“Elsa! Ikut mas ganteng yuk!”
Lelaki bertubuh jangkung itu melotot kepada salah seorang temannya yang baru saja merayu gadis kecil dalam gendongannya. Sementara yang ditatap seolah menghiraukan tatapan maut tersebut. Semakin gencar merayu gadis kecil itu, “Kok tumben rambutnya diikat manja, jepitnya juga manis gitu”
“Rio, lo di filter dikit dong mulutnya! Kasian telinga anak gue ternodai” tegur lelaki itu pada akhirnya, “Ya ampun Aksa lo kejam banget sih jadi homo sapiens”
Aksa meninju lengan sahabatnya, Rio. “Galak bener lo, pantes masih jomblo” seloroh Rio yang langsung pergi meninggalkannya. Aksa hanya mengelus dadanya sembari merilekskan dirinya, tugas-tugas perkuliahan akhir ini membuatnya semakin penat. Aksa duduk bersandar pada salah satu sofa di kafe milik Rio, alunan musik jaz membuainya hingga untuk beberapa saat ia memejamkan matanya. Namun tidak sampai lima menit, Aksa mendadak menegakkan tubuhnya ketika gadis kecil dalam gendongannya meminta diturunkan.
“Ah iya abi lupa, kamu kan sudah besar dan gak suka pakai ini” ujarnya sembari melepas belt gendongan bayi. Aksa terpaksa mengenakan alat bantu tersebut untuk memudahkannya dalam mengendarai motor. Setelah melepaskan jaket dan topi milik anaknya Aksa kembali menyandarkan tubuhnya pada sofa empuk tersebut. “Elsa mau susu?”
Elsa menggeleng, “Ice cream abi”
“No” Aksa langsung menolak, “Elsa lagi pilek, kalau mau ice cream harus sembuh dulu” tutur Aksa membuat Elsa mempoutkan bibirnya, gadis kecil itu menangkupkan wajahnya pada meja kecil di depan sofa yang Aksa duduki. Kedua kakinya dihentak-hentakkan alih-alih protes. Aksa menarik nafas panjang, kemudian mengusap mukanya beberapa kali. Menghadapi Elsa butuh kesabaran, dan Aksa sebisa mungkin harus mengontrol emosinya.
“Elsa sayang” Aksa turun dari sofa, ia mendekati gadis kecilnya dan ikut menaruh kepalanya diatas meja – seperti Elsa, tangan kiri menumpu kepalanya sementara kanannya mengusap punggung kecil Elsa penuh kasih sayang, “Elsa kan tahu kalau yang jadi penyemangat abi sekarang cuma Elsa, kalau Elsa sakit nanti abi gak punya kekuatan soalnya Elsa gak bisa memberikan kekuatan super power”
Sejujurnya Aksa sedikit terganggu dengan celotehan beberapa orang yang kini sedang menontonnya, tapi ia menepiskan segala omongan tersebut dan kembali fokus pada sang anak, “Kalau Elsa sakit nanti abi gak bisa sekolah, terus-“
“Elsa cekolah” Aksa menatap bingung, pasalnya Elsa tadi memotong ucapannya, “Elsa mau gantiin abi sekolah?” tanya Aksa, Elsa menggeleng “Umi cekolah Elsa cekolah”
Nah lho, Aksa semakin bingung dengan ucapan anaknya. “Umi? Siapa?” sekarang Aksa semakin dibuat bingung ketika sang anak menyebutkan kata ‘Umi’ sedangkan dalam kehidupannya tidak ada peran sang ibu sama sekali, kecuali ibunya Aksa yang dipanggil ‘Uti’ oleh Elsa. “Umi” Elsa berseru gemas sembari memegang kedua kucirannya, Aksa mengangguk paham lantas menimpali, “Oh yang iketin rambut Elsa umi?” Elsa tersenyum dan mengangguk jelas.
“Susu abi” kata Elsa kemudian, “Ice creamnya gak jadi?” Aksa memastikan, padahal tadi ia yang melarang.
Elsa menggeleng, “Elsa mau cembuh” Aksa membulatkan kedua matanya antara percaya tidak percaya. Sore ini Elsa lebih mudah dibujuk, tidak seperti biasanya yang sampai menangis hampir sejam.