Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #26

Siapa sebenarnya harus ku kenal?

"Lagu apa yang kau suka?" tanya Aries menyalakan radio dengan sebelah tangannya yang bebas.

"Apa saja yang tersedia?" singkatku sambil memperhatikan jalan penuh was-was.

Aries mengangguk lalu mencari siaran radio musik. Ada jeda yang cukup panjang sebelum dia bertanya.

"Apa tidak masalah jika kau bertemu lagi dengannya?" Tanyanya tanpa menatapku, dia fokus melihat jalanan.

"Kurasa tidak masalah, aku justru sangat senang jika bertemu dengannya lagi."

"Kau pasti akan kecewa jika bertemu dengannya. Dia berbeda dengan apa yang kau pikirkan selama ini... apa lebih baik tidak usah bertemu saja?" sarannya.

"Memangnya kenapa?"

Dia menoleh sesaat padaku, mengetuk-getuk pergelangan tangannya di kemudi, sejenak berpikir. "Dia menjadi pengecut, kau tahu?" dia melirik ke arahku lagi.

"Kenapa kau berkata seperti itu? Kau ingin membuatku mundur?"

"Karena aku lebih mengenalnya ~ itu keputusanmu jika kau ingin mundur. Aku hanya memberitahumu siapa dia. Setidaknya kau bisa jaga perasaanmu dari sekarang sebelum akhirnya benar-benar kecewa bertemu dengannya."

"Seakan-akan kau dekat dengannya, padahal kau sering membulinya dulu."

"Ya tentu saja kami sangat dekat... hmm..." dia membelokkan kemudinya berbelok ke arah kanan tikungan. "Tidak ada yang di tindas, kau tahu? itu karena kami keluarga. Dia sepupuku, jadi tidak ada yang merasa keberatan."

Seketika aku duduk menyerong, kaget mendengar pengakuannya. "Kau dan dia, sepupu?" dia mengangguk tegas. "Tapi bukan berarti kau mengerti perasaannya kan?"

Aries tertawa kecil, "Kau tidak perlu cemas begitu. Lagipula urusan di masa lalu kami sudah selesai ~ Kau tahu, masa anak-anak itu masa dimana kau bahkan bisa cemburu dengan sepupumu sendiri."

Aku menaruh perhatianku pada Aries yang menggemudi dengan baik, dan menanti cerita selanjutnya.

"Kenapa kau cemburu dengan sepupumu sendiri dan menindasnya dulu?"

"Ya, hanya cemburu ~ kau tahu sendiri wataknya sangat pendiam. Dia benar-benar tidak ingin berteman dengan siapapun termasuk sepupunya sendiri." Aries tersenyum padaku seperti mengejek. "Bahkan dia tidak mengenalmu."

"Oh? Kenapa dia seperti itu... pantas saja dia tidak ingin berbicara padaku dulu."

"Tapi tenanglah, dia ingat dimana kau selalu mengejar-ngejarnya dulu." Butuh beberapa ratus meter lagi agar kami sampai ke supermarket, Aries mulai menurunkan kecepatan mengingat jalur yang kami akan lalui cukup padat dengan kendaraan.

Aku tertawa, malu mendengarnya. "Jadi apa sekarang dia sudah banyak teman?"

Aries menggeleng, "Tidak ada yang berbebeda darinya, kau tahu? Kau siap menghadapi itu?"

Lihat selengkapnya