saat aku mendapati Aries yang menatapku sambil menyeruput mie instan di kursinya di bagian dapur kecilnya.

"Aku sudah menyuruhmu pergi beberapa jam lalu. Kenapa malah tertidur disini?" Ujar Aries dingin, tatapannya terlihat tidak begitu bersahabat denganku. Aku menjadi merinding, aku khawatir kalau dia berubah dari sosok sosiopath menjadi psikopat. 

"Apa kau sudah baikkan?" aku berdiri, dan bertanya hati-hati. 

Dia menyelesaikan makannya, berdiri menuju ke bak cuci piring. "Kau tidak perlu merawatku. Kau pikir aku akan mati jika di biarkan?" Ujarnya sambil membelakangiku. "Aku tidak ingin berhutang padamu..."

"Aku tidak merasa kau harus berhutang."

"Kau pikir aku bodoh?" Dia berbalik menghadapku, "aku tahu ada alasan kau mau seperti ini, sadarlah. Aku tidak peduli apa yang kau lakukan padaku."

Aku berdiam sejenak.

Kenapa sikapnya berubah-ubah? Makin aku ingin mengenalnya, dia makin dingin padaku. Atau ini hanya perasaanku saja?

Mungkin aku saja yang tidak peka. Sifatnya menjadi seperti ini mungkin karena dia merasa keberatan aku memasuki kamarnya tanpa ijin dan yang paling mengganggu, mungkin karena aku melihatnya begitu menyedihkan dengan kondisinya sekarang.

"Aku tidak merasa kasihan padamu. Lagi pula, aku hanya menuruti perintah Nana saja. Jadi, kau tidak perlu menghawatirkan kalau aku akan memandangmu menyedihkan. Lagi pula, kau kan manusia, bukan robot. Tidak ada salahnya kalau kau terlihat sakit."

Dia berdecak lalu berbalik arah melanjutkan mencuci piringnya.

Lihat selengkapnya