Semakin lama konser musik, semakin meriah suasananya. Apalagi kini lapangan sudah berubah menjadi lautan manusia. Siswa yang tadinya duduk di pelataran depan kelas berpindah berdiri di depan panggung ikut bernyanyi bersama.
Kuperhatikan dari tadi Sila sepertinya juga ingin ikut turun.
"Die, turun yuk."
Aku tersenyum. Tuh kan apa yang aku duga tadi.
Sila cemberut. "Bukannya dijawab kok malah senyum sih Die."
Aku senyum karena tadi tebakanku benar Silaaaaa. Aku menghela napas lalu menggeleng. "Nggak mau ah Sil, ramai banget. Males desak-desakan."
"Alodie nggak asyik nih." Sila memanyunkan bibirnya.
"Yah jangan ngambek dong Sil. Jelek tahu kayak—" Aku menghentikan ucapanku begitu Sila menarik paksa tanganku. Mau tak mau aku mengikuti Sila, mengimbangi tarikannya agar tidak jatuh.
"Loh loh main tarik aja. Gue nggak mau ah Sil."
Sila nyengir tanpa dosa kepadaku masih sambil berjalan menarikku. "Udah lo diem aja Die. Momen kayak gini langka tahu. Gue jamin lo nggak bakal nyesel deh!"
Aku mendengus mengikuti saja.
Di pinggir lapangan, Sila berhenti mengedarkan pandangan seperti sedang mencari seseorang. "Lo nyari siapa sih Sil?" tanyaku dengan nada tinggi mengingat suara musik lebih mendominasi.
Sila menunjuk seseorang di depan keramaian menggunakan dagunya. Aku mengikuti arah dagu Sila.
"Argam?" tanyaku.
Sila mengangguk.
Aku tersenyum. "Bilang dari tadi dong Sil kalau Argam gue rela deh desak-desakan."
"Hmm ... tuh kan apa tadi gue bilang, lo nggak bakalan nyesel. Tadi lo nggak mau, huuu." Sila pura-pura marah kepadaku.
Aku menyengir.
Setelahnya Sila kembali menarik tanganku, berjalan mendekati Argam yang sedang berdiri di tengah keramaian manusia bersama gerombolan teman kelasnya termasuk David.
"Hai Die. Lo ke sini juga."
Aku mengangguk. "Iya Gam. Tuh Sila yang ngajak." Aku menunjuk Sila di sampingku yang kini sudah ikut bernyanyi.
Aku menoleh ke arah Argam agak lama, hingga pipiku hampir memerah sebelum akhirnya aku mengerjap saat Sila tidak sengaja menyenggolku karena memang di sini sangat berdesak-desakan.
Aku kembali menoleh ke panggung saat lagu berhenti. Kini grup band lain kembali mengisi kekosongan panggung. Lagu Kangen Dewa 19 kini menjadi pilihannya.
Kut'rima suratmu, t'lah kubaca, dan aku mengerti
Betapa merindunya dirimu, akan hadirnya diriku
Di dalam hari-harimu, bersama lagi ....
Suasana semakin ramai. Hampir semua anak termasuk aku ikut bernyanyi karena lagu ini memang sudah lama. Jadi, tidak heran kebanyakan siswa hapal liriknya, terlebih lagu ini sangat menyentuh kalangan remaja apalagi mereka yang sedang dilanda rindu.
Entah kenapa tapi yang pasti aku ikut baper dengan lagunya. Aku tahu Argam ada di sampingku, tapi tetap saja dia bukan siapa-siapaku. Jadi perasaan rinduku setiap malam kepada Argam seolah kuluapkan saat ini juga. Aku menyanyi sambil diam-diam menatap Argam.
Kau bertanya padaku, kapan aku, akan kembali lagi
Katamu kau tak kuasa, menahan gejolak di dalam dada
yang membara menahan rasa, pertemuan kita nanti
Saat kau ada disisiku ....
Semua kata rindumu semakin membuatku, tak berdaya
menahan rasa ingin jumpa
Percayalah padaku akupun rindu kamu
Ku akan pulang, melepas semua
kerinduan, yang terpendam ....
Aku mengerjap, tidak lagi menatap Argam saat dia menoleh ke arah kanannya berbicara kepada teman-temannya. Samar-samar, aku bisa mendengar pembicaraan Argam, bahwa dia ijin ke kamar mandi.
Kini Argam gantian memanggilku. "Die."