"Kakek sewa atau beli?" tanyaku saat menghampiri kakek di sofa dan duduk di sebelahnya.
"Diam-diam saja..." Kode kakek sambil memberikan stick PS padaku.
"Ayah pasti akan marah-marah kalau lihat ini..." ancamku, menggodanya. "Aku tidak bisa main bola... tidak ada Resident Evil?"
"Makanya bilang saja kita sewa... ~ kenapa senang main permainan mengerikan seperti itu..." protesnya menyuruhku mencari permainan lain di CD case yang dia taruh di meja di depan kami.
"Lebih mengerikan main bola, tidak ada salahnya malah di kejar-kejar, ditendang, direbutin..." keluhku sambil asik mencari CD-CD permainan. "Apa kakek sudah dapat kabar?" ujarku di sela-sela. aku tahu kakek pasti akan menyembunyikan kabar-kabar yang akan akan nantinya atau sudah di terimanya. Aku mengerti dengan cari cara seperti ini dia kakek dan nenek pasti bersekongkol agar perhatianku tidak tertuju dengan kasus ayah ku dulu.
"Seharusnya kakek yang seharusnya di beri kabar, Kenapa kau tidak pernah membawa pacarmu main ke rumah kakek?"
Aku memutar bola mataku, "Sejak kapan aku punya pacar... laki-laki juga akan mikir seribu kali kalau mau bepacaran denganku."
"Anak tampan yang bersamamu tadi... Hei! kenapa kau berbicara seperti itu." Kata kakek sambil menepuk lenganku kuat-kuat, tidak setuju dengan apa yang barusan ku katakan. "Kau cantik, baik dan banyak bakat hanya 0,0001 persen cewek sepertimu. Aku yakin dia pasti menaruh perasaan padamu... atau mungkin kalian sudah berpacaran."
"Tidak ada tema pembicaraan yang lain?"
"Jadi kapan dia kesini lagi..."
"Aku tidak berharap dia kesini lagi..."
"Atau aku yang pergi ke rumahnya..." Aku memasang wajah kesal. "Jujurlah, aku tidak akan beritahu siapa-siapa... apa kau tidak suka dengannya atau kau yang tidak peka dengan perasaannya."
Aku menghela napas, aku tidak percaya dengan kakekku yang begitu penasaran dengan kehidupan asmaraku, aku baru tahu ada kakek-kakek seperti ini.
"Dia sudah punya orang dia suka, kenapa aku harus peka dengan hal seperti itu.. kakek ada-ada saja."