Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #51

Perempuan itu kembali

Aku datang pagi-pagi sekali, hari Rabu adalah hari yang paling ku benci karena hari itu adalah hari dimana aku selalu mendapatkan jadwal piket semenjak aku SD, aku tidak tahu kenapa aku selalu saja mendapatkannya di hari Rabu.

Belum semua siswa berdatangan, hanya sebeberapa yang sudah datang, dan masih ada sekitar satu jam lagi sebelum bel sekolah berbunyi. Bukan halangan bagiku untuk masuk pagi-pagi sekali. Di tengah kesunyian ini, dorongan rasa ingin tahuku membawa kaki ini melangkah menuju ruangan tempat aku menemukan radio amatir yang misterius beberapa minggu lalu, saat tak sengaja melewati kembali ruangan itu kembali. Suasana di sana terasa berbeda, seolah ada aura yang menyelimuti tempat itu. Ketika aku melangkah masuk, mataku langsung tertuju pada radio tua yang tampaknya masih berfungsi, lagi-lagi aku memastikan apakah dia terhubung dengan listrik atau memang radio ini portabel yang bisa saja di gunakan menggunakan batrai.

Tiba-tiba, suara noise menghancurkan keheningan, dan aku terperanjat menjauh karena begitu kaget. Perlahan mendekat karena penasaran. Dalam sekejap, suara itu menghilang, kemudian muncul kembali dengan suara terputus-putus karena noise kembudian perlahan jernih... suara seorang wanita. “Apakah ada yang mendengar?” Suaranya mengalun, penuh dengan urgensi. Jantungku berdegup kencang saat dia mengulangi pertanyaannya, seolah menunggu jawabanku.

Aku menekan tombol bicara di handmic, mencoba meredam debaran jantung yang begitu kencang. “Ya, aku mendengar.” jawabku sedikit bergetar.

Suara itu kembali, suara yang pernah menghubungiku beberapa waktu lalu, seseorang yang tidak ku ketahui entah dari mana dia sedang mengudara. "Apa kamu masih dengan orang yang sama?" Noise mengema lagi, "Kamu masih di sekolah Gemilang?"

Aku pun kembali bertanya, "Iya aku disini..."

"Kau menghilang dari beberapa menit lalu," katanya yang membuatku bertanya-tanya kembali, beberapa menit?

"Maksudmu?"

"Aku sudah hampir lima belas menit memanggilmu, tapi tidak ada jawaban."

Aku masih tidak mengerti, aku melirik ke jam tangan digital yang akhirnya ku gunakan, pemberian dari Hans. Lima belas menit?

"Ini sudah sekitar sebulan, semenjak panggilanmu yang terputus waktu itu..." jelasku, aku masih berdiri sambil memandang berkali-kali memastikan, bahwa benar radio ini masih belum terhubung ke listrik. Tapi secara nyata aku melihat di depan mata kepalaku sendiri, radio ini berfungsi, lampu indikator dan layarnya, semua menyala. Sambil meraba-raba aku masih penasaran, dimana letak batrai itu di tanam pada radio ini, walau aku tidak bisa menyembunyikan bulu-bulu ku berdiri merinding di pagi hari ini.

"Aku tidak mengerti maksudmu, bagaimana bisa sebulan. Aku bahkan belum beranjak dari tempatku lima belas menit setelah hilang komunikasi denganmu."

Lihat selengkapnya