Hi Cold Prince

Jalvanica
Chapter #32

30. Ajakan Lucas

Mataku masih terpejam, sedangkan tangan kananku meraba-raba alarm yang berbunyi nyaring di atas nangkas dekat tempat tidurku. Mematikannya. Suara rintik hujan di minggu pagi hari yang memenangkan, dan udara yang cukup dingin menyelinap masuk melalui sela-sela jendela kamar, membuat mataku sulit terbuka sehingga tubuhku kembali bergelung dengan selimut.

Biasanya minggu di jam segini aku sudah bangun, tapi tidak hari ini karena aku sedang datang bulan, terlebih hujan di luar sana sangat mendukungku untuk kembali tidur.

Hingga ... suara ketukan pintu membuatku terpaksa membuka mata. Namun, hanya terbuka setengah, tentu saja karena aku masih mengantuk.

Seseorang membuka pintu kamarku. "Die. Alodie."

Itu suara mama.

Samar-samar aku melihat mama berjalan mendekatiku.

Aku menguap.

"Sekarang udah jam tujuh Die, katanya mau nganter kue buat Lucas." Mama mengingatkanku.

Setiap satu bulan les seharusnya aku membayar kepada pengajarnya. Ya, aku sudah les belajar bersama Lucas selama satu bulan. Tapi Lucas menolak dibayar. Tentu saja, aku sudah berusaha meminta nomor rekening ATM-nya agar mama bisa mengirimi uang kepada Lucas, dia menolak. Aku juga pernah memberikan uang tunai langsung, tapi tetap saja Lucas menolaknya. Katanya dia ikhlas mengajariku belajar.

Alhasil kemarin malam mama menyuruhku untuk sering-sering memberi sesuatu kepada Lucas sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantuku belajar. Walaupun hanya sekadar kue coklat, kue lapis, dan makanan lainnya yang tidak seberapa. Ya setidaknya itu ungkapan mama dan mm ... aku untuk berterima kasih kepada Lucas.

"Mama sudah beli kue cokelatnya tadi pagi, Die."

Aku kembali menguap lalu manggut-manggut.

Mama membuka korden kamarku. Di luar masih hujan tapi tidak sederas tadi. "Ya udah sana mandi, Die," ucapnya.

Aku kembali menguap. "Iya Ma," jawabku, kali ini nyawaku sudah penuh.

Setelahnya aku melangkah menuju lemari pakaian. Pakaian apa yang harus aku pakai?

Tanganku menyentuh satu persatu pakaian yang tercantel lalu berpindah ke pakaian lain.

Vintage style dengan rok A-Line merah maroon? Aku menggelengkan kepala, tidak-tidak.

Jeans dengan atasan kaos? Mm itu sudah terbiasa.

Ya ampun, kenapa aku jadi pilih-pilih gini soal pakaian. Biasanya nggak dipikir langsung ambil. Aku nggak akan kencan dengan Argam, aku hanya akan pergi ke rumah Lucas.

Aku mendengus. Setelahnya aku tersenyum kecil saat melihat gaun hijau pastel selutut dengan motif bunga mawar merah kecil-kecil di bawahnya.

Gaun itu tidak pernah aku pakai, masih baru. Aku pikir-pikir sayang jika tidak pernah dipakai. Jujur saja, daripada memakai gaun aku lebih suka memakai jeans dan kaos. Bukan berarti aku tomboi. Aku jauh dari kata tomboi, tapi tidak juga terlalu feminim. Yah ... sedang-sedang aja sih. Selama pakaian itu nyaman dan sopan akan kupakai. Jeans dan kaos menurutku nyaman dan sopan. Jadi, itu alasanku sering memakainya.

Lihat selengkapnya