Hi Cold Prince

Jalvanica
Chapter #41

39. Pentas Seni

Tidak terasa hari-hariku belajar bersama Lucas telah berlalu. Ujian akhir semester pun juga baru saja usai setelah melewati perjuangan yang cukup berat, bertarung lewat selembar kertas dengan harapan mendapatkan peringkat satu. Itu semua karena taruhanku dengan Eline, hanya untuk mendapatkan Argam. Ya demi Argam! memang demi siapa lagi?

Karena ujian akhir semester telah usai, kami SMA negeri dua Jakarta mengadakan perpisahan kelas XII dengan acara pentas seni yang akan diadakan hari ini. Perpisahan itu bukan hanya perpisahan adik kelas dengan kakak kelas, melainkan perpisahanku dengan Lucas.

Aku tidak bisa mengelak fakta bahwa aku sedih berpisah dengan Lucas. Karena itu aku tidak bisa lagi melihat Lucas bermain piano, dan aku juga tidak bisa lagi diam-diam memandang Lucas di kantin, hanya karena ingin melihat reaksi Lucas saat dimodusi nenek peyot Stela.

Aku mengerjap, lalu kembali memandang penampilanku di cermin. Hari ini aku dan teman-temanku sedang bersiap-siap berdandan untuk tampil pentas drama musikal Putri tidur sesuai rencana nenek peyot Stela.

"Alodieeeee. Gantian minggir!" Sila menjerit nggak karuan, tapi tersamar oleh suasana ramai di dalam kelas. Sila menjerit kesal karena dari tadi cermin terus aku kuasai.

Entah kenapa aku sedang tidak mau berdebat dengan Sila, mungkin karena aku baru saja teringat kenyataan bahwa aku tidak akan melihat Lucas lagi di SMA ini, alhasil aku hanya diam lalu kembali memandang penampilanku di cermin. Kostum bunga-bunga melekat apik di tubuhku, sampe-sampe aku persisi seperti badut bunga. Menyebalkan!

Sila mendengus. "Duh Alodie lo nggak denger barusan gue ngomong apa? Minggir dulu Alodie cantieek."

Aku menghela napas, menyingkir dari depan cermin lalu duduk tanpa menjawab ucapan Sila.

Sila bercermin sambil melirik ke arahku. "Lo kenapa sih Die, diem aja."

Aku menggeleng. "Nggak papa Sil."

"Alah nggak usah bohong deh Die. Lo kena---"

"Cimolnya udah sampe Sil, Die." Verlia memotong ucapan Sila, yang entah sejak kapan dia sudah berdiri di sampingku sambil membawa pesanan cimol anak-anak kelas, mengingat Verlia tidak ikut tampil karena dulu dia kan sibuk latihan untuk lomba Cheerleader.

Beberapa anak yang tadinya sibuk berdandan mengerubungi kami, hanya karena mengambil cimol titipannya dari Verlia.

"Punya gue yang balado, Ver."

"Gue yang rasa jagung."

"Punya gue yang balado pedes."

Kelas semakin ricuh gara-gara seplastik cimol.

Lihat selengkapnya