Aku dan Sila sudah berada di depan pintu Apartemen Cempaka nomor 59 lantai 8. Tanganku terjulur mengetuk pintu Apartemen Verlia. Menghembuskan napas begitu sudah dua kali pintu kuketuk, tapi tidak ada tanda-tanda keberadaan Verlia. Hingga bunyi bedebam dari dalam ruangan membuatku dan Sila sontak saling melempar pandang, sedikit terkejut, ya sedikit. Sekelabat pikiran negatif mulai memenuhi kepalaku, takut Verlia melakukan sesuatu diluar dugaan.
"Die, Verlia kayaknya ada di dalam deh."
"Biar gue ketuk pintunya lagi Sil."
Sila hanya mengangguk.
Tanganku mulai terjulur kembali mengetuk pintu apartemen Verlia. "Ver ... Verlia lo di dalam?" ucapku sambil mengetuk pintu.
Verlia tidak meresponku. Hendak kembali mengetuk pintu aku urungkan, sebab pintu mulai terbuka.
Ceklek.
Menampakan Verlia masih menggenakan piama dengan rambut sedikit berantakan. Aku terdiam memperhatikan raut wajah Verlia yang berusaha mencoba bersikap tenang, tapi aku bisa melihat sekilas kegelisahan yang terpancar dari kilatan matanya saat dia menatapku, seolah-olah dia sedang menyembunyikan sesuatu. Tidak, mungkin hanya perasaanku saja Verlia menyembunyikan kegelisahannya.
Verlia tersenyum lebar menyambut kami, kemudian mempersilahkan kami masuk, menyuruh kami untuk duduk di sofa putih tepat mengahadap televisi. Kini kami saling duduk bersebelahan, Verlia duduk di paling ujung, sedangkan Sila berada di tengah-tengah kami.
"Mau gue ambilin minuman Sil, Die?" tanya Verlia sambil merapikan rambutnya, lalu menyelipkan beberapa helai rambut di belakang telinga sehingga tidak terlihat berantakan seperti sebelumnya.
"Boleh Ver, haus nih," jawab Sila.
Verlia mengangguk lalu melangkah ke arah lemari es.
Aku memandang sekeliling, Apartemen Verlia tidak serapi terakhir kali aku kemari.
Aku menoleh ke arah Verlia yang sedang mengambil minuman dan beberapa cemilan. "Lo nggak berangkat sekolah kenapa Ver?"
Dia menoleh sekilas lalu kembali melanjutkan mengambil beberapa cemilan di dalam lemari gantung. "Gue sedikit nggak enak badan, Die."
"Tapi sekarang udah baikan, kan, Ver?" tanyaku lagi, sedangkan Sila sedang sibuk menyalakan televisi, mengganti channel untuk mencari tayangan yang menarik.
Verlia berjalan ke arah kami membawa cemilan dan minuman. "Sekarang udah baikan kok Die. Kan, tadi udah istirahat seharian."
Aku hanya mengangguk.
Sila meletakan remote televisi saat sudah menemukan tayangan yang menarik menurutnya, acara gosip selebritis. "Lo tadi tahu gak, Ver, ada ulangan Fisika?"
Setelah Verlia meletakan cemilan dan minuman ke atas meja, dia kembali duduk sambil mengangguk. "Tahu kok Sil," jawabnya.
Sebelum akhirnya kami ngobrol banyak hal sambil ngemil.