"Bagaimana harinya, menyenangkan?" tanya papa kepadaku dan Eline ketika kami bereempat— aku, papa, mama, dan Eline— sedang makan malam. Kali ini mama yang masak biasanya, sih, mama akan membeli di warung makan sesekali di Restoran. Mungkin tadi mama pulang dari butik lebih awal.
Eline menelan makanan. "Yah gitu Pa. Oh ya, Pa, Eline butuh tempat privat."
Mama menoleh ke arah Eline. "Mama punya kenalan anak temen mama, dia pintar loh Line. Kamu privat di sana aja ya?"
Eline menggeleng. "Nggak mau ah Ma, Eline maunya privat satu tempat sama Camelia." Camelia itu sahabat Eline, mereka sama-sama centilnya.
Papa mengernyitkan dahi. "Camelia private di mana?"
Mereka bertiga ngobrol, sedangkan aku sibuk makan, tidak tertarik berbicara dengan papa. Lagi pula tadi pagi papa baru saja memarahiku, padahal kan Eline yang salah. Bagaimana tidak? Orang aku nggak tahu kue cokelat yang tergeletak di meja punya Eline, salah siapa nggak diberi nama. Nah ... karena aku tidak sengaja memakannya, Eline marah lalu mengadu ke papa dengan dilebih-lebihkan. Padahal hanya sepotong kue loh. Kan kesal!
Eline memotong sosis dengan sendok. "Di Smartplace."
Mendengar jawaban Eline barusan seketika aku berhenti mengunyah. Smartplace kan mahal.
"Ya udah daftar aja." Aku menoleh ke arah papa tidak percaya, sebab permintaan Eline dituruti, sedangkan aku kemarin minta uang buat beli novel nggak dikasih. Ok, kali ini aku yang salah, jelas saja tidak dikasih, orang satu minggu yang lalu aku baru saja beli novel.
"Di sana mahal loh Pa," ucapku tanpa sadar menyambung obrolan mereka. Mendengar itu Eline menatapku tidak suka.
Papa menyeruput air putih. "Tidak masalah, kamu mau juga?"
Aku menggeleng. "Nggak," tolakku dengan nada dingin. Kenapa aku menolak? bukan karena masih marah ke papa, memang aku masih marah kepadanya, hanya saja aku takut sudah private di tempat mahal tapi malah tidak ada peningkatan. Kan sayang.
"Orang malas belajar ditawarin tempat private mana mau," sindir Eline sambil memasukan makanan ke dalam mulut.
"Line!" ucap mama, siapa pun tahu jika nada memanggilnya bercampur nada marah itu artinya barusan mama tidak suka dengan ucapan Eline.
Eline memutar bola matanya malas, lalu terdiam.
Mama menoleh ke arahku setelah meletakan gelas berisi air putih yang tinggal setengah. "Kamu les sama anaknya temen mama gimana? Dia pintar, Die, dan sepertinya dia juga satu SMA sama kamu loh."
Aku mengernyitkan dahi. "Siapa Ma?"