Hi... Bye (We are Lost)

tavisha
Chapter #27

About Time

Apa aku benar-benar jatuh cinta padanya atau aku hanya penasaran karena tidak pernah bertemu dengannya lagi?

Yang bisa aku lakukan, aku hanya menunggu sampai saat itu tiba, untuk memastikan alasan apa sebenarnya dia tidak ingin bertemu denganku saat ini?

Aku selalu berasumsi dari sudut padangku, aku tidak pernah berpikir dari sudut padang orang lagi. Aku terlalu besar kepala jika alasan sebenarnya dia tidak ingin bertemu denganku karena penampilanku, aku terlalu cepat berasumsi bahwa itu mengarah pada harapan dia juga ingin bertemu denganku karena dia juga menyukaiku. Padahal aku sudah tahu itu tidak mungkin terjadi. Bagaimana orang yang sudah lama tidak bertemu bisa jatuh cinta dengan fisik yang tidak pernah dijumpai sebelumnya dan menghindari hanya karena telah melihatnya lebih jauh. Apa yang sudah dilakukan otakku selama ini tentang padanganku pada orang lain. Itu terlalu rumit sekarang. Pada akhirnya orang yang duduk di sebelahku jadi kesal karena aku.

Kini kami akhirnya hanya saling berdiam diri. Hanya radio saja yang menjadi pemutus rasa canggung kami. Aku tidak tahu bagaimana membunuh rasa canggung ini dan membiarkan diriku tertidur sampai akhirnya tiba ke panti. Untung saja aku bangun dengan sendirinya sewaktu mesin mobil berhenti, jika Aries harus membangunkanku, ku rasa akuĀ akan merasa tidak nyaman ratusan kali lipat.

Keheningan berlanjut lama, kami benar-benar tidak saling berbicara lagi sampai kami selesai membawa barang-barang belajaan kami ke dapur.

Aku biasanya tidak masalah jika berdiam selama ini, namun kali ini sangat beda. Aku merasa aku tidak masalah dengan berdiam diri, bahkan aku juga tidak terlalu dekat dengan Aries sebelumnya tapi mengapa aku jadi merasa bersalah bahkan saat dia meninggalkan ku begitu saja kembali ke aula.

***

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Aku masih berada di meja belajarku sambil menonton anime di komputerku. Beberapa kali juga mataku selalu mengarah ke ponselku, namun apa yang sedang ku tunggu tidak kunjung datang. Aku merasa gelisah, karena namanya tidak kunjung menghampiriku.

Baiklah, aku akan membiarkannya hari ini. Ku tutup hariku dengan mengecek keberadaan rumahku sebelum aku tidur.

Rumah hari ini tampak nyaman, ini sudah hari ke dua semenjak ibuku pulang dan tidak ada perkelahian seperti biasanya, dan seperti biasanya juga ibu masih sangat canggung denganku. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan rumah yang mendadak tenang seperti ini, seakan tidak ada apa-apa di hari sebelumnya.

***

Pagi-pagi sekali, aku kembali mengunjungi toko roti dan mengambil pesananku seperti biasa. Berjalan sangat tenang hingga sampai ke panti. Namun sayang, pagi ini aku tidak menemukan Aries bermain piano seperti pagi kemarin, jadi aku memutuskan untuk ke kamarnya untuk memeriksa keberadaannya.

Aku mengetuk beberapa kali, namun tidak ada tanggapan. Entah mengapa tanganku nakal sekali, perlahan aku membuka pintu secara perlahan yang tidak terkunci, dan menemukan Aries masih terlelap di tempat tidurnya. Aries sepertinya terlihat lelah, ada dua buku yang tergeletak di sebelahnya. Satu buku tertutup rapat di samping bantalnya, sedangkan satu lagi berada di samping tubuhnya yang menghadap ke kanan, terganjal dengan jarinya.

Kali ini aku mendapati kamarnya bersih seperti pertama kali aku masuk, tidak ada sampah dan tidak ada baju yang tergeletak di lantai. Aku tidak ingin beropini lagi, aku takut aku salah berpendapat tentang sifat Aries yang sulit ku tebak.

Aku menaruh kantung roti di meja belajarnya, namun belum sempat aku menaruh Aries bangun dari tidurnya. Matanya yang setengah terbuka memandangku.

"Apa itu?" tanyanya dengan keadaan setengah sadar. Aries melepaskan jarinya dari buku dan menindis telapak tangannya di pipi sebagai bantal.

Aku menjadi gugup, aku takut dia tiba-tiba meledak mendapati kehadiranku disini. "Oh, ini roti pesananmu." Jawabku pelan.

Dia menganggukkan kepalanya yang tertidur, lalu berkata aneh yang jarang sekali ku dengar dari muluntya, "terima kasih."

Aku terperangah sesaat mendengar ucapannya, namun saat menyadari itu Aries sudah kembali tertidur. Ku rasa dia hanya mengigau saja.

Sekeluarnya dari kamar, aku menuju asrama panti yang sudah mulai terlihat sibuk.

Anak-anak asrama tengah sibuk menyiapakn beberapa dekorasi untuk pesta hari sabtu nanti. Ada pula yang sedang memasukkan udangan ke dalam amplop yang berdesain cantik. Ku pikir pesta ini hanya akan di meriahkan oleh orang-orang sekitar panti saja. Namun melihat tumpukkan amplop aku baru mengerti bahwa sepertinya pesta ini akan sangat besar.

Aku belum menemukan jawaban yang pasti pesta apa yang akan dilaksanakan pada hari sabtu nanti. Tidak ada yang memberikanku jawaban yang pasti, semua penghuni sepertinya menyembunyikan hal itu dariku atau mereka senang membuatku penasaran dari dulu. Saat ini aku hanya menduga bahwa pesta nanti hanyalah pesta perayaan ulang tahun panti asuhan ini, jika tidak, pesta apa lagi selain itu yang akan semeriah dan sebanyak itu udangannya?

Sepanjang hari aku sibuk membantu, tidak hanya membatu anak-anak menyiapkan bahan untuk dekor, namun juga aku tidak ketinggalan membantu di dapur menyiapkan untuk makan siang mereka. Namun menjelang waktu makan siang, hal yang tidak pernah terjadi kini terjadi dalam hidupku selama aku hidup menjadi penghuni tidak tetap di panti.

Ini seperti kau sudah lama menantikan kedatangan sesorang dalam hidupmu dan setelah melihatnya lagi kau menjadi sangat senang dan lega. Aku tidak mengerti kenapa aku mengalami momen seperti ini, ini aneh sekali untuk seseorang yang datang itu. Untuk pertama kalinya aku bertemu Aries langsung di wilayah panti, tidak di area aula.

Saat dia masuk ke dapur untuk mengambil sesuatu di dalam kulkas, entah kenapa dengan melihatnya seperti itu rasanya aku ingin tersenyum bahagia. Aku tidak tahu alasannya, ini sangat aneh. Apa mungkin karena kemarin? Aku bahkan menunggu telpon atau sekedar menunggu pesannya.

Lihat selengkapnya