Aku tidak peduli dengan perkataan Aries kemarin. Bagaimana pun aku masih ingin bertemu dengan cinta pertamaku.
Tadi malam, untuk pertama kalinya juga aku menghubungi Hans sekedar untuk mencari tahu tentang sepupu Aries. Aku sudah memasang topeng tebal di wajahku untuk menahan maluku demi menanyakan hal ini kepada Hans. Untung saja Hans tidak terlalu bertanya banyak.
"Jadi apa benar Aries punya sepupu yang seumuran?" Tanyaku di telpon saat menghubungi Hans, yang awalnya aku hanya berbasa-basi tentang liburannya ke Derawan.
"Ah.... Iya, dia juga tidak bisa liburan denganku karena sepupunya katanya datang." Jawab Hans, momen yang tepat sekali. "Aku tidak tahu kalau mereka seumuran. Memangnya kenapa?"
"Oh, tidak." Aku coba mencari cara untuk mencari bahan agar dia tidak bertanya lebih mendetail maksud pertanyaanku.
"Kemarin Nana di panti menitipkan ku barang, katanya sih dari sepupunya."
"Oh, begitu... lalu bagaimana kau tahu dia seumuran?" Ting! benar juga kenapa aku memancing pertanyaan itu.
"Hanya bertanya-tanya saja. Barangkali memang mereka seumuran kan... hehehe"
"Ya... Ya.. Ya... siapa tahu juga memang seumuran ~ Oh, iya kau mau oleh-oleh apa dari Derawan?"
"Oh, tidak usah repot-repot. Semoga kau bersenang-senang disana." Kataku langsung memutuskan panggilan.
Meskipun pembicaraan dengan Hans tidak membuahkan hasil, setidaknya aku sudah mendapatkan kunci utama kalau Aries tidak berbohong mengenai sepupunya.
Yang perlu sekarang aku harus mengkonfrimasi umur dan nama dari sepupu Aries, entah bagaimana aku harus mendapatkan informasi tentang keberadaan sepupu Aries.
Pukul setengah sembilan lewat aku baru sampai di panti, agak lama dari perjanjianku dengan Aries untuk memberikannya roti, meskipun dia sudah membatalkan kesepakatan kami bagimanapun aku tidak ingin menyerah untuk mendapatkan kebenaran tentang seseorang di masa laluku, Ah, aku terlalu malu karena sering menyebutnya sebagai cinta pertama ku.
Sesampainya di aula, aku tidak menemukan keberadaan Aries, aku tidak tahu dia berada dimana, kamarnya pun tidak terkunci aku tidak mengerti apakah dia men-non aktifkan password pintunya atau memang kunci automatisnyanya sedang rusak dari kemarin. Karena tidak mendapatkan Aries di kamarnya, aku masuk tanpa ijin ke kamarnya untuk menaruh roti di meja belajarnya.
Sekarang aku ingin mengali informasi dari orang-orang di sekitar, mereka tidak mungkin tidak tahu tentang keluarga Aries.
Sepertinya momennya memang pas.