Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #33

Trap

Hatchim! Hatchim! 

Aku beberapa kali bersin di dalam mobil sewaktu perjalanan pulang ke rumah bersama anggota tim SAR. Ayah memberikanku selimut darurat yang ada di lemari penyimpanan mobil. Awalnya mereka ingin membawaku ke rumah sakit, tapi aku menolak karena hanya kedinginan saja, apalagi angin di area danau benar-benar sangat kuat dan dingin. Sekarang aku lebih memilih menyuruh mereka mampir ke tempat perbaikkan HP daripada ke rumah sakit.

Betapa bodohnya, biasanya aku selalu teliti dengan barang bawaanku, sekarang aku malah benar-benar teledor. Aku melupakan ponselku dan membiarkannya ikut menyelam bersamaku. Sekarang aku cukup bersyukur karena ponselku tidak hilang, aku pasti akan lebih sakit kepala kalau ponselku benar-benar hilang saat menyelam tadi.

Sepanjang perjalanan aku menghabiskan waktu untuk meratapi nasibku, aku benar-benar memikirkan ponselku yang sudah mati total. Namun untung saja ayah dan anggota tim SAR yang bersamaku membantuku agar tidak memikirkan ponselku terus-menerus, hanya perkara ponsel aku bisa menagis berhari-hari. Kami menghabiskan waktu untuk bercerita tentang insiden yang terjadi barusan, walau tetap saja aku ujung-ujungnya dimarahi karena mengabaikan panggilan darurat, mereka bilang itu karma karena aku memilih untuk tidur. Sekarang aku tidak bisa menghubungi siapapun untuk mengetahui nasib beberapa anak-anak yang terjatuh di danau tadi, termasuk kondisi Anita.

Sepulangnya dari tempat perbaikan HP, aku dan ayah benar-benar pulang. Ayah menghawatirkan kondisiku dan menyuruhku untuk segera beristirahat sebelum flu berat benar-benar menyerangku. Sakit di waktu liburan itu tidak menyenangkan, jadi aku meyerah dan memilih untuk istirahat. Aku masih punya hari yang panjang. Istirahat sebentar untuk memulihkan kondisi ku rasa tidak terlalu bermasalah, yang bermasalah sekarang adalah otakku.

Saat aku membuka pintu rumah yang sepi, tiba-tiba saja aku teringat kembali ucapanku dengan Aries di jembatan di danau tadi.

Ruangan yang sepi seperti pikiranku, mendadak menjadi riuh. Mengingat kejadian tadi mendadak ingin muntah. Bisa-bisanya aku tidak mengontrol diri saat mengatakan hal-hal aneh seperti itu.

Aku melirik ayah saat dia menepikan sepatunya di rak sepatu di depan pintu. "Ibu sudah pergi kerja lagi." Katanya yang sudah mengerti maksud dari tatapanku.

Aku mengangguk lalu bergegas ke kamar untuk bersiap mandi dan memakai pakaian lebih hangat.

Aku tidak berlama-lama mandi, aku hanya butuh lima menit membersihkan badanku dan bersiap untuk tidur.

Tok... Tok... 

Aku segera membuka pintu dan mendapati ayahku membawakan aku susu jahe, adalanku sehabis berenang.

"Ayah tidak perlu repot-repot. Aku bisa membuatnya sendiri." Aku mengambil alih gelas dari tangannya ayah.

"Aku sekalian membuatnya untukku juga... Ayah minta maaf kalau menganggumu."

Aku mengangguk, "Tidak juga ~ Akan segera kuminum. Terima kasih." Ayah mengangguk lalu pergi.

Sepertinya karena sudah lama tidak latihan dan berolahraga, badanku benar-benar sakit setelah berenang tadi.

Aku mencari Koyo kotak P3K dan juga di laci-laci, untuk meredahkan pegal-pegal di punggungku, setidaknya menemukan minyak urut sudah sangat membantu. Namun sayangnya aku tidak menemukan salah satupun di mana-mana. Aku menyerah dan memilih menghabiskan susu jahe dan berbaring di tempat tidur, satu-satunya cara untuk meredahkan pegal-pegal hanya tidur.

Satu Menit....

Dua Menit...

Tiga Menit... Mataku baru saja terpejam tiba-tiba gambaran jelas sosok Aries terpampang jelas di hadapanku. Gambaran ini sangat familiar, tentu saja.. aku sudah mengalami kejadian ini, bahkan belum sehari aku melewatinya. Aku tidak tahu apa aku sedang bermimpi atau sedang kembali memanggil memoriku saat memandangi Aries yang tidak berhenti-hentinya menatapku.

Spontan aku membuka mataku, aku baru saja memejamkan mataku namun terasa berat seperti sudah tidur berjam-jam. aku meraba-raba meja belajar untuk mencari ponselku. Ah, benar saja... aku hampir lupa kalau aku memperbaiki ponselku yang terendam air danau tadi. Aku benar-benar frustasi.

Melirik jam waker ~ aku tidak terpejam dalam tiga menit, bahkan sudah melewati dua jam. terasa begitu cepat, padahal ingatanku di mimpi itu cepat sekali, kenapa justru menghabiskan waktu sampai berjam-jam.

Aku duduk di tempat tidur sejenak untuk merenggangkan persendianku. Memakai sendal dan berjalan ke luar... aku tidak ingin tertidur lagi, bahkan hanya melihatnya di mimpi saja aku sudah sangat malu. Aku tidak bisa menyangkal lagi kalau aku benar-benar jatuh hati padanya. Tapi terlalu bertolak belakang, bagaimana bisa aku berharap bertemu dengan cinta pertamaku dan malah justru jatuh cinta dengan orang lain di saat bersamaan. Uuuh, itu sangat mengerikan. Kenapa ini malah justru ku alami.

Lihat selengkapnya