Hi... Bye (We are Lost)

tavisha
Chapter #32

Dive Into You

Aku memperhatikan ke sekeliling danau, melihat ke tepian dan menemukan bahwa tim medis sudah berdatangan, sesekali melirik ke arah Aries yang sedang mengayuh dayung yang duduk di depanku, sedangkan kak Jibran mengayuh di belakangku. Aku tidak tahu apa yang sedang di pikirkan Aries, namun sedari tadi dia tidak melepaskan pandangannya dariku. Aku bertanya-tanya apa yang membuatnya menatapku begitu lama. Apa dia sedang memikirkan skenario untuk membunuhku di tengah danau seperti ini?

Kami melewati titik batas menuju tengah danau ke tempat perahu yang terbalik dan mencoba mengecek keadaan sekitar namun belum menemukan keberadaan dimana Anita berada. Aku ingin segera menyelam untuk mengecek keberadaan Anita, namun beberapa kali Kak Jibran menahanku agar tidak melakukannya tanpa perlengkapan menyelam.

"Danaunya sangat dalam." kata Aries pelan saat melihatku melepaskan sepatuku besiap untuk meloncat ke danau. "Duduklah dulu. Lebih baik kita menunggu tim SAR tiba."

"Benar kata Aries, lebih baik kita berkeliling mencari di sekitaran.... Lebih baik tidak menyelam di sekitar sini. Disini terlalu dalam." Sambung Kak Jibran sembari menahan sejumput ujung bajuku agar tidak segera meloncat.

Aku masih berdiri di tengah-tengah perahu dan menatap mereka secara bergantian. "Aku juga bagian dari tim SAR, apa kalian tidak percaya denganku?"

"Bukan begitu. Lebih baik kita berkeliling dulu." ujar Kak Jibran berusaha menyuruhku untuk duduk.

"Biarku pastikan terlebih dahulu, aku hanya menghawatirkan jika dia terjebak di bawah perahu."

Aku mendengar Aries menghela napas. Ia tidak melihat ke arahku lagi, pandangannya sudah beralih menyapu ke sekeliling.

Aku melepas sepatuku dan bersiap untuk terjun.

"Berapa menit waktu kritis untuk orang yang tenggelam?" Tanya Aries tanpa menatapku. dia mencoba mendayung perlahan mengarahkan perahu kami mendekat ke perahu terbalik.

Aku memilih tidak menjawab, dan melakukan pemanasan sebelum akhirnya bersiap untuk menyelam.

"Kamu yakin akan menyelam?" Lagi-lagi kak Jibran ragu.

Aku mengangguk, "Beri aku waktu. Aku berharap dia ada disini." Kataku sebelum akhirnya masuk ke dalam air.

Tidak perlu ada kata pamit, aku tidak akan lama menyelam. Aku hanya bisa bertahan tanpa alat pernapasan selama lima menit di bawah air. Aku yakin bisa menemukan Anita sebelum batas waktu kritisku habis.

Air begitu tenang dan sedikit cukup keruh, jarak padang hanya baik di sekitaran tiga meter. Setahuku air danau biasanya cukup jernih namun hari ini sepertinya bukan hari yang baik bahkan untuk bermain-main di danau, alam pun tidak mendukung.

Aku masuk ke bagian bawah perahu yang terbalik. Diameter perahu cukup lebar dan dalam, namun aku tidak menemukan Anita berada disana. Jadi aku memutuskan menyelam lebih dalam lagi sampai sejauh aku bisa, sayang... aku tidak menemukannya. Aku menyerah dan memutuskan kembali ke permukaan. Hanya bisa menyetor ekspresi kecewa dan naik ke atas perahu tanpa berkata-kata.

Aries, dia benar-benar dingin bahkan di saat seperti ini.

Karena tidak ada tanda-tanda keberadaan Anita, kami bergeser ke arah tepian yang tidak jauh dari titik terbaliknya perahu namun agak jauh dari jembatan, dimana terdapat banyak pohon-pohon dengan akar yang memanjang dan melintang hingga ke permukaan. Pohon-pohon tua itu terlihat cukup menakutkan, bahkan dari jauh aura gelap sudah terasa cukup kuat.

Tiba-tiba saja Aries berdiri, ia memasang mata menatap ke arah akar-akar panjang kayu yang cukup kuat meskipun terbenam air.

"Apa kalian lihat? Kalian lihat warna putih di balik akar itu?" Tanya Aries mencoba mencari bantuan untuk memastikan apa yang lihat benar seperti dugaannya atau hanya harapan kosong saja. Jujur saja aku tidak begitu lihat apa yang di lihatnya.

Dengan aba-aba Kak Jibran, mereka medayung ke arah di maksud Aries namun perjalanan kami untuk sampai ke sana masih cukup sulit, akar-akar besar yang melintang di permukaan membuat kami kesulitan untuk mendekat ke arah tujuan.

"Ah, aku lihat!" seruku saat perahu kami mulai stuck di tepian akar yang paling besar.

Sebenarnya aku masih tidak begitu mempercayai apa yang selama ini aku dengar dari orang-orang yang sering bersamaku, kadang banyak hal yang tidak bisa di terima logika jika sudah berkaitan dengan masalah kebencanaan atau kecelakaan di alam seperti ini. Seperti apa yang sedang terjadi di hadapanku sekarang, aku juga tidak habis pikir kenapa Anita bisa berada di tempat sejauh ini dan bagaimana bisa anak sekecil dia bisa melalui perjalanan sejauh ini dari tempatnya semula dan sekarang dia tersangkut di antara akar-akar pohon yang masih tidak bisa di terima logika kami.

Lihat selengkapnya