Hi... Bye (Dystopia)

tavisha
Chapter #63

Sesuatu yang pernah hilang

Tahun 2024.

Setelah hari itu, aku tidak menerima panggilan lagi dari radio itu. Hingga aku lulus sekolah, setiap hari aku selalu mengecek panggilan di ruangan radio itu, berharap ada sinyal kehidupan yang kembali. Namun, radio itu tak pernah menyala atau memberikan kabar yang tak terduga. Rasanya seakan-akan harapan itu menghilang bersamaan dengan Aries.

Di satu sisi, Nana, Marco, dan panti asuhan terbenam dalam duka selama setahun penuh. Meskipun Tohoku sudah pulih dari tsunami dan kembali dikunjungi wisatawan, suasana di panti masih diliputi kesedihan. Kehidupan setelah kepergian Aries membuat Nana kehilangan senyumnya. Ketika Nana akhirnya memutuskan untuk mengikhlaskan kepergian Aries, hatiku terasa tertekan. Rasanya aku telah kehilangan sebagian lagi dari diriku.

Akibat insiden itu, aku merasa terdorong untuk menyelam lebih sering di pantai. Laut di daerahku, yang terletak di ujung utara Kalimantan, yang ku rasa masih berkaitan dengan aliran laut Jepang. Tak tahu dari mana datangnya inisiatif ini, aku terjun ke dalam air, berharap bisa menemukan Aries di dasar laut, seakan-akan arus membawa Aries kembali ke tempatku. Setiap kali aku menyelam, aku merasa seolah berusaha menjangkau kenangan yang hilang, walau secara logika tidak mungkin, aku berharap dengan menyelam aku masih bisa menemukannya dalam keadaan apapun.

Setelah kejadian itu, Marco memutuskan untuk rehat setahun sebelum melanjutkan kuliah. Dia keluar kota dan memilih untuk mengambil jurusan kedokteran, jauh dari keinginannya semula untuk menjadi ilmuwan fisika. Pilihan itu membuatku terkejut, namun aku memahami bahwa dia juga berusaha mengubah jalannya hidup setelah kehilangan yang kami alami.

Setelah lulus SMA, aku pun keluar kota dan memilih berkuliah di tempat yang berbeda dari Marco. Meskipun jarak memisahkan kami, beberapa kali Marco rela datang mengunjungiku di Bandung, sementara dia berada di Jakarta. Sementara itu, aku terus menyelam, ikut dalam kegiatan sosial, dan mencari kesempatan pelatihan di luar negeri, terutama di Jepang. Setiap kali aku punya kesempatan menyelam di pantai-pantai Jepang, harapanku untuk menemukan Aries tak pernah pudar.

Setelah lulus kuliah, aku lebih banyak bekerja secara remote dan fokus menjadi relawan di bidang kebencanaan. Terkadang, aku menggunakan waktu untuk traveling ke luar negeri, seakan melarikan diri sambil mengobati diri dari rasa sakit yang mendalam. Mengenai kasus ayahku, akhirnya kasus itu ditutup. Kami berusaha mengikhlaskan, meski tidak ada petunjuk lagi yang bisa diharapkan. Setiap kali mengenang ayah, aku merasakan campuran rasa kehilangan dan penerimaan, dan meskipun sulit, aku tahu kami harus melanjutkan hidup.

Kini, saat aku berdiri di pantai, menatap lautan luas yang menghampar di depan, aku merasakan kehadiran Aries dan ayahku di dalam setiap gelombang. Meski hidup membawa duka dan kehilangan, aku bertekad untuk terus berjuang, menyelam dalam harapan dan meneruskan impian mereka di dalam diriku.

***

Oktober 2024 menjadi bulan yang tak terlupakan. Ketika aku pertama kali merencanakan perjalanan ini, aku tidak pernah menyangka akan menginjakkan kaki di Swiss. Negara yang selama ini kulihat hanya dari jauh, di layar kaca. Aku selalu berpikir bahasanya terlalu sulit, biayanya terlalu mahal, dan jaraknya terlalu jauh. Namun, semua keraguan itu sirna saat aku tiba di negara ini, siap untuk merasakan keindahan alam dan menjalani petualangan baru.

Lihat selengkapnya