Hari ini, sembilan Maret adalah Hari Musik Nasional. Tanggal tersebut ditetapkan karena bersamaan dengan tanggal Wage Rudolf Supratman yang merupakan pencipta lagu kebangsaan "Indonesia Raya". Maka dari itu, kami siswa SMA Negeri 2 Jakarta terutama anak band menyelenggarakan pentas musik.
Suara berisik anak band dibantu para anggota OSIS membuat kami semua berhamburan keluar kelas hanya sekadar duduk-duduk di pelataran menyaksikan mereka menyiapkan peralatan panggung; keyboard, drum, speaker, gitar, dan alat musik lainnya ke atas panggung yang sudah berdiri kokoh semenjak kemarin sore di lapangan.
Tidak terkecuali aku dan Sila juga ikut menonton padahal acara belum dimulai. Kami memilih duduk di depan perpustakaan lantai dua, selain tempat duduk ini adalah tempat biasaku menonton Argam main futsal di lapangan, tempat ini juga sangat nyaman dan terbilang strategis untuk melihat dengan cukup jelas panggung yang berada tepat di bawah depanku.
Sila menepuk lenganku. "Die."
Aku menoleh balas menatapnya. "Kenapa Sil?"
"Nanti kita sepulang sekolah mau ke Apartemen Verlia, jenguk dia lagi?"
Aku mengangguk. "Iya Sil."
"Aduh Die nanti gue nggak bisa ikutan nih. Pulang sekolah Mama minta dianter belanja."
"Ya elah Sil, santai aja kali."
Sila tersenyum lalu mangut-mangut. Aku kembali menoleh ke arah lapangan mencari-cari Argam. Bukannya Argam yang kutemukan, malah sesosok Lucas yang kutemukan.
Lucas di bawah sana tengah berdiri di tepi lapangan bersama Kak Renata— itu loh kakak OSIS yang paling cantik hingga beberapa cowok di kelasku tergila-gila padanya— entah apa yang mereka bicarakan. Tapi melihat Lucas, aku jadi teringat saat dua hari yang lalu, tepatnya saat dia menarik tanganku di pasar malam.
Hmm ... ok baiklah, memang beberapa anak cowok pernah menoel lenganku, menyentuh kulitku tapi nggak sampai menggenggam tanganku. Hebat aja gitu si Lucas cowok datar tanpa ekspresi, bisa-bisanya dia cowok pertama selain papa yang menggenggam tanganku, dan efeknya membuatku jadi salah tingkah. Menyebalkan! Padahal aku tahu Lucas hanya menarikku, tapi sama saja kan dia menggenggam tanganku.
Setelah setengah jam menyiapkan peralatan manggung kini penonton bertambah banyak. Tadinya hanya ada beberapa orang di depan perpustakaan, kini jadi bertambah banyak hingga aku merasa sesak duduk di bangku panjang ini.
Pembawa acara mulai muncul di atas panggung, memberikan sambutan-sambutan yang semakin memeriahkan acara. Hingga Mr. Johan, si kepala sekolah kini sudah berada di atas panggung, memberikan sambutan yang tak kalah meriah daripada sebelumnya.
Sebelum acara di mulai, kami semua dipandu Mr. Johan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Semua anak berdiri, kami semua menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan khidmat, hingga suaranya terdengar ke setiap penjuru kelas.