Hari-hari selanjutnya membawaku kembali ke ritme harian yang menenangkan. Setelah hari-hari yang dipenuhi rasa penasaran tentang Aries, semuanya kini mulai terasa seimbang. Aries jarang muncul, tapi aku sudah tak begitu gelisah. Setidaknya, Hans, Karina, dan Marco selalu ada untuk mengisi hari-hariku. Mereka setia menemaniku, dan meskipun aku bukan sosok yang menonjol, aku merasa diterima di tengah-tengah mereka. Kami sering pergi ke lapangan basket, di mana aku berdiri sedikit jauh, menjadi pendukung yang diam, tapi aku tahu mereka merasakan kehadiranku.
Sesekali, aku mengunjungi panti. Kegiatan sederhana di dapur atau berbincang dengan anak-anak di sana menjadi momen berharga, memberikan perasaan hangat dan damai. Dan ketika aku kembali ke rutinitasku, seperti jogging, berenang, atau sekadar berdiam diri di kamar, rasanya seperti mengisi ulang energi yang terkuras karena berada di keramaian. Aku sadar, sebagai seorang introvert, momen-momen menyendiri itu adalah waktu berharga yang kubutuhkan untuk meresapi semuanya.
Namun, di sela-sela kesibukan ini, kenangan akan Aries dan pesan aneh dari perempuan di masa depan tetap sesekali muncul dalam pikiranku, seperti serpihan mimpi yang belum sepenuhnya hilang. Rasanya seperti ada sesuatu yang belum selesai, tapi aku memutuskan untuk menyimpannya sementara. Aku ingin tetap menjalani hariku dengan tenang, menikmati kehadiran teman-temanku, dan menghargai momen-momen sederhana ini.
Tetap saja, jauh di dalam hati, aku menyimpan secuil harapan bahwa semua prediksi, pesan, dan kenangan tentang Aries akan terungkap pada saat yang tepat. Mungkin, di balik rutinitas ini, sebuah petunjuk akan muncul. Tapi untuk sekarang, aku biarkan segalanya berjalan apa adanya.
***
Di tepi danau belakang panti, hari Minggu pagi dipenuhi suara tawa dan kegiatan seru. Nana, dengan semangatnya, memimpin acara edukasi keselamatan air. Kami, para remaja dan anak-anak panti, berpartisipasi aktif, membantu menyiapkan peralatan dan bahan untuk kegiatan yang berlangsung di alam terbuka ini. Tim SAR yang berpengalaman pun hadir, memberikan arahan dan informasi penting tentang keselamatan di air, memastikan semua orang mengerti betapa berbahayanya situasi di air jika tidak mendapatkan edukasi yang baik khususnya jika ada kejadian seperti tenggelam.
Sementara itu, Marco sibuk membantu dengan senyum lebar, semangatnya terpancar di setiap langkah. Tanpa henti, ia bolak-balik memastikan anak-anak lain mendapatkan makanan dan minuman mereka, berbaur di antara kami dengan ketulusan yang tak dapat disangkal. Meskipun Marco tidak tinggal di panti menemani Neneknya, Nana, dia juga tidak kalah ketinggalnya dengan relawan yang lain. Sesekali ia menatapku, memberikan senyum kecil yang, entah kenapa, terasa lebih dari sekadar senyum biasa. Ketika pandanganku bertemu dengannya, ada kehangatan yang tak bisa kulewatkan, seolah dia ingin lebih dari biasanya.