Aku menjatuhkan kepalaku yang hampir meledak karena baru saja menyelesaikan beberapa soal matematika dari Lucas, karena itu aku jadi harus berkutat dengan rumus-rumus.
"Nih Die, minum dulu jusnya."
Aku mengangkat kepalaku, membenarkan letak rambutku barangkali berantakan lalu menerima jus dari Lucas. "Makasih loh ini Kak."
Dia mengangguk sambil kembali duduk di sampingku. Aku meminum sambil melirik ke arahnya.
"Kak," ucapku sambil meletakan jus yang tinggal seperempat gelas.
Dia menoleh balas menatapku. "Kenapa?"
Aku menghela napas. "Sekarang banyak banget, ya, kasus siswa hamil diluar nikah. Apa pendapat Kakak sama korban yang nggak mau ngasih tahu orang tuanya?" Pertanyaan bodoh apa yang aku tanyakan, oh ya ampun! Ini kan situasinya Verlia.
Lucas memicingkan sebelah alisnya. "Kenapa kok tiba-tiba tanya begitu?"
Tidak mau Lucas salah paham, cepat-cepat aku menjelaskan. "Kemarin malam liat berita di televisi aja. Dan kebanyakan kasus seperti itu yang muncul," bohongku, padahal aku sedang memikirkan Verlia.
Lucas mengangguk. "Oh gitu...."
Loh kok responnya oh gitu doang? Tadi kan aku tanya malah nggak dijawab. Gimana sih Lucas! "Kakak belum jawab pertanyaan yang tadi." Aku menghela napas sebelum melanjutkan. "Begini semisal ada kasus kekasih melakukan itu, terus si cewek hamil. Apa yang bakal Kakak lakuin semisal Kakak jadi ceweknya?"
Dahi Lucas mengernyit. "Apa dulu kasusnya? Mereka sama-sama ngelakuin itu tanpa paksaan atau kasus pemerkosaan?"
Aku terdiam, kasus Verlia itu sama saja pemerkosaan 'kan? Walaupun mereka kekasih tapi tetap saja salah satu dari kedua belah pihak telah tertipu. Ya! Bryan memberi jus yang sudah diberi obat kepada Verlia hingga Verlia mabuk. "Emm ... semisal kasusnya pemerkosaan deh, tapi pelakunya itu kekasih korban."
Sekali lagi Lucas menautkan kedua alisnya seperti sedang berpikir, ya jelas orang aku tiba-tiba tanya seperti itu.
"Jangan salah paham dulu loh Kak. Itu kasus di berita," ucapku sekali lagi agar Lucas tidak salah paham.
"Kalau semisal gue jadi korban hmm si cewek, gue mesti lapor ke orang tua dulu, jangan malah disembunyiin, Die. Kalau cerita ke orang tua otomatis, kan, mereka bakal bantu cari jalan keluarnya. Kadang banyak korban yang malah nyembunyiin kandungannya dan berakhir menggugurkan janinnya atau malah berakhir bunuh diri," jelasnya.
"Yah mungkin yang seperti itu awalnya dia takut, belum siap cerita ke orang tuanya barangkali nanti orang tuanya malah memarahi dia karena malu, kan," jawabku, mengingat Verlia juga belum mengatakan kepada kedua orang tuanya dengan alasan belum siap dan dia butuh waktu.
Lucas menghela napas. "Biasanya dia yang berpikir seperti 'belum siap mengatakan ke orang tua, takut' itu salah karena cepat atau lambat bangkai yang disimpan rapi pasti bakal tercium juga baunya. Mending cerita saja langsung karena lebih cepat, kan, lebih baik. Sekaligus si korban dapet dukungan biar nggak frustasi dan berkahir menyiksa dirinya sendiri."
Aku mengerutkan dahi berpikir. "Tapi semisal orang tuanya malah memarahi dan nggak memberi dukungan gimana dong?"
"Itu jelas perbuatan yang salah, Die, sehingga membuat korban semakin tertekan dan bisa melakukan hal yang nggak semestinya, seperti menggugurkan kandungan atau bunuh diri. Seharusnya peran orang tua itu memberi dukungan bukan malah menyalahkan, kan itu juga bukan kesalahan korban. Itu, kan, real kesalahan pelaku."