Di dalam mobil, disepanjang perjalanan menuju rumah, baik mama ataupun papa mereka tidak bertanya apa pun lagi kepadaku dan Eline, seakan semuanya sudah jelas bahwa akulah pelakunya.
Aku mendesah lalu bertopang dagu menatap luar jendela. Itu semua tidak adil, kenapa mereka percaya begitu saja bahwa aku pelakunya? Aku benar-benar penasaran apa yang diadukan Eline sehingga mereka begitu saja percaya padanya.
Ok, aku akan bertanya nanti saja di rumah. Saat ini aku tidak ingin berdebat dengan papa, tidak baik menganggu konsentrasi papa yang sedang menyetir.
Kami semua turun saat mobil sudah terparkir di depan rumah. Aku berjalan mengekori mereka masuk ke dalam rumah, sesekali memergoki Eline yang melemparkan tatapan jengkel kepadaku.
Aku menggigit bibir bawahku saat sudah berada di ruang tengah. Aku menoleh ke arah Eline yang tengah menaiki tangga lalu menoleh ke arah mama dan papa yang kini hendak melangkah masuk ke arah kamarnya.
"Pa," panggilku akhirnya, membuat mama, papa, dan Eline menghentikan langkah menoleh ke arahku.
Aku menatap lekat ke arah papa. "Bukan Alodie pelakunya," belaku sendiri.
Papa menatapku tajam. "Kamu tahu sendiri, kan, Alodie. Papa tidak suka dibohongi!" Jawaban papa sama saja menuduh aku adalah pembohong.
"Alodie tidak sedang berbohong!" ucapku dengan nada lebih tinggi, aku menoleh ke arah mama. "Mama percaya kan sama Alodie?" lanjutku lagi sambil menatap dalam ke mata mama, berharap mama percaya denganku.
Tapi mama tidak merespon apa pun, dia hanya menghela napas, untuk pertama kalinya mama tidak percaya denganku dan itu membuat hatiku terasa sakit.
Samar-samar aku mendengar langkah Eline yang semakin jelas, dia berjalan mendekatiku.