Aku menghela napas, sedangkan jari jemariku tidak berhenti mengetuk-ngetuk samping kursi yang aku duduki, harap-harap cemas. Dalam hati aku menyesal ikut dengan Lucas. Entah Lucas sengaja mengundang Kak Renata atau ketidaksengajaan, tapi yang pasti sekarang kami sedang duduk bertiga dalam satu meja.
Tapi, tapi, tapi ... aku merasa Lucas sengaja deh mengundang Kak Renata ke sini. Soalnya saat kami memasuki restoran, Kak Renata langsung melambaikan tangan kepada Lucas, dan kami berakhir duduk bertiga di sini.
Aku tidak menyukai situasi saat ini. Benar-benar tidak menyukainya!
Bukan berarti aku cemburu.
Ya! Aku yakin ini bukan perasaan cemburu.
Hanya saja aku merasa seperti orang ketiga yang mengganggu kencan mereka. Ya, mungkin seperti itu yang kurasakan. Tapi entahlah. Aku sama sekali nggak tahu. Oh Tuhan.
Lucas menoleh ke arah kak Renata "Kenalin Ta, ini Alodie," lalu dia menoleh ke arahku. "Alodie, ini Renata."
Kak Renata tersenyum. "Hai Alodie." Dia menjulurkan tangan kepadaku.
Aku tersenyum kaku lalu tanganku terjulur, berjabat tangan. "Hai Kak."
Setelahnya mereka mengobrol mengenai tryout. Aku diam-diam memperhatikan mereka bicara. Jika diperhatikan lebih dekat, Kak Renata memang sangat cantik, sebelas dua belas dengan Eline. Bahkan sepertinya aku nggak bisa menandingi kecantikannya. Kak Renata terlalu perfect.
Lucas dan Kak Renata kalau diperhatikan malah seperti sepasang kekasih. Mereka sangat mm ... ya ampun kenapa lidahku terasa kelu, rasanya sulit mengatakan kata 'cocok'.
Ada apa denganku?
Aku tidak sebodoh itu kan, nggak bisa membedakan rasa cinta? Hmm baik-baik sepertinya aku memang mengagumi Lucas deh!
Ok, sekali lagi ini hanya perasaan kagum, tidak lebih. Jangan ke-ge-er-ran dulu deh Cas! Eh, Lucas mana tahu aku membatin.
Aku menghela napas. Intinya mereka terlihat sangat cocok!
"Nggak pesen makan Ta?" tanya Lucas. Kak Renata menggeleng membuatku bingung.
Kok aku yang bingung? Yaya lah, aku jadi bertanya-tanya dalam hati, jika Kak Renata tidak memesan makanan lalu kenapa dia ke sini?
Kak Renata tersenyum. "Ini kan Restoran milik bokap gue, Cas. Ngapain pesen, tinggal ambil aja di dalem." Kak Renata terkekeh.
Dahi Lucas berkerut. "Baru tahu Ta, ini Restoran milik orang tua lo."
Pantas saja sih Lucas baru tahu mereka kan nggak satu kelas. Hanya saja dulunya mereka satu organisasi.
Sebentar. Kalau ini Restoran milik Kak Renata, jadi pertemuan Lucas dan Kak Renata ketidaksengajaan dong. Aku kira Lucas sudah janjian sama Kak Renata.
Setelah membuka ponsel, Kak Renata menoleh ke arah Lucas. "Ya udah gue pergi dulu ya. Udah dijemput temen tuh di depan."
Lucas hanya mengangguk.
Kak Renata bangkit, sebelum pergi dia menoleh ke arahku. "Duluan ya Die."
Aku mengangguk. "Iya Kak."
"Lo mau pesen sarapan juga Die?"
"Mm ... gue pesen jus alpukat aja Kak. Tadi gue udah sarapan soalnya."
Lucas mengangguk, lalu berdiri untuk memesan makanan, berjalan melewati beberapa bangku yang dipenuhi pengunjung. Memang masih pagi, tapi pengunjung yang berdatangan untuk sarapan lumayan banyak.
Ponselku bergetar. Pesan dari Argam? Aku tersenyum kecil.
Argam Arjata: