Hi... Bye (We are Lost)

tavisha
Chapter #6

Hantu Pukul Enam

Pernahkah kau melihat hantu?

 Aku tidak pernah, tapi aku satu-satunya siswa yang pernah melihat mayat dalam jumlah terbanyak. Meskipun aku sudah banyak melihat mayat tapi aku bersyukur aku tidak pernah di hantui mereka... Ku pikir "Hantu Pukul Enam" itu benar-benar ada. Aku baru mengetahui kenyataannya barusan, bahwa yang ku curigai selama ini sebagai "Hantu Pukul Enam" adalah Aries.

 Aku tentu saja malu dan menyesal mengetahui kenyataan itu.

 Apakah dunia begitu kecil sehingga takdirku hanya berputar-putar pada orang yang sama?

 Ku rasa mengetahui kenyataan itu lebih menakutkan daripada melihat hantu sungguhan.

 Aku akan menceritakan sedikit tentang Hantu Pukul Enam.

 Itu terjadi saat aku baru-baru saja menjadi pegawai lepas di panti secara sukarela. Semuanya berawal saat aku melewati ruang aula milik panti yang hanya terbuka saat ada acara saja, jadi sudah pasti aula itu selalu terkunci jika tidak ada kegiatan di dalamnya. Aula itu cukup besar dan sering di sewa untuk acara di luar kegiatan panti, dan letaknya pun sedikit jauh dari asrama panti namun bersebelahan dengan kebun milik panti.

 Pertama kali saat aku berasumsi bahwa ada hantu di sana ialah, saat aku mendengarkan suara piano yang berdendang cukup sedih setiap hampir pukul enam sore, menjelang magrib. Suara piano itu tidak lama, hanya berselang sekitar lima menit atau dua belas menit paling lama dan itu hampir ada setiap minggu. Melodi-melodi yang dibawakannya selalu bernada menyedihkan tanpa satupun ku dengar dari hari ke hari ada lagu yang membuatmu gembira atau merasa sedang jatuh cinta.

 Kata anak-anak panti, ada sebuah piano tua yang terdapat di dalam aula, dan itu sudah pasti terdapat penguni tak kasat mata, mengingat umurnya yang sudah lama. Terlebih saat menjelang magrib menurut orang tua, jam-jam segitu adalah waktu dimana hantu-hantu bergentayangan, dan sialnya aku selalu selesai berkebun setiap jam seperti itu.

 Pada awalnya itu memang agak menakutkan, tapi belakangan ini itu cukup menghiburku setiap aku berkebun. Karena area kebun cukup berdekatan jadi aku masih bisa mendengar suara piano dari dalam aula cukup jelas. Hampir dua tahun aku berkecimpung di panti, tidak ada yang pernah memberitahuku tentang kebenaran itu, mereka justru malah membuatnya menjadi lebih mengerikan dengan cara membesar-besarkan ceritanya. Hantu Pukul Enam menjadi legenda anak-anak di panti terlebih dengan anak-anak yang masih SD juga ikut-ikut mempercayai keberadan hantu Aula itu.

 Sekarang mari kita luruskan kesalah-pahaman yang semakin menjadi-jadi ini. Hantu Pukul Enam adalah Aries, salah satu anak panti yang tidak pernah ku lihat keberadaannya dan justru sangat sering ku temui di sekolah sampai-sampai aku muak jika harus berhadapan dengannya lagi. Sayangnya baru beberapa jam lalu aku jatuh hati padanya.

 Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang, aku hampir dua tahun mendengarkan suara-suara piano itu dengan alasan agar aku bisa berada di kebun lebih lama. Aku benar jatuh cinta dengan permainan piano itu dan benar-benar berharap bisa bertemu dengan hantu itu walaupun tidak pernah mendengarkan lagu yang terdengar menyenangkan. Aku membuat fantasi sendiri di dalam kepalaku tentang Hantu Pukul Enam. Jika saja aku seorang penulis mungkin cerita itu sudah ku tulis dengan dramatisasi.

  Nyatanya, kini doaku dan fantasiku benar-benar terkabul. Aku bertemu dengannya selama dua tahun belakangan ini tanpa menyadari bahwa dia adalah sosok yang paling ingin kutemui... dalam keseharianku, aku selalu menganggapnya Lucifer-Monster-Hantu yang paling mengerikan di dunia ini, yang datang dalam wujud manusia bergentayangan di sekitarku, sekarang aku benar-benar terjebak dalam doaku, ku pikir aku bukan saja jatuh hati padanya dua jam lalu... Tapi itu sudah berlangsung dua tahun lalu.

Bukankah ini lebih mengerikan dari bertemu dengan hantu sungguhan? 

*** 

"Kau sudah pulang?" ayah tiriku menyapa saat aku baru saja membuka pintu. Ia baru saja mengambil buku di rak, sejurusan dengan pintu masuk.

Lihat selengkapnya