Aku sudah menceritakan kepada Sila bahwa yang menerorku adalah Stela. Karena itu tepat jam istirahat, aku dan Sila sengaja menanyai ini itu kepada Stela supaya dia mengakui perbuatannya. Jika dia tetap mengelak, kami akan menunjukkan buktinya.
Skak mat!
Jika saja Verlia ikut bersama kami, menanyai ini itu dan membuat Stela skak mat, pasti bakal lebih seru. Tapi Verlia tidak bisa ikut karena dia kembali bergabung bersama tim cheerleader.
Karena hal itu, dia harus latihan untuk turnamen Southeast Asia Cheerleader Open 2019 di Singapura yang akan berlangsung satu minggu lagi. Makannya Verlia selalu sibuk. Bahkan tim cheerleader sudah dua hari ini tidak mengikuti pembelajaran hanya untuk latihan full dari hari-hari biasanya.
Stela memutar bola matanya malas. "Mau ngomong apa, sih?" ucapnya, sedangkan Lovata dan Safira hanya memandang tidak suka ke arah kami.
Aku dan Sila masih terdiam menunggu Rafael benar-benar keluar kelas.
"Nggak usah macam-macam ya, kalian. Atau gue laporin kalian ke Mr. Anton!" Rafael berucap tepat di ambang pintu, ketika hendak keluar dari kelas. Rafael memang sudah paham jika aku dan Sila tidak pernah akur dengan geng Stela.
"Diem lo Raf. Memang siapa yang mau cari gara-gara sih!" timpal Lovata sambil memandang Rafael sengit, sementara Rafael tidak menanggapi lagi, dia tetap melangkah keluar kelas.
Aku menghela napas. "Lo yang ngelakuin itu, kan?" tanyaku tanpa menyebut 'peneror', aku hanya ingin mengetes apa Stela mau mengaku.
Safira dan Lovata kini duduk sambil main ponsel.
Sedangkan Stela masih sama berdiri di hadapanku. "Ngomong yang jelas dong Die. Ngelakuin apa sih?!" ucapnya.
Sila mendengus. "Ya elah nggak mau ngaku. Emang sih, lo paling pintar di kelas, tapi kok malah ... ck ... ck." Sila berdecak. "Menurut lo, peneror itu ... sama nggak, ya, kayak pecundang?" Sila menyindir.
Stela memandang tidak suka ke arah Sila.
Lovata bangkit, melangkah mendekati kami. "Lo mau nyari gara-gara? Emang ya kalian itu biang onarnya nyari gara-gara. Dulu pernah berantem sama Bryan, dan sekarang kalian berdua mau ngajak berantem sama kita, mau lo apa sih?"
Aku berdecak kesal. Mau lo apa? Hello bukannya kalian dulu yang nyari gara-gara. Jika saja kalian nggak main neror-neror, kami nggak bakalan bereaksi seperti ini!