"Alodieeeee."
Aku menghentikan langkah di koridor, menoleh ke belakang saat suara yang sangat aku kenali menjerit memanggilku. Untung koridor sepi, hanya ada beberapa siswa karena masih pagi.
Sila berlari ke arahku sambil melambaikan tangan. Aku balas melambaikan tangan. Kini Sila sudah berada di hadapanku.
"Nggak biasanya lo berangkat sekolahnya sepagi ini Sil?" tanyaku.
Sila nyengir, aku tahu pasti kalau Sila menyengir seperti itu ada niat terselubung dibaliknya. "Tahu sendiri lah Die. Hehehe," katanya sambil tersenyum lebar.
Aku terdiam, berpikir. Ah, aku ingat sekarang ada tugas Kimia— pelajaran yang paling Sila hindari— pasti Sila sengaja berangkat lebih awal karena ingin menyalin tugas. Aku pura-pura saja tidak peka. "Tahu apa? Tahu bulat digoreng dadakan?" aku terkekeh.
Sila memanyunkan bibir. "Males ah ngomong sama Alodie. Nggak peka."
Dalam hati aku tersenyum, berhasil membuat Sila ngambek. "Loh nggak peka gimana? Lo kan nggak ngomong mana tahu sama niat lo yang berangkat pagi itu Sil?"
Sila menghela napas. "Gue mau nyalin jawaban lo Die. Boleh ya." Sila memelas.
Aku menyeringai, kerjain aja dulu si Sila biar ngambek. "Ada syaratnya."
"Loh kok gitu si. Ya udah deh apa syaratnya."
Aku terdiam lalu memandang cowok berkulit cokelat, berbadan kurus sedang berjalan di depan sana sambil menggendong tas, baru tiba di SMA hendak ke kelasnya seperti kami.
Aku menepuk pundak Sila pelan. "Tuh dia." Aku menunjuk cowok tadi.
Sila mengernyit. "Ngapain Die. Nggak usah macem-macem deh!"
"Tembak dia Sil." Aku tersenyum menggoda Sila.
Sila malah terkekeh. "Tembak? Mati dong."
Aku mendengus. "Maksud gue nyatain cinta ke dia Sil, baru gue kasih jawaban kimia."
Sila membelalakan mata. "Hah? Lo gila Die?!"
Aku belum menyerah mengerjai Sila, masih asyik rasanya. Hihi. "Kalau nggak mau ya sudah."
Sila sepertinya sudah tambah ngambek. "Ya udah gue nggak butuh deh Die." Setelahnya Sila bersedekap sambil memanyunkan bibirnya.
"Ya elah Bercanda Sil, gitu aja ngambek. Nanti gue kasih jawabannya deh!"
Sila masih cemberut. "Bercanda apanya nggak lucu tahu!"
Aku hanya merenges ke arahnya.
"Aloodiee." Seorang cowok memanggilku di belakang sana.