Aku membasuh mukaku di wastafel beberapa kali agar wajahku kembali segar. Ancaman nenek peyot Stela benar-benar membuatku muak. Aku harus melakukan apa? Saat ini pikiranku benar-benar sedang buntu. Aku menarik napas panjang, membiarkan otakku terisi udara agar rileks, sedangkan tangan kananku kini terjulur mematikan kran air. Rasanya segar setelah membasuh muka.
Aku berjalan keluar kamar mandi. Di sepanjang koridor yang lumayan ramai, aku berpikir bagaimana caranya supaya nenek peyot Stela tidak menyebarkan video tanpa aku harus menuruti perintah Stela untuk menjauhi Lucas.
Aku menghentikan langkah. Terdiam, memandangi beberapa tumbuhan di depan sana yang daunnya bergerak tertiup angin masih sambil berpikir mencari jalan keluar dari ancaman Stela. Aku tersenyum kecil saat ide muncul begitu saja.
Aku tahu!
Ya aku tahu caranya!
Tidak ada pilihan lain selain aku harus menghapus video dari ponsel Stela. Memang sesederhana itu, tapi yang menjadi masalahnya adalah bagaimana caranya supaya aku mendapatkan ponsel Stela tanpa ketahuan?
Ok! Baiklah aku harus membuat rencana, biar nanti aku beritahu Sila tentang rencana ini, siapa tahu Sila mempunyai ide yang lebih cemerlang.
Aku menghela napas, rasanya sedikit lega karena sudah mempunyai jalan keluar mengenai ancaman Stela. Namun, rasa legaku menghilang begitu saja ketika suara cowok yang dari kemarin aku hindari kini nyata memanggilku.
"Alodie."
Suara itu, suara Lucas. Terdengar jelas, berarti jarak kami dekat.
Aku enggan menoleh ke belakang. Rasanya masih malu bertemu Lucas setelah kejadian kemarin pagi di Restoran. Alhasil aku pura-pura tidak mendengarnya dengan mempercepat langkah.
Aku meringis begitu mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Itu berarti Lucas masih mengejarku.
Jantungku nyaris copot begitu tangan Lucas meraih lengan kananku, lalu menarikku supaya aku menghadap ke arahnya.
Oh ya ampun, ini seperti di adegan drama-drama. Untung nggak ada orang yang liat.
Tenang Alodie, kamu nggak boleh terlihat gugup, you have to look cool! Okay!