Hi Cold Prince

Jalvanica
Chapter #16

14. Cinta Segitiga di Meja Kantin

Awan hitam masih menggantung di atas sana tidak membiarkan matahari pagi muncul. Hujan masih setia turun mengguyur kota semenjak dua jam yang lalu. Aku mendengus, karena itu aku sama sekali tidak bisa konsentrasi mendengar penjelasan guru yang suaranya disamarkan oleh rintik hujan.

Hingga bel istirahat berbunyi hujan masih turun, tapi tidak sederas dua jam yang lalu.

Beberapa anak langsung berhamburan keluar kelas menuju kantin untuk membeli makanan hangat seperti soto, bakso, mie ayam yang asapnya masih mengepul. Euum pasti lezat aku jadi tidak sabar ingin pergi ke kantin.

Aku menoleh ke arah Sila yang langsung bermain game di ponselnya. "Kantin yuk Sil, laper nih."

"Males ah becek," jawabnya tidak berpaling dari bermain game.

Aku menghela napas. "Ya ampun Sil, cuma becek doang bukan banjir Siiil."

Sila mendengus lalu memasukan ponselnya ke dalam saku. "Ya udah deh yuk gue temenin."

"Lo nggak mau beli makan?"

Sila menggeleng. "Gue bawa salad Die. Kemarin malam gue baru aja ngukur berat badan. Berat badan gue naik banyak coba Die. Makannya gue mau diet, ugggh!"

Bukannya menjawab ucapan Sila, aku malah tertarik menoleh ke arah keramaian geng Stela yang tengah ngomong sama Verlia. Hari ini Verlia berangkat sekolah seperti biasanya. Tadi pagi Verlia menyapaku hingga berhasil membuat Stela dan the geng terkejut dibuatnya. Yaya lah orang dulunya kami dan Verlia nggak akur.

Stela bersedekap. "Lo kenapa sih akhir-akhir ini jadi berubah, Ver?"

"A ... apanya yang berubah? gue biasa aja kok." Verlia tergagap membuat Stela memandang ke arahnya penuh selidik.

"Lo nggak asyik Ver, jadi diem gitu. Terus kenapa nanti lo nggak bisa ikut karaoke sama kita. Biasanya lo yang paling semangat," tambah Lovata, Safira mengangguk.

Geng Stela terdapat empat anggota; Stela, Verlia, Lovata, dan Safira, mereka semua anak-anak orang kaya. Tidak heran beberapa dari mereka sangat manja, terlebih Stela.

Verlia terdiam. "Mm ... Gue nanti ada kepentingan."

"Hari ini, kan, latihan cheerleader libur. Terus ada kepentingan apa? Pembohong!" kali ini Safira angkat bicara.

Dahi Verlia mengernyit. "Apanya yang pembohong sih!" nada suara Verlia kali ini lebih keras daripada sebelumnya.

Stela tersenyum kecut. "Lo pernah bohong sama kita semua Ver, malah sering. Pas lo pingsan dua hari yang lalu, pulang sekolah katanya nggak bisa main, kok, gue liat lo jalan bareng sama Bryan?"

Verlia bungkam.

Safira kembali menatap Verlia, kali ini dengan tatapan meremehkan. "Katanya lo udah putus ya sama Bryan."

Verlia masih bungkam

Stela kembali tersenyum kecut. "Tuh kan jadi diam. Nggak asyik lo Ver."

"Cabut ke kantin yuk lah," ucap Lovata.

Sebelum geng Stela pergi, mereka menatap ke arahku dan Sila, mungkin karena mereka menyadari sedari tadi kami menguping. Aku dan Sila pura-pura ngobrol, sedangkan Stela kembali memandang ke arah kami dan memutar bola matanya malas sebelum dia benar-benar pergi dari kelas.

Lihat selengkapnya