Entah untuk keberapa kalinya aku bersin-bersin, dan berhasil mencuri perhatian beberapa penduduk kantin yang duduk di dekatku. Sebenarnya pagi tadi aku sudah berniat untuk tidak masuk sekolah, tapi rasanya sayang nggak berangkat sekolah karena ada ulangan Fisika. Terlebih nanti aku jadi ulangan susulan, kan nggak ada temannya, nggak asyik.
Istirahat kali ini aku hanya memesan kue bungkus dan segelas teh hangat. Roti dan segelas tehku sudah kumasukkan semua ke dalam perut, tinggal menunggu Sila menghabiskan soto yang masih sedikit.
"Ha ... Hacimm." Aku kembali bersin hingga hidungku memerah.
Sila berhenti menyendok soto lalu tangannya terjulur mengambil tissue, dan langsung ia sodorkan kepadaku. "Nih ... nih Die. Yaelah kok bisa sih lo kena flu begini?" tanyanya.
Tissue yang baru saja Sila berikan kepadaku langsung kugunakan. "Kemarin habis hujan-hujanan."
Dahi Sila mengernyit. "Hujan-hujanan? Loh kok bisa sih?"
Aku menghela napas. "Gara-gara Kak Lucas itu. Coba kalau kemarin dia nggak kencan sama pacarnya, ninggalin gue sendirian di cafe. Gue mesti nggak bakalan naik taksi dan berakhir mogok di tengah jalan pas hujan deras, Sil!"
Sila menelan soto sebelum menjawab ucapanku. "Oh makannya tadi pas di koridor lo muter balik karena ada Kak Lucas. Jadi itu sebabnya Die, hmm bikin kaki pegel aja sih."
Tadi aku hampir saja berpapasan dengan Lucas di koridor, untung aku langsung menyeret Sila muter balik. Rasanya masih kesal aja lihat Lucas. Alhasil kami harus melewati rute yang lebih lama untuk sampai di kamar mandi.
Mendengar ucapan Sila, aku mengangguk tidak bisa mengelak. "Kan tadi gue udah minta maaf sama lo."
Sila mengangguk. "Hmm iya ya deh."
Setelah Sila menghabiskan soto, kami langsung membayar makanan. Melangkah keluar kantin, kami berjalan menuju kelas melewati koridor.
Aku mengedarkan pandangan, sekeliling koridor terlihat sepi. Mungkin banyak siswa yang sedang melihat permainan basket di lapangan sana, jadi aman kalau aku membahas soal Verlia. "Sil menurut lo, Verlia nggak berangkat lagi kenapa?"
Sila mengedikan bahu. "Nggak tahu, masa sakit lagi?"
Aku terdiam berpikir. Aku ingat, kemarin aku melihat Verlia baru saja bertemu dengan Bryan di samping kelasnya Bryan. Apa kemarin Bryan kembali menyakiti Verlia, sehingga hari ini dia nggak masuk sekolah? "Kemarin, kan, Verlia baru aja ketemu Bryan, Sil. Apa jangan-jangan Bryan berulah lagi, jadinya Verlia hari ini nggak berangkat?"
Sila menoleh ke arahku dengan dahi mengernyit. "Bisa jadi sih Die. Kemungkinan besar karena Bryan. Ih nyebelin banget sih itu makhluk!"
"Gue khawatir Sil. Nanti setelah sekolah kita ke Apartemen Verlia yuk," ajakku.
"Bukannya lo ada jadwal belajar sama Kak Lucas?"
Aku menggeleng. "Nggak Sil. Hari ini gue mau libur aja, masih kesel sama dia," jawabku, sesekali kembali bersin.
"Lagi marahan nih ceritanya sama kak Lucas?" goda Sila sambil menoel lenganku.
Aku mendengus. "Gue cuma kesal aja sama dia. Udahlah nggak usah dibahas Sil."
Sila menepuk lenganku. "Die, mampir UKS dulu gih minta obat mumpung kita di sini.
Aku menoleh balas menatap Sila. "Gue bawa Sil tapi di tas."