Aries mengantarkanku pulang dengan mobil Nana, mobil yang sering kami pakai untuk aktivitas di panti. Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil terasa sangat hening. Kami hanya duduk dalam diam, tanpa ada suara dari radio yang biasanya mengisi keheningan. Aku merasa canggung, terutama setelah peristiwa di pantai dan pelukan hangatnya yang tiba-tiba. Perasaanku campur aduk, seolah hatiku ingin berlari ke tempat lain sementara pikiranku berusaha menganalisis apa yang baru saja terjadi.
Sambil menatap jalan yang melintas di depan kami, aku mengingat kembali momen ketika Aries memelukku. Ada rasa tenang yang muncul, tetapi juga ada perasaan bingung yang tak bisa kujelaskan. Kenapa semua ini terasa begitu rumit? Kenapa, di tengah suasana yang kelam ini, perasaanku justru bergetar karena kehadiran Aries?
Di sampingku, Aries terlihat tenang, matanya fokus pada jalan. Dia tidak bertanya tentang kejadian tadi atau tentang bagaimana perasaanku saat itu. Mungkin dia merasakan ketegangan di antara kami, atau mungkin dia juga bingung. Aku berharap dia tidak menyadari betapa tidak nyaman dan kikuknya aku saat itu.
Akhirnya, kami sampai di depan rumahku. Aries masih di balik kemodi mobil dan menatapku sejenak. "Langsung istirahat," katanya singkat, sebelum aku melangkah keluar. Tanpa menunggu lebih lama, aku menutup pintu mobil dan melihatnya meluncur pergi. Rasa sepi langsung menyelimuti hatiku setelah kehadiran Aries menghilang.
Malamnya, saat aku sedang berusaha mengatasi semua perasaan ini, Marco datang bersama Hans dan Karina. Mereka baru tahu bahwa aku ikut menyelam dan baru pulang sore tadi, pikir mereka aku hanya ikut mengawasi. Kabar itu menyebar dengan cepat, seolah-olah semua orang tahu sebelum aku sempat memberitahukan mereka. Mungkin inilah efek dari hidup di daerah kecil di mana semua orang saling mengenal.