Hi Cold Prince

Jalvanica
Chapter #54

52. Pamit

Tidak terasa waktu berjalan lebih cepat. Sudah sepuluh hari aku dan Lucas tidak saling bertemu, kali terakhir kami bertemu saat di kedai es krim. Kami sama-sama sibuk. Aku sibuk latihan untuk kompetisi menyanyi yang baru saja diadakan kemarin, sedangkan Lucas sibuk latihan wisuda yang juga baru saja diadakan kemarin.

Karena itu kami tidak bisa saling menghadiri. Lucas tidak bisa menontonku menyanyi, begitupun denganku yang tidak bisa hadir ke acara wisuda Lucas, hanya untuk sekadar mengucapakan selamat atas kelulusannya.

Aku menghela napas lalu mengganti posisi yang tadinya duduk di atas kasur kini menjadi rebahan. Kutatap nyalang langit-langit kamarku lalu beralih memandang korden putih transparan yang bergoyang-goyang karena hembusan angin malam. Aku lupa tidak menutup jendela. Dengan malas aku berjalan menutup jendela.

Tangan kananku terjulur menutup jendela bersamaan dengan itu aku mendongak, menatap gelapnya langit malam yang mengingatkanku saat malam di mana aku dan Lucas saling berpelukan. Aku menggigit bibir bawahku. Ada rasa sesak yang menjalar ke dalam dada. Ada rindu yang seharusnya berujung temu.

"Agrhhhhh!" jeritku sambil meremas kepala frustasi lalu duduk di meja belajar. Aku kesal karena kepikiran Lucas. Aku marah karena merindukannya. Kenapa sih aku bisa merindukan Lucas?

Kuulurkan tangan mengambil ponsel di dalam laci, membaca kembali setiap percakapan pesan Lucas dua hari yang lalu.

Lucas Manusia Es:

Besok pentasnya ya Die?

Aku :

Iya nih Kak. Kakak wisudanya kok juga besok☹️ Kalau aja bukan besok gue bakal datang tuh ke acara Kakak.

Lucas Manusia Es:

Kangen ya Die?

Aku:

Hah?! Ya nggak lah. Kenapa kangen coba?

Lucas Manusia Es:

Tapi kok kayak kecewa banget nggak bisa dateng Die?

Aku:

Cuma perasaan Kakak aja tuh!

Entah kenapa aku jadi senyum-senyum sendiri membacanya. Hendak kulanjutkan membaca chat-chatan dengan Lucas kuurungkan sebab ada panggilan masuk.

Lucas?!

Panggilan masuk dari Lucas. Seketika mataku terbelalak, senyumku mengembang. Akhirnya Lucas menelponku setelah berharap ada panggilan masuk darinya sejak tadi. "HALO KAK?" aku rasa aku berlebihan deh meresponnya. Aku berdehem. "Ehm. Iya kenapa ya Kak."

Lihat selengkapnya