Aku memutuskan untuk pulang sendiri tanpa di antar siapapun yang menawarkan dirinya.
Aku memandang kosong ke jalanan yang terbentang luas, jika aku bisa memilih mengosongkan pikiranku seperti menguras sebuah drum minyak mungkin mudah minyak-minyak itu bisa ku jadikan bahan bakar untuk menambah tenangaku berlari cepat untuk sampai ke rumah.
Aku sudah melewati dua halte dan mengabaikan meminjam sepeda yang seharusnya bisa sampai lebih cepat ke rumah.
Otakku sekarang sedang berputar-putar memikirkan beberapa kemungkinan yang tidak pernah mampir sedikitpun dalam pikiranku beberapa tahun lalu. Aku memikirkan kemungkinan Ayah kandungku yang masih hidup ~ memikirkan penculikkan ~ memikirkan pembunuhan yang mengerikan ~ karena selama ini yang ada di dalam pikiranku hanyalah, aku ingin menemukan jasadnya
Apakah aku bisa berjalan dengan pikiran seperti ini?
Tiba-tiba saja seseorang menahan bahuku, aku berpkir sejenak sebelum akhirnya menyadari Hans lah yang menahanku di jalan.
"Oh, Hans kau sudah pulang liburan?" Tanyaku tergagu.
Hans menghela napasnya, "Kau ingin bunuh diri atau bagaimana?"
Aku mengernyitkan keningku, "Kenapa kau berpikiran aneh seperti itu?”
“Kau hampir menabrakkan dirimu ke mobil, kau bosan hidup?” katanya sewot.
“Aku tidak tahu ada mobil lewat ~ ya itu gunamu ada disini, membantuku kan… Terima kasih.” aku melanjutkan perjalananku.
“Kau mau kemana?”
Aku menoleh ke arahnya yang berjalan menuyusulku, “Aku mau pulang…”
“Kau tidak pergi ke acara di panti asuhan itu? Bukannya kau sering ke sana… kau tidak di undang?”
Aku menggeleng, “Aku baru dari sana.”
“Ah, ku kira mereka tidak mengundangmu…”
“Hans…”
“Ya…”
“Bukannya kau berteman dengan Aries…”
“Ah, bukan berarti dia tidak mengundangku ke acara itu. Tapi dia belum tahu aku sudah pulang…”
“Bukan, aku tidak ingin bertanya itu. ~ Aku penasaran kenapa kau bisa berteman dengan orang seperti dia.”