Tidak pernah-pernahnya Aries terlihat di Asrama bahkan sampai jam makan malam. Dia bahkan ikut membantu anak-anak mempersiapkan kebutuhan untuk acara hari sabtu, meskipun tidak ada Mio disini. Mio hanya sebentar dan pulang dengan segera.
Sekarang dia berada di tengah-tengah kami. Apa sebenarnya niatnya, apa dia sedang mencari perhatian? Dengan siapa? Apa karena aku mengetahui pacarnya akan masuk di sekolah yang sama jadi dengan cara ini dia menutup mencoba menutup mulutku agar tidak menyebarkan gosip di sekolah nanti? Lagi pula tidak ada salahnya berpacaran dengan perempuan itu, toh dia cantik juga. Jika bukan itu masalahnya jadi apa?
Nana duduk di sampingku sambil membatu mengecek daftar kebutuhan yang sedang ku periksa. "Jadi apa yang kau persiapkan untuk nanti?" Spontan aku melihat Aries yang juga melihatku, kemudian menatap Nana dengan binggung,
"Persiapkan apa, untuk apa?" tanyaku tidak mengerti.
"Lah buat hari sabtu, kau tidak mau ikut menanam sesuatu yang akan kau lihat sepuluh tahun lagi. Itu seru tahu..." ujar Nana semangat.
Menanam sesuatu untuk di lihat sepuluh tahun lagi?
Aku jadi teringat perempuan itu mengatakan tentang sesuatu yang di tanam dan ia gali pada sepuluh tahun kemudian. Sepertinya perempuan itu sedangn membuat permainan denganku. Apa kuncinya ada di kapsul waktu di hari sabtu nanti?
Aku tertawa mengingat, sekarang aku baru mengerti kenapa perempuan itu mengincarku. Sepertinya dia penasaran apa yang akan di tanam Aries di kapsul waktu itu apa akan ada kaitannya dengannya. Ini konyol sekali, pantas saja dia bersikap manis padaku. Aku bisa menebak, sepertinya dia akan mendekatiku demi membantunya lebih dekat dengan Aries, terutama menjagaku agar tidak terlalu menaruh harapan pada Aries.
Bukankah aku terlalu pintar untuk menebak jalan cerita mereka?
Aku melirik tajam kearah Aries sejenak sebelum kembali berkata, "Aku bahkan tidak tahu pasti acara hari sabtu, memangnya aku diundang?"
Puk!
Nana memukul lenganku, "Bagaimana bisa kau tidak diundang, kau harus datang meskipun tanpa diundang ~ Memangnya anak-anak tidak ada yang memberitahumu agar kau menyiapkan sesuatu buat hari sabtu?" Aku menggeleng. "Bahkan Aries?" Nana menatap Aries yang seketika Aries menundukkan pandangannya. "Anak-anak ini." keluh Nana. "Jadi hari sabtu itu ulang tahun panti." Benar apa yang kuduga. "Jadi setiap sepuluh tahun sekali di ulang tahun panti kita bakal menanam kapsul waktu dan membongkar kapsul waktu yang pernah di tanam sepuluh tahun lalu. Orang-orang sangat senang bernostalgia. Jadi kau harus ikut juga."
Aku mengangguk. "Tapi aku tidak tahu apa yang harus ku tanam nanti ~ apa yang kita tanam nanti harus di rahasiakan dari orang-orang?" Nana menggeleng.
Berarti aku bakalan tahu apa yang akan di tanam Aries nanti, tapi kenapa perempuan itu malah mengarahkanku ke arah sana?
"Tidak semua orang merahasiakan apa yang dia ingin tanam. Tergantung dari orangnya masing-masing." Jelas Nana.
"Baiklah, aku akan mencari sesuatu yang bisa membuat takjub orang-orang di masa depan." ujar ku bangga.
Tidak terasa jam sudah menujukan waktu aku harus pulang, saat aku berdiri Aries juga ikutan berdiri.
"Biar aku antar," Tawarnya memimpin jalan. Aku terkejut dia bisa membawa pikiranku bahwa aku harus segera pulang, tapi aku tidak berharap dia mengantarku pulang.
"Aku pulang sendiri saja." cegahku cepat.
"Nana, aku pinjam mobil." Katanya dari jauh yang langsung diiyakan Nana.